Fenomena ini unik yang muncul di kalangan Generasi Z sebagai bentuk ekspresi identitas dan perlawanan terhadap norma sosial. Istilah ini mengacu pada individu yang mengadopsi estetika, perilaku, atau karakteristik yang terinspirasi dari tikus.

Anak muda Cina menyebut diri mereka “Manusia Tikus”. Mereka memilih hidup minimalis secara ekstrem dan menarik diri dari tekanan sosial seperti:
- Hidup dengan sangat hemat, meminimalkan mengeluarkan dan konsumsi
- Menolak ambisi karir dan kompetensi sosial
- Sering tinggal di apartemen kecil atau rumah sempit mirip “lubang tikus”
- Menolak tekanan sosial seperti menikah, memiliki anak, atau membeli rumah
- Bekerja cukup untuk bertahan hidup, bukan untuk mengejar kekayaan
fenomena ini muncul sebagai respons terhadap biaya hidup yang tinggi, persaingan kerja yang intens, tekanan sosial, dan ketidakpastian ekonomi di Cina.
Beberapa aspek budaya pop dan media sosial memunculkan tren ini, ketika Gen Z mengadopsi karakter tikus seperti Remy dari film Ratatouille atau Stuart Little sebagai simbol perlawanan terhadap stereotip dan ekspektasi sosial.
Di platform seperti TikTok dan Instagram hashtag terkait “manusia tikus” atau “rat cire” telah mengumpulkan jutaan tayangan. Konten yang menampilkan pakaian berwarna abu-abu, aksesoris berbentuk tikus, hingga makeup yang menyerupai fitur tikus.
Para pengikut tren ‘rat core’ mengekspresikan diri mereka melalui pakaian vintage, mengenakan pakaian berlapis-lapis, dan menciptakan estetika DIY sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap konsumerisme dan fast fashion.Pendukung tren ini sering menggunakan barang bekas atau daur ulang. Mencerminkan kesadaran lingkungan yang tinggi di kalangan Gen Z.
Di media sosial “manusia tikus” memanifestasikan diri melalui meme, filter, dan konten humor yang menggunakan citra tikus. Humor absurd dan self deprecating menjadi ciri khas dengan penggunaan internet. Mereka Sering membandingkan dengan tikus yang berusaha terhadap hidup dunia yang semakin tidak ramah.
Dampak Psikologis
Fenomena ini juga memiliki dimensi psikologis mencerminkan bagaimana Gen Z merespons ketidakpastian ekonomi dan tekanan sosial. Dengan mengidentifikasikan diri sebagai ‘tikus” makhluk yang sering stigmatisasi namun sangat tangguh. Mereka menciptakan ruang aman untuk mengekspresikan kecemasan kolektif.
Kritik terhadap kapitalisme juga menjadi aspek penting dari tren ini. Gerakan “manusia tikus” mengkritik konsumsi berlebih dan mempertanyakan standar keberhasilan konvensional dengan mengadopsi estetik yang sederhana dan fungsional.
Meskipun terkesan aneh bagi generasi sebelumnya, fenomena ini menunjukkan kreativitas dan kemampuan Gen Z dalam menciptakan komunitas dan identitas alternatif. Tren ini juga merefleksikan bagaimana generasi mudah ironi dan humor sebagai mekanisme koping menghadapi tantangan dunia modern.
Secara keseluruhan fenomena “manusia tikus” bukanlah sekedar trend fashion atau internet yang sepele, melainkan manifestasi kompleks dari sikap dan nilai Gen Z terhadap masyarakat kontemporer. Fenomena ini menggabungkan estetika, kritik sosial, eksploitasi identitas, dan humor absurd. Elemen yang secara konsisten mendefinisikan bagaimana Gen Z menavigasi dan memaknai di sekitar mereka.
Baca juga : Pandawara Group: Anak Muda, Aksi Nyata untuk Lingkungan
Tinggalkan Balasan