Kategori: Sosok

  • Maudy Ayunda, Beauty Brain Behaviour

    Maudy Ayunda, Beauty Brain Behaviour

    Maudy Ayunda adalah wujud nyata dari ungkapan beauty, brain, behaviour. Tak hanya terkenal sebagai artis multitalenta, ia juga lulusan dua universitas ternama dunia dan kini aktif mendorong perubahan lewat pendidikan, bisnis berkelanjutan, dan aktivisme sosial.

    Maudy Ayunda terkenal sebagai penyanyi dan aktris berbakat Indonesia, tetapi perjalanan hidupnya menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar figur publik. Di luar dunia hiburan, Maudy aktif menyuarakan isu pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaan generasi muda. Lewat karya, pendidikan, dan bisnis, ia membuktikan bahwa konsistensi nilai dan visi bisa menjadi dasar kuat untuk berkontribusi secara nyata bagi masyarakat.

    Siapa Maudy Ayunda?

    Maudy Ayunda lahir di Jakarta pada 19 Desember 1994 dengan nama lengkap Ayunda Faza Maudya. Ia dikenal publik sebagai aktris dan penyanyi, namun kiprahnya tak berhenti di dunia hiburan. Kariernya dimulai sejak usia 12 tahun lewat film Untuk Rena (2005), dan namanya semakin terkenal melalui film Perahu Kertas (2012). Selain itu, ia juga menulis buku Dear Tomorrow (2018), yang mengungkap pemikiran tentang pendidikan dan pilihan hidup.

    Maudy saat Indonesian G20
    Maudy Ayunda sebagai juru bicara untuk Presidensi G20 Indonesia 2022
    (sumber : @maudyayunda)

    Pendidikan menjadi aspek penting dalam hidup Maudy. Setelah lulus dari British International School Jakarta, ia melanjutkan kuliah di University of Oxford, Inggris, mengambil jurusan Philosophy, Politics, and Economics (PPE). Usai lulus, ia diterima di dua universitas ternama dunia Harvard dan Stanford. Ia memilih Stanford University dan menyelesaikan dua gelar sekaligus, Master of Business Administration (MBA) dan Master of Arts in Education pada 2021. Maudy juga pernah menjabat sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia tahun 2022. Serta membentuk Maudy Ayunda Foundation yang fokus pada isu pendidikan dan literasi. Sebagai figur publik, Maudy memadukan kecantikan, kecerdasan, dan integritas. Ia aktif menyuarakan pentingnya pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan keberlanjutan lingkungan. Dalam wawancara dengan The Jakarta Post, Maudy menyatakan, “I want to make an impact, not only through art but also through ideas and initiatives that empower others” (The Jakarta Post, 22 Februari 2022). Menjadikannya panutan inspiratif bagi generasi muda.

    Beauty in Action, Merawat Kulit dan Bumi Lewat From This Island

    Maudy Ayunda menunjukkan cintanya pada Indonesia melalui brand skincare bernama From This Island. Maudy mendirikan brand ini bersama Patricia Devina pada 2023, dengan visi menjadikan kekayaan alam Indonesia sebagai identitas utama produk kecantikan.

    Papua Red Fruit Cream by From This Island (sumber : @maudyayunda)

    Produk-produk From This Island menggunakan bahan alami dari berbagai daerah di Indonesia. Contohnya, Java Black Tea Cleanser yang memanfaatkan teh hitam dari Jawa, dan Papuan Red Fruit Cream dari buah merah khas Papua. Selain itu, ada juga serum kulit manggis dan pelembap dari jambu biji. “Kami ingin From This Island tidak hanya menjadi produk, tapi juga cerita. Cerita tentang akar budaya, tanaman, dan alam Indonesia,” ungkap Maudy dalam wawancara dengan Her World Indonesia. Setiap produk yang rilis membawa filosofi natural, ethical, and rooted in local wisdom. Mereka bekerja sama dengan petani dan komunitas lokal untuk memperoleh bahan baku, serta mendonasikan sebagian keuntungan melalui program sosial bertajuk For This Island, yang mendukung akses pendidikan di wilayah penghasil bahan.

