MANUNGSA— Beverly Joubert merupakan seorang fotografer sekaligus produser film yang menggunakan cahaya, warna, dan detik untuk memotret kehidupan yang sering kali terancam punah. Bersama suaminya, Dereck Joubert, Beverly telah mendedikasikan lebih dari tiga dekade untuk konservasi satwa liar Afrika.
Lahir dan besar di Botswana, Beverly tumbuh dikelilingi oleh alam. Namun, tak banyak yang menyangka bahwa minatnya terhadap alam liar akan berubah menjadi karir global yang membawa dampak pada pelestarian ekosistem.
Beverly Joubert dan Kameranya
Masyarakat internasional mengenal Beverly sebagai fotografer dan pembuat film dokumenter peraih penghargaan. Ia adalah pendiri Great Plains Foundation, sebuah organisasi konservasi yang berfokus pada restorasi lahan dan perlindungan satwa liar di Afrika. Bersama Dereck, ia telah memproduksi lebih dari 25 film dokumenter untuk National Geographic, termasuk “The Last Lions” dan “Eye of the Leopard”, yang memenangkan Emmy Award.
Dalam wawancara dengan Earth Endeavours, Beverly Joubert menyampaikan pandangannya tentang pentingnya fotografi dalam membangun empati terhadap satwa liar. Ia menekankan bahwa foto yang baik selalu menceritakan sebuah kisah, dan bahwa pengalaman berada di dekat hewan liar adalah momen yang luar biasa.
Perempuan di Garis Konservasi
Di dunia konservasi yang didominasi oleh laki-laki, Beverly menggabungkan naluri lembut dan kegigihannya. Ia sering berada di lapangan selama berbulan-bulan, hidup di tenda-tenda kecil, dan menghadapi bahaya dari hewan buas maupun konflik manusia-satwa.
Kelompok pembalak liar, pemburu, dan aktor politik yang bertikai sebagian besar melakukan proyeknya di wilayah konservasi yang rawan. Namun, keberanian Beverly justru tumbuh pada situasi-situasi tersebut. Ia kerap terlibat langsung dalam aksi penyelamatan satwa, pendokumentasian konflik perburuan, dan bahkan lobi kebijakan konservasi tingkat internasional.
Aksi Beverly Joubert
Tak hanya berhenti pada film, Beverly dan timnya menginisiasi program Big Cats Initiative bersama National Geographic, untuk menyelamatkan spesies kucing besar seperti singa, macam tutul, dan cheetah, yang populasinya menurun drastis.

Menurut data IUCN Red List, populasi singa Afrika telah menurun hingga 43% dalam dua dekade terakhir. Hanya sekitar 23.000 ekor tersisa di alam liar. Sementara itu, laporan WWF menunjukkan bahwa lebih dari 60% populasi satwa liar global menghilang sejak tahun 1970. Sebagian besar akibat perusakan habitat dan perburuan ilegal.
Kini Beverly tidak hanya bekerja di balik kamera. Ia juga menjadi pembicara aktif di berbagai forum internasional, termasuk “Changemaker Talent”. Ia mengangkat isu perubahan iklim, konservasi, dan pentingnya mendengar suara komunitas lokal yang hidup berdampingan dengan satwa. Melalui pendekatannya yang kolaboratif dan empatik, Beverly menunjukkan bahwa konservasi bukan hanya soal menyelamatkan hewan, tetapi juga soal menjaga relasi manusia dengan alam.
Baca juga: Ratusan Aktor Film Dunia Kecam Diamnya Industri Terhadap Tragedi di Gaza Jelang Festival Cannes
Referensi: