Tag: Isa Wahyudi

  • Isa Wahyudi dan Kampung Budaya Polowijen

    Isa Wahyudi dan Kampung Budaya Polowijen

    Ki Demang, yang bernama asli Isa Wahyudi, memulai gerakan pelestarian budaya di Kampung Budaya Polowijen, Kecamatan Belimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Ia sering mendengar keluhan tentang potensi budaya kampungnya yang belum tergali dan kurang diperhatikan. Melihat kondisi tersebut, Ki Demang merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang dapat mengembalikan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap budaya mereka sendiri.

    Ia pun mencetuskan gagasan membangun Kampung Budaya Polowijen, sebuah ruang komunitas yang tidak hanya menjadi tempat belajar dan melestarikan budaya, tetapi juga menjadi tempat rekreasi dan destinasi wisata edukatif.

    Gagasan ini mendapat sambutan hangat dari warga kampung. Mereka turut ambil bagian dalam gerakan Ki Demang untuk menghidupkan kembali budaya Polowijen, sehingga kampung tersebut berubah menjadi pusat kebudayaan yang hidup dan dinamis.

    Salah satu yang paling menarik di Kampung Budaya Polowijen adalah suasana yang tercipta sepanjang lorong gang kampung. Di sana berdiri deretan gazebo dengan dinding anyaman bambu dan atap ijuk yang asri, berjejer rapi di tepi sungai yang mengalir lembut, serta hamparan sawah yang menghijau membentang di sekitar kampung. Pemandangan ini bukan hanya mempercantik lingkungan, tapi juga menghadirkan suasana yang nyaman dan menenangkan bagi para pengunjung dan warga lokal.

    Sapaan ramah dari warga serta Ki Demang sendiri yang kerap mengajak berbincang setelah mengajar tari menambah kehangatan suasana. Di dalam sanggar—bangunan utama yang menjadi pusat kegiatan seni—orang-orang belajar menari, membatik, dan membuat kerajinan tradisional lainnya.

    Kampung Budaya Polowijen

    Sejak peresmian Kampung Budaya Polowijen pada tanggal 2 April 2017, kampung ini berkembang pesat menjadi pusat kegiatan kebudayaan dan edukasi.Ki Demang rutin menggelar event “Warisi Tradisi Lestarikan Budaya” setiap 18 April dengan seni, kerajinan, dan kuliner.. Kegiatan-kegiatan ini bukan hanya menjadi sarana belajar dan berkreativitas bagi warga lokal, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan pelajar dari berbagai daerah.

    Keberhasilan Kampung Budaya Polowijen tidak hanya berhenti di lingkup lokal. Kampung ini juga menjadi destinasi wisata edukatif yang banyak dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Pada tahun 2018, misalnya, Kampung Budaya Polowijen menerima sekitar 50 mahasiswa dari 17 negara di Asia dan Eropa yang mengikuti program Design Thinking Camp. Program ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk memahami konsep pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui kegiatan yang dilakukan di kampung tersebut. Kehadiran mereka membawa nuansa internasional dan membuka wawasan bagi warga Polowijen untuk terus berkembang dan berinovasi.

    Namun, perjuangan Ki Demang tidak hanya berfokus pada pelestarian budaya semata. Ia juga memiliki visi untuk memberdayakan warga sekitar secara ekonomi dan sosial. Para ibu rumah tangga dan pemuda mendapatkan peluang usaha baru yang berkelanjutan. Dengan demikian, Kampung Budaya Polowijen tidak hanya menjadi pusat budaya, tetapi juga sumber penghidupan dan kebanggaan bagi masyarakat setempat.

    Perjuangan Ki Demang

    Ki Demang sendiri terus melanjutkan perjuangannya tanpa mengenal lelah. Ia rajin mencari ide-ide baru dan berinovasi untuk menghidupkan Kampung Budaya Polowijen agar tidak kehilangan relevansi di tengah perkembangan zaman. Berbagai program baru sering kali ia ciptakan, dari pelatihan keterampilan baru hingga kolaborasi dengan seniman dan komunitas budaya lain

    Ki Demang rutin menggelar event “Warisi Tradisi Lestarikan Budaya” setiap 18 April dengan seni, kerajinan, dan kuliner. Acara ini juga menjadi wadah untuk mempererat silaturahmi antarwarga dan memperkenalkan budaya Polowijen kepada dunia luar.

    Dengan semangat Ki Demang dan warga, Kampung Budaya Polowijen berhasil menjadi contoh pelestarian budaya yang sekaligus memberdayakan masyarakat. Kisah mereka menginspirasi banyak komunitas untuk melestarikan budaya lokal tanpa kehilangan relevansi di era modern. Kini, kampung ini menjadi simbol kebangkitan budaya dan kekuatan komunitas untuk perubahan positif.

    Isa Wahyudi, atau Ki Demang, membuktikan bahwa satu orang dengan semangat dan tekad bisa menggerakkan perubahan besar. Kampung Budaya Polowijen menjadi bukti hidup bahwa pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat bisa berjalan bersama, menginspirasi kita semua untuk menjaga warisan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

    Baca juga: Lewat Perpustakaan Jalanan, Inisiatif Kesadaran Membaca Untuk Menghidupkan Literasi