    Langkah Maudy ini memperkuat citranya sebagai publik figur yang sadar lingkungan dan punya visi jangka panjang. Ia menggunakan pengaruhnya untuk memperkenalkan Indonesia melalui pendekatan elegan, bukan hanya sebagai tujuan wisata, tapi sebagai sumber inspirasi alami dan budaya yang kaya. Dengan From This Island, Maudy Ayunda tidak hanya membangun bisnis, tetapi juga menyuarakan narasi tentang kekayaan Nusantara kepada dunia.

    Tiga Pilar Maudy, Beauty Brain Behaviour

    Maudy Ayunda bukan sekadar representasi dari beauty with brain, tetapi beauty, brain, and behaviour—tiga kualitas yang saling menguatkan. Kecantikannya alami , kecerdasannya teruji secara akademik dan sosial, dan perilakunya konsisten, mencerminkan nilai-nilai yang ia pegang teguh. Dalam salah satu unggahannya di media sosial, Maudy menulis, “Yang paling penting bukan seberapa cepat kita sampai, tapi bagaimana kita melangkah.” Langkah Maudy Ayunda memang tak selalu keras, tapi selalu berarti dan itulah yang menjadikannya inspirasi bagi banyak orang.

    baca juga : Mengenal Gentle Parenting ala Nikita Willy

    Referensi :

    • From This Island. (2023).
    • Her World Indonesia. (2023, 17 Oktober). Maudy Ayunda Luncurkan From This Island, Brand Kecantikan yang Rawat Alam dan Warisan Lokal.
    • The Jakarta Post. (2022, 22 Februari).
  • Kisah Pendiri Indomie dan Mimpinya Memberi Makan Bangsa

    Kisah Pendiri Indomie dan Mimpinya Memberi Makan Bangsa

    Masa Kecil Di Tiongkok dan Awal Perjuangan

    Masyarakat Indonesia sudah sangat mengenal nama ‘Indomie’. Bahkan banyak yang menjadikan makan mie instan “Indomie” sebagai budaya. Namun, tidak banyak orang yang tahu kisah menyentuh dibalik kesuksesan “Indomie” ini. 

    Sosok dibalik kesuksesan “Indomie” yaitu Djajadi Djaja, ia lahir di di Provinsi Fujian, Tiongkok pada tahun 1916. Ia tumbuh di tengah keluarga sederhana yang menghadapi kesulitan ekonomi dan kondisi sosial-politik yang tak stabil. Sejak kecil, ia membantu orang tuanya berdagang dan membentuk etos kerja keras sejak usia dini.

    Kondisi ekonomi yang sulit dan minimnya kesempatan membuat Liem muda memutuskan untuk merantau ke Indonesia yang dulu Hindia Belanda, pada usia yang masih sangat muda. Seperti banyak imigran Tionghoa lainnya, ia datang dengan modal minim namun membawa harapan besar untuk mengubah nasibnya.

    Merintis Usaha dari Nol

    Setibanya di Indonesia, Sudono menetap di Kudus, Jawa Tengah. Di sana ia memulai dari bawah, menjual hasil bumi dan barang kebutuhan pokok secara kecil-kecilan. Orang-orang mengenalnya sebagai sosok yang hemat, pekerja keras, dan pantang menyerah. Keuletan dan kemampuannya membangun relasi dengan masyarakat lokal membuat bisnis kecilnya mulai berkembang. Setelah menikah, ia pindah ke Jakarta dan mulai memperluas usahanya di bidang perdagangan dan distribusi barang, terutama setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945. 

    Sosok Djajadi Djaja dkk menjadi awal sejarah perjalanan Indomie. Sejak 1959, dia mulai berbisnis. Bersama kawan-kawan SMA-nya dia membangun sebuah firma bernama Fa. Perusahaan Djangkar Djati kemudian berganti nama menjadi Wicaksana Overseas International. Buku Kontribusi Dunia Bisnis Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka (1995) menyebut mereka eksis sejak 1964. Geng pengusaha ini juga pernah berbisnis rokok luar negeri.

