MANUNGSA -Dr. Tirta tetap meluangkan waktu untuk berolahraga, meskipun ia sibuk sebagai dokter, aktivis, dan influencer. Ia menjaga kesehatan bukan sekadar menjalani rutinitas, tetapi sebagai bentuk nyata rasa syukur atas tubuh yang masih kuat dan penuh energi.
Dr. Tirta Mandira Hudhi tetap menyempatkan diri untuk berolahraga. Baginya, olahraga bukan hanya tentang menjaga tubuh tetap bugar, tetapi juga sebagai bentuk ikhtiar dan rasa syukur atas nikmat kesehatan yang telah Tuhan berikan. Dengan gaya khasnya yang santai dan penuh semangat, pria berkacamata ini menjelaskan bahwa olahraga adalah cara paling sederhana dan efektif untuk menjaga kesehatan.
Dari Aktivis Kesehatan ke Pelari Aktif
Nama Dr. Tirta mulai dikenal luas publik sejak pandemi COVID-19 melanda. Tirta tampil vokal di media sosial, menyebarkan informasi akurat tentang pencegahan penyakit dan pentingnya menjaga protokol kesehatan. Namun, jauh sebelum itu, dia sudah aktif mengkampanyekan gaya hidup sehat, termasuk pentingnya olahraga.
Perubahan gaya hidup itu dimulai secara bertahap. Dia mencoba berbagai jenis olahraga, mulai dari gym, bersepeda, hingga lari. Kini, lari menjadi aktivitas favoritnya. Dr. Tirta memilih lari karena murah, bisa dilakukan di mana saja, dan membuatnya merasa lebih bebas, segar, serta fokus.
“Kalau lagi stres atau capek, saya lari. Rasanya kayak nge-reset kepala,” katanya sambil tersenyum.
Olahraga sebagai Ikhtiar
Menurut Dr. Tirta, olahraga bukan hanya soal fisik. Lebih dari itu, olahraga adalah bentuk ikhtiar dan usaha nyata manusia untuk menjaga anugerah kesehatan. Dalam Islam, ikhtiar merupakan bagian dari keimanan. Dia percaya bahwa menjaga tubuh adalah bagian dari tanggung jawab spiritual.
“Kita nggak tahu kapan sakit datang. Tapi dengan olahraga, kita memperkecil risiko. Ini bagian dari usaha kita. Sisanya, baru kita serahkan ke Tuhan,” jelasnya.
Dr. Tirta menekankan bahwa olahraga tidak harus selalu berat atau mahal. Cukup dengan berjalan kaki 30 menit setiap hari atau naik-turun tangga bisa memberi dampak besar bagi tubuh. Konsistensi menurutnya jauh lebih penting daripada intensitas.
Bentuk Rasa Syukur
Selain sebagai bentuk ikhtiar, Dr. Tirta memandang olahraga sebagai ekspresi rasa syukur. Di tengah kesibukan dan tekanan sehari-hari, Dr. Tirta mensyukuri tubuhnya yang masih mampu bergerak, bekerja, dan beraktivitas. Rasa syukur itu juga dia tunjukkan dengan mengajak orang lain untuk hidup lebih sehat. Dr. Tirta aktif membagikan tips olahraga sederhana di media sosial, menyemangati followers-nya agar mau bergerak, meski hanya lima menit sehari.
Dr. Tirta bukan tipe orang yang duduk di menara gading. Namun, dia terjun langsung ke lapangan, menyapa masyarakat, dan melihat realitas hidup mereka. Dari situ, Dr. Tirta semakin yakin bahwa ia harus memperluas akses terhadap informasi dan motivasi soal hidup sehat.
Karena itu pula, ia sering ikut serta dalam berbagai event komunitas, seperti fun run, gowes bareng, dan senam bersama warga. Tirta percaya, pendekatan yang ramah dan membumi lebih efektif ketimbang ceramah panjang lebar.
Dengan gaya hidup aktif dan semangat berbagi, Dr. Tirta tak hanya menjadi panutan dalam dunia medis, tetapi juga inspirasi bagi siapa saja yang ingin memulai hidup lebih sehat. Lewat langkah-langkah kecil dan konsisten, dia menunjukkan bahwa olahraga bukan beban, melainkan wujud syukur yang paling nyata.
Baca juga: Sal Priadi: Diam yang Bernyanyi, Rasa yang Bersuara