MANUNGSA – Di balik peluit dan rompi lusuh, tukang parkir sering dipandang sebelah mata. Padahal, mereka adalah pejuang jalanan yang menjalani hidup dengan penuh keteguhan dan kerja keras. Dari panas terik hingga hujan deras, mereka tetap berdiri bukan hanya menjaga kendaraan, tapi juga menjaga harapan.
Di tengah panasnya kota, ada sosok-sosok sederhana yang kerap luput dari perhatian. Mereka berdiri di bawah terik matahari, terpaan hujan, dan hiruk lalu lintas yang padat. Salah satu dari mereka adalah Pak Joko, seorang tukang parkir di pertigaan jalanan sebuah jalan raya yang menyambung kampus. Usianya sudah menginjak 67 tahun, namun semangatnya tetap membara layaknya anak muda yang tengah mengejar mimpi.
Setiap pagi, sejak pukul tujuh, Pak Joko sudah bersiap dengan rompi oranyenya yang sudah mulai pudar. Tangannya menggenggam peluit kecil, dan senyumnya selalu menyambut setiap pengunjung yang datang. Meski pekerjaannya terlihat sederhana, namun jika diselami lebih dalam, ada nilai-nilai yang bisa dipelajari dari kesehariannya.
Menjaga Amanah di Tengah Keterbatasan
Pekerjaan sebagai tukang parkir bukanlah pilihan utama bagi banyak orang. Pak Joko memandang pekerjaan ini sebagai bentuk tanggung jawab dan amanah yang harus ia jalani dengan sepenuh hati. Dia tidak hanya mengarahkan pengunjung saat memarkir kendaraan, tetapi juga menjaga agar kendaraan tetap aman dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Di balik kesederhanaannya, tersimpan filosofi hidup yang mendalam. Pak Joko percaya bahwa sekecil apa pun pekerjaan, jika dilakukan dengan tulus, maka akan membawa berkah. Baginya, menjaga kepercayaan orang lain adalah bagian dari ibadah.
Menghidupi Keluarga dengan Jalan yang Halal
Setiap hari, penghasilannya berkisar antara Rp30.000 hingga Rp50.000. Meski jauh dari cukup, ia tidak pernah mengeluh. Bahkan, saat sebagian orang tergoda untuk “memungut lebih” atau mengambil kesempatan dalam kesempitan, ia justru memilih tetap jujur.
Kejujuran itu pula yang membuat banyak pengunjung merasa nyaman dan respek terhadapnya. Tak jarang, pelanggan tetapnya menyempatkan berbincang sejenak, bahkan sekadar membawakan sarapan atau minuman hangat.
Menjadi Teladan Tanpa Panggung
Meski tak punya panggung, tak pernah viral, dan tak diganjar penghargaan resmi, sosok Pak Joko adalah inspirasi nyata di tengah masyarakat. Dia membuktikan bahwa nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, kerja keras, dan ketulusan tidak harus datang dari tokoh publik atau orang berpendidikan tinggi.
Perkataannya yang sederhana namun mengena itu seakan menampar kesadaran banyak orang. Bahwa menjadi inspirasi tidak harus melalui gelar, pangkat, atau jabatan. Kadang, inspirasi justru datang dari sosok-sosok seperti Pak Joko, yang bekerja dalam diam namun memberi pengaruh besar.
Refleksi untuk Kita Semua
Cerita ini adalah potret nyata bahwa pekerjaan apapun jika dilakukan dengan sepenuh hati akan memberi makna. Pekerjaan “tukang parkir” itu mengajarkan kita untuk tidak memandang rendah profesi tertentu, karena di balik pekerjaan yang tampak sederhana itu, ada perjuangan besar dan nilai kehidupan yang luar biasa.
Di saat banyak orang berlomba-lomba menjadi terkenal, atau meraih posisi tertinggi, tukang parkir ini mengajarkan arti keikhlasan dan integritas dari pinggir jalan. Mungkin hanya seorang tukang parkir, namun nilai-nilai yang di wariskan kepada anak-anaknya dan secara tidak langsung kepada masyarakat adalah warisan yang tak ternilai harganya.
Setiap hari kita melewati tukang parkir yang berdiri di bawah terik matahari, hujan, atau malam yang dingin. Mungkin kita hanya memberi mereka uang receh, tanpa sempat menyadari betapa besar perjuangan yang mereka jalani. Mereka bukan sekadar “penjaga motor atau mobil”, mereka adalah bagian dari kehidupan kota yang sering terlupakan.
Tukang parkir mengajarkan kita arti kesederhanaan dan ketulusan. Mereka bekerja keras dari pagi hingga malam demi keluarga, tanpa mengeluh atau meminta lebih. Dengan peluit kecil dan tangan yang ramah, mereka membantu orang lain meski hidup mereka sendiri tak selalu mudah.
Mereka mengajarkan kita bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan dengan jujur adalah pekerjaan yang mulia. Mereka membuktikan bahwa kita tidak bisa menilai seseorang dari seragam atau gajinya, melainkan dari semangat dan ketulusan dalam bekerja.
Baca juga: Bazar Makanan & Senam Sehat di RT 09 Lowokwaru Malang