    Djajadi Djaja dkk, pada April 1970, mendirikan Sanmaru Food Manufacturing, yang pabriknya sejak 1972 memproduksi mi instan dengan nama Indomie, singkatan dari Indonesia Mie.

    Langkah Besar: Mendirikan Grup Salim dan Indofood

    Pada tahun 1950-an hingga 1960-an, Sudono Salim menjadi tokoh penting dalam dunia bisnis nasional. Ia menjalin hubungan erat dengan pemerintah dan melihat peluang untuk membangun industri dalam negeri yang kuat. Ia kemudian mendirikan Grup Salim, yang menjadi konglomerat terbesar di Indonesia pada masa Orde Baru.

    Salah satu perusahaan paling ikonik dari grup ini adalah Indofood, yang kemudian meluncurkan produk Indomie pada tahun 1972. Sudono Salim menciptakan makanan cepat saji yang bisa dijangkau oleh semua kalangan dari pejabat hingga rakyat biasa.

    Indomie: Makanan Murah yang Mengenyangkan dan Bermakna

    Sudono melihat bahwa mi instan bisa menjadi solusi atas masalah pangan nasional. Dengan harga terjangkau, proses masak cepat, dan rasa yang cocok dengan lidah masyarakat, Indomie menjadi fenomena sejak awal peluncurannya.

    Dalam proses pengembangannya, Sudono tidak hanya memikirkan keuntungan, tetapi juga kualitas gizi dan keberlanjutan produk. Ia bekerja sama dengan ahli pangan untuk memastikan bahwa Indomie bukan hanya murah, tapi juga mengandung nutrisi yang memadai.

    Masa Tua dan Warisan

    Sudono Salim wafat pada tahun 2012 di usia 95 tahun, di Singapura. Meski ia telah tiada, warisannya terus hidup melalui generasi penerusnya.. Anak dan cucunya meneruskan bisnis Salim Group, sementara Indomie tetap menjadi simbol kejayaan industri nasional dan kisah sukses seorang imigran yang bekerja keras.

  • Chris Martin: Harmoni Kesuksesan di Balik Coldplay

    Chris Martin: Harmoni Kesuksesan di Balik Coldplay

    Chris Martin, yang lahir di Exeter pada 2 Maret 1977, adalah seorang penyanyi, penulis lagu, musisi, dan produser asal Inggris. Ia juga memainkan piano dan ikut mendirikan grup musik Coldplay.Chris Martin berkuliah di University College London, di mana ia membentuk Coldplay bersama Jonny Buckland, Guy Berryman dan Will Champion. 

    Kehidupan Pribadi 

    Chris Martin lahir di Whitestone, Exeter, Devon, Inggris, sebagai anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Anthony Martin, adalah seorang akuntan yang telah pensiun, sementara ibunya, Alison Martin, berprofesi sebagai guru musik. Pada 5 Desember 2003, Martin menikah dengan aktris Gwyneth Paltrow. Dari pernikahan mereka, Chris Martin dan Gwyneth Paltrow memiliki dua anak: putri pertama mereka, Apple Blythe Alison Martin, lahir pada Mei 2004 di London, dan putra kedua mereka, Moses Bruce Anthony Martin, lahir pada April 2006 di New York.

    Sejak usia dini, Chris Martin telah memperlihatkan ketertarikan dan bakat luar biasa di dunia musik. Ia mulai belajar memainkan piano ketika berumur lima tahun dan dengan cepat menunjukkan kemampuan yang menonjol. Tak hanya piawai bermain piano, Chris juga mengembangkan keahliannya dengan belajar gitar serta menulis lagu sejak masa kanak-kanak.

    Pendidikan 

    Chris Martin memulai pendidikan formalnya di Exeter Cathedral School, sebuah sekolah asrama ternama di Exeter yang dikenal akan keunggulannya dalam bidang musik. Di sana, Chris aktif dalam berbagai kegiatan musik seperti paduan suara dan orkestra. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Chris Martin melanjutkan sekolah menengah di Sherborne School, salah satu sekolah elit di Inggris.

