Tag: Novi Pratiwi

  • Langkah Kecil Novi Pratiwi, Dampak Besar untuk Sekitarnya

    Langkah Kecil Novi Pratiwi, Dampak Besar untuk Sekitarnya

    Meninggalkan Angkasa, Menyentuh Tanah

    Pada usianya yang cukup muda, Langkah Kecil Novi Pratiwi, Dampak Besar untuk Sekitarnya. Setelah bertahun-tahun menjalani profesi sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan swasta, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dengan sukarela. Bukan disebabkan oleh kelelahan, dan bukan juga karena hilangnya semangat untuk terbang, tetapi karena suara hati kecilnya terdorong untuk melayani kelompok yang sering terlupakan: orang dengan gangguan mental (ODGJ). 

    “Saya senantiasa merasakan dunia saya sangat nyaman, sementara luar sana banyak orang yang tidak memiliki tempat untuk diakui sebagai manusia,” kata Novi saat diwawancarai oleh media lokal Radar Jogja (2023). 

    Keputusan Novi tidak muncul secara tiba-tiba. Ketika masih terbang, ia sering kali membaca cerita mengenai penelantaran ODGJ di berbagai lokasi. Salah satu yang paling teringat adalah saat ia menyaksikan seorang perempuan dengan gangguan mental tidur di bawah jembatan dalam perjalanan dari bandara menuju hotel transit. “Saat itu saya hanya dapat melihat dari belakang jendela mobil.” “Tapi hatiku masih berada di sana,” kenangnya. 

    Dari Sayap ke Pelukan Perikemanusiaan 

    Setelah berhenti dari pekerjaan sebagai pramugari, Novi kembali ke kampung halamannya di Klaten, Jawa Tengah. Di situlah ia mulai memahami dunia rehabilitasi ODGJ secara langsung. Pada awalnya, ia hanya berpartisipasi sebagai sukarelawan di sebuah lembaga kecil yang menangani masalah ODGJ yang terabaikan. Namun seiring waktu, fungsinya mengalami perubahan. Ia mulai berpartisipasi dalam menjemput pasien, memandikan, memberi makan, serta mendampingi sesi terapi mereka. 

    Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2022, minimal ada lebih dari 400 ribu ODGJ berat di Indonesia, namun tidak semuanya menerima perawatan medis yang sesuai. “Novi menyatakan, ‘Statistik bisa tercatat, namun dampak sosial mereka tidak dapat diukur.’” 

    Ia juga menekankan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya memperlakukan ODGJ secara manusiawi. Masih ada banyak kejadian pemaksaan, pengusiran, bahkan penyiksaan yang mreka lakukan atas nama ‘gangguan’. 

    Novi kini meluncurkan inisiatif kecil berbasis komunitas yang disebut “Ruang Pulih”, sebuah gerakan tidak resmi yang mengizinkan rumahnya menjadi tempat singgah bagi ODGJ yang terabaikan sebelum mereka rujuk ke rumah sakit jiwa atau panti sosial. Tempat tinggal sederhana itu tidak memiliki banyak perlengkapan, tetapi penuh dengan kasih sayang dan ketulusan. 

    Satu Raga, Satu Transformasi 

    Bagi Novi, mendukung ODGJ bukan hanya tindakan sosial, tetapi juga proses pemulihan yang saling menguntungkan. “Kadang saya merasa sembuh saat mendengar tawa mereka atau hanya sekadar mau menggenggam tangan saya,” ujarnya. 

    Salah satu cerita yang paling mengesankan adalah mengenai Pak Karyo (nama samaran), seorang pria berusia 50-an yang ditemukan dalam keadaan hampir telanjang, tidak bisa berbicara, dan mencari makan dari tempat sampah di terminal kota. memerlukan waktu dua bulan sebelum Pak Karyo kembali mengenali dirinya. Saat ini, ia telah dapat bertani di kebun kecil milik Novi. 

    Cerita ini kemudian dipublikasikan oleh saluran YouTube Lentera Jiwa dan berhasil menarik lebih dari 50 ribu penonton, yang kebanyakan mengaku terinspirasi. Banyak yang kemudian mengirimkan bantuan logistik atau hanya datang untuk menyaksikan secara langsung kegiatan di Ruang Pulih. 

    Namun, Novi tidak merasa bahwa ia luar biasa. “Saya hanya ingin ada, meski hanya satu orang yang saya bantu.” “Bagi saya, itu sudah memadai.” 

    Menginspirasi Melalui Tindakan Konkret 

    Cerita Novi bukan hanya motivasi pribadi, tetapi juga bukti bahwa tindakan kecil yang rutin dapat memberikan pengaruh besar. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang berlomba meraih perhatian di media sosial, Novi mengambil langkah tenang: mengangkat kembali jiwa-jiwa yang pernah hancur. 

    Saat ini, Novi berkolaborasi dengan berbagai profesional medis, psikiater setempat, serta Dinas Sosial Kabupaten Klaten untuk memfasilitasi layanan bagi pasien ODGJ yang tidak memiliki keluarga atau identitas. Ia juga kerap menjadi pembicara dalam diskusi kampus mengenai kesehatan mental dan advokasi hak asasi manusia. 

    “Saya tidak merasa menyesal dengan pilihan untuk berhenti menjadi pramugari.” “Saat ini saya memang tidak terbang, tetapi saya merasakan kedekatan yang lebih dengan sesama manusia,” ucapnya. 

    Menjadi Jembatan Impian 

    Kisah Novi Pratiwi menunjukkan bahwa setiap individu memiliki peluang untuk memberikan dampak, tanpa memandang latar belakang atau pekerjaan sebelumnya. Meskipun ia mungkin tidak lagi terbang di angkasa biru, telapak kakinya di tanah telah menjadi penghubung harapan bagi mereka yang selama ini terabaikan. 

    Dalam era yang cepat dan sering kali egois, sosok seperti Novi mengingatkan kita tentang satu hal mendasar: kebaikan tidak perlu berlebihan, cukup ada di saat mereka butuh. 

    Baca Juga: Rachel Vennya, Simbol Perempuan Tangguh