Jadwal Kuliah atau Panggilan Diri?
Malang, 29 Mei 2025 – Setiap mahasiswa pasti akrab dengan aktivitas sehari-hari seperti, bangun pagi, bersiap untuk kuliah, duduk di kelas, mencatat pelajaran, dan menyelesaikan tugas. Jadwal perkuliahan yang sibuk sering kali menjadi penentu utama dalam rutinitas sehari-hari. Namun di balik semua itu, banyak di antara kita yang mulai mempertanyakan apa sebenarnya makna dari belajar? Apakah hanya untuk memenuhi kehadiran dan meraih nilai? Atau hanya perantara terhadap panggilan diri?
Belajar di Ruang Kelas Penting, Tapi Belum Cukup
Kita tidak bisa memungkiri bahwa pendidikan formal sangat penting. Di dalam kelas, kita belajar teori, konsep, dan dasar-dasar keilmuan yang membentuk cara berpikir kita. Kuliah mengajarkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja keras. Jadwal yang terstruktur membantu kita membentuk rutinitas dan manajemen waktu untuk kita.
Panggilan diri muncul dari dalam dan tidak bisa kita jadwalkan. Kita bisa merasakannya sebagai dorongan untuk menulis, mengajar, membangun komunitas, berkesenian, atau menciptakan sesuatu yang tidak pernah diajarkan di ruang kuliah. Panggilan diri bukan sekedar hobi, melainkan bentuk kejujuran terdalam terhadap apa yang membuat kita merasa hidup.
Seringkali panggilan ini muncul di tengah kesibukan akademik. Misalnya, saat mengerjakan tugas ekonomi, kita justru memikirkan ide membuat platform sosial. Atau saat duduk di kelas hukum, hati kita justru terpanggil untuk menulis cerita.
Menjembatani Kewajiban dan Keinginan
Apakah artinya kita harus meninggalkan kuliah demi mengejar panggilan hati? Justru tantangannya adalah menjembatani keduanya. Mencoba menemukan titik temu antara jadwal kuliah yang padat dan keinginan pribadi yang mendalam.
Belajar yang sebenarnya bukan hanya soal menyerap ilmu, tapi juga mengenal diri sendiri. Apa yang membuat kita penasaran, apa yang ingin kita sumbangkan ke dunia, dan bagaimana kita bisa membuat ilmu yang kita pelajari di kelas menjadi relevan dengan apa yang kita rasakan sebagai misi hidup kita.
Kita sering melupakan bahwa tujuan belajar bukan semata untuk mendapat nilai A atau lulus dengan cepat. Belajar merupakan proses terus-menerus menjadi versi terbaik dari diri kita. Bukan siapa yang tercepat, tapi siapa yang paling sadar akan prosesnya.
Belajar adalah Tindakan Kesadaran
Kita mulai benar-benar belajar ketika kita menyadari bahwa ilmu bukan sekadar hafalan, melainkan jembatan menuju pemahaman yang lebih luas tentang dunia dan tentang diri kita sendiri. Kita bisa belajar di mana saja seperti di kelas, di luar kelas, melalui organisasi, lewat pengalaman, dan dalam kejujuran kita pada diri sendiri.
Hidup adalah proses pencarian dan panggilan diri tidak akan pergi hanya karena kita belum sempat menjawabnya, namun yang terpenting adalah tetap mendengarkan. Tetap belajar, dari kelas dan dari kehidupan. Dan perlahan akan menemukan arti belajar yang sebenarnya, bukan hanya mengisi kepala tapi juga mengisi hati.
Baca juga: Potret Harapan dan Lelah di Tengah Ribuan Pencari Kerja Job Fair Bekasi