    Di Sherborne School, Chris Martin terus mengasah kemampuan bermusiknya dengan bergabung dalam sejumlah band sekolah dan mulai menciptakan lagu-lagu orisinal. Tak hanya aktif di bidang musik, Chris juga menonjol dalam olahraga seperti rugby dan kriket.

    Setelah menyelesaikan pendidikan di Sherborne, Chris melanjutkan studinya di University College London (UCL) dengan mengambil jurusan Sejarah Kesenian. Di kampus inilah ia bertemu dengan Jonny Buckland, Guy Berryman, dan Will Champion — tiga musisi yang kelak menjadi anggota inti band Coldplay.

    Saat menjalani masa kuliah di UCL, Chris dan ketiga temannya mulai serius membentuk band yang awalnya bernama Pectoralz, lalu berganti menjadi Starfish. Mereka kerap tampil di berbagai acara kampus serta pub lokal di London, sembari terus menulis dan membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri.

    Pada tahun 1996, band ini resmi mengubah nama mereka menjadi Coldplay. Di bawah kepemimpinan Chris Martin sebagai vokalis utama dan penulis lagu, Coldplay mulai menarik perhatian industri musik dan berbagai label rekaman — membuka jalan menuju kesuksesan global yang mereka raih kemudian.

    Kesuksesan 

    Kesuksesan Coldplay bermula pada tahun 1996 ketika vokalisnya, Chris Martin, bertemu dengan Jonny Buckland di University College London (UCL). Pertemuan itu menjadi momen penting dalam perjalanan musik mereka. Jonny Buckland langsung terkesan dengan Chris Martin, bukan hanya karena bakat musiknya, tetapi juga karena kepribadiannya yang rendah hati dan ambisius. Buckland bahkan pernah berkata, ‘Sejak pertama kali bertemu Chris, saya yakin kami akan meraih kesuksesan bersama.’”

    Setelah Chris Martin dan Jonny Buckland mulai membentuk band, keanggotaan Coldplay berkembang dengan bergabungnya Guy Berryman dan Will Champion. Formasi awal ini kemudian secara resmi memilih nama ‘Coldplay’ sebagai identitas band mereka. Salah satu teman dekat Chris Martin, Phil Harvey, turut bergabung sebagai manajer band dan membantu mendanai rekaman pertama mereka. Karena peran pentingnya, Phil Harvey sering dijuluki sebagai anggota kelima Coldplay.

    Saat Coldplay menandatangani kontrak rekaman pertamanya, mereka baru tampil dalam sepuluh pertunjukan bersama label indie asal London, Fierce Panda. Namun, pada awal tahun 1999, single perdana mereka Brothers & Sisters mulai menarik perhatian label-label besar. Parlophone Records — label legendaris yang pernah menaungi The Beatles — tertarik dengan kualitas musik Coldplay dan resmi mengontrak mereka pada April 1999.

    Chris Martin, sebagai vokalis utama Coldplay, telah meraih tujuh Grammy Awards dan sembilan Brit Awards bersama grupnya. Coldplay telah menjual lebih dari 100 juta album di seluruh dunia dan menjadi salah satu band paling sukses di abad ke-21 Media ternama seperti The Independent dan Evening Standard menyebut Martin sebagai salah satu figur paling berpengaruh di Inggris, sementara American Songwriter mengakui kehebatannya dengan menempatkannya di jajaran penyanyi pria terbaik abad ini

  • Jehian Panangian Sijabat, Manajer Kreator yang Sukses Bangun Mantappu Corp

    Jehian Panangian Sijabat, Manajer Kreator yang Sukses Bangun Mantappu Corp

    Jehian Panangian Sijabat, manajer kreator yang kini menjadi CEO Mantappu Corp. Salah satu jaringan influencer internasional terbesar di Indonesia.

    Jehian Panangian Sijabat, pria kelahiran Jakarta pada 8 Mei 1996, berhasil membangun kesuksesan banyak kreator konten Indonesia. Sebagai CEO Mantappu Corp dan manajer sejumlah influencer ternama. Jehian menunjukkan bahwa dengan visi jelas dan kerja keras, seseorang dapat membangun ekosistem kreator digital yang berkembang.

    Awal Kariernya Menjadi Manajer untuk Sang Adik, Jerome Polin

    Jehian Panangian Sijabat memulai kariernya di dunia digital dengan peran yang sederhana, namun sangat penting. Yaitu sebagai sebagai manajer pribadi untuk para kreator pemula. Pada awalnya, ia hanya mengelola jadwal dan aktivitas sehari-hari sang adik, Jerome Polin, yang kini juga menjadi salah satu influencer ternama. Namun, peran ini tidak hanya sekadar membantu seorang kreator untuk mengatur aktivitasnya. Di tangan Jehian, manajemen kreator berkembang menjadi suatu bentuk bisnis yang lebih sistematis dan profesional.

    Kesadaran akan pentingnya pengelolaan yang baik dalam dunia kreator digital membawanya untuk membangun Mantappu Corp. Perusahaan ini bukan hanya berfokus pada manajemen influencer, tetapi juga mencakup pengelolaan karier jangka panjang, perencanaan strategis, dan pengembangan jaringan yang luas untuk setiap kreator yang ia kelola.

    Mengelola Kreator di Dalam dan Luar Negeri dengan Mantappu Corp

    Melalui Mantappu Corp, Jehian mengelola sejumlah kreator konten yang dikenal luas oleh publik Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Jerome Polin (Nihongo Mantappu), Jang Hansol (Korea Reomit), Hitomi,Erika Ebisawa, NA Dehoon, dan Waseda Boys. Di bawah koordinasi perusahaan ini, para kreator telah menjalin lebih dari 80 kerja sama dengan berbagai brand, serta menghasilkan total tayangan yang melampaui angka 1 miliar.

    Jehian menyampaikan bahwa fokus utama manajemen Mantappu Corp berada pada para kreator yang tinggal di luar negeri namun tetap menyasar audiens Indonesia. “Talent saya ada yang di Korea, Jepang, AS, Rusia. Mereka bikin konten untuk orang Indonesia,” ujarnya, dikutip dari Liputan6.com.

    Berbeda dengan manajer influencer pada umumnya, Jehian dikenal sebagai sosok yang approachable dan aktif berinteraksi dengan penggemar talent-nya. Ia menggunakan media sosial pribadinya sebagai portal informasi seputar kegiatan dan konten para talent yang ia kelola. “Menurut saya seorang manajer harus approachable. Oleh karena itu, saya sering berinteraksi dengan fans, dan menjadikan sosial media saya sebagai portal informasi seputar talent saya,” ungkapnya.

    Menurut Jehian, membangun relasi yang baik dengan talent menjadi salah satu kunci dalam mempertahankan kolaborasi jangka panjang. Ia meyakini bahwa seorang manajer harus mampu memahami karakter, kebutuhan, dan tujuan masing-masing kreator. Dari situ, strategi pengelolaan karier pun bisa dirancang lebih tepat dan berkelanjutan.

    Selain itu, Jehian juga aktif memberikan edukasi tentang pentingnya profesionalisme dalam industri kreator. Ia sering membagikan wawasan seputar manajemen waktu, kerja sama dengan brand, serta pentingnya menjaga reputasi di ruang publik digital. Bagi Jehian, seorang kreator yang sukses bukan hanya mereka yang viral, tetapi mereka yang mampu bertahan dan berkembang secara konsisten.

    Pengakuan dan Penghargaan sebagai CEO Mantappu Corp

    Banyak orang mengenal Jehian awalnya sebagai kakak dari Jerome Polin. Tapi perlahan, identitasnya sebagai pemimpin muda mulai menonjol. Atas kontribusinya dalam industri kreator digital dan kiprahnya sebagai CEO dan manajer kreator membawanya masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia tahun 2021 dan Mereka juga menjadi awardee termuda dalam daftar Fortune Indonesia’s 40 Under 40.

    Jehian Panangian Sijabat dan Jerome Polin Fortune Indonesia’s 40 Under 40 tahun 2023 (Sumber: Instagram @fortune.idn)

    Tidak Hanya Mengelola, Tapi Juga Berkarya

    Di luar perannya sebagai manajer dan CEO, Jehian juga dikenal sebagai seorang kreator konten. Meski tidak seaktif talent yang ia kelola, ia kerap membagikan pemikirannya di media sosial, termasuk soal industri kreatif, manajemen, dan pengalaman pribadinya sebagai bagian dari ekonomi kreator.

    Peran ganda ini memberinya perspektif unik. Ia memahami tantangan sebagai kreator sekaligus tanggung jawab sebagai manajer. Hal ini membuat pendekatannya terhadap bisnis kreator menjadi lebih realistis dan relevan. Ia juga menggunakan media sosialnya untuk membangun transparansi dengan pengikut dan komunitas, serta membuka ruang diskusi seputar profesi kreator yang masih tergolong baru di mata masyarakat luas.

    baca juga : Simu Liu sebagai Shang-Chi, Representasi Asia Pertama di Marvel Cinematic Universe

    Referensi:

    • Mantappu Corp – Jehian Panangian Sijabat
    • Liputan6 – Jehian Sijabat: Manager Milenial Bagi Influencer di Luar Negeri

  • Simu Liu sebagai Shang-Chi, Representasi Asia Pertama di Marvel Cinematic Universe

    Simu Liu sebagai Shang-Chi, Representasi Asia Pertama di Marvel Cinematic Universe

    MANUNGSA— Tak semua orang bisa menyebut dirinya sebagai akuntan, stuntman, bintang sitkom, dan superhero Marvel dalam satu kalimat. Simu Liu membuktikan bahwa jalan hidup tak bisa sepenuhnya lurus untuk mencapai puncak. Di balik ketenarannya sebagai Shang-Chi, ada kisah perjuangan seorang anak imigran yang mencari jati diri di tengah tekanan keluarga dan stereotip Hollywood.

    Tumbuh dalam Ekspektasi

    Simu Liu lahir di Harbin, Tiongkok, pada 1989. Ia berpindah ke Kanada pada usia lima tahun bersama kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai insinyur. Keluarga Liu membesarkannya di Mississauga, Ontario, dalam lingkungan yang menjunjung tinggi prestasi akademik, sehingga pressure yang mereka berikan sempat menciptakan jarak emosional antara Liu dan keluarganya.

    “Orang tua saya tidak pernah mengatakan ‘aku sayang kamu’ secara langsung,” ungkap Liu dalam wawancaranya dengan WBUR. “Mereka menunjukkan kasih sayang lewat makanan dan tekanan agar saya berhasil” (WBUR, 17 Mei 2022)

    Dalam memoarnya We Were Dreamers, Liu menggambarkan masa kecilnya sebagai pergulatan antara memnuhi ekspektasi atau mengejar kebahagiaan pribadi. Ia menyebut pernah merasa gagal sebagai anak karena tidak mampu memenuhi standar ekspektasi kesuksesan orang tuanya. Lebih jauh lagi, Liu menyadari bahwa ekspektasi tersebut menjadi sumber motivasi sekaligus keraguan. Oleh karena itu, hubungan dengan keluarganya menjadi tema penting dalam narasi hidupnya.

    Awal Karir Simu Liu

    Setelah lulus dari Western University dengan gelar di bidang bisnis dan akuntansi, Liu bekerja di salah satu firma akuntansi terbesar dunia. Akan tetapi, ia merasa tidak benar-benar enjoy dalam rutinitas kantoran. Dikutip dari Maclean’s 19 Agustus 2021, Simu Liu mengungkapkan bahwa ia dipecat dalam waktu kurang dari setahun bekerja. Momen itu walaupun menyakitkan, namun menjadi awal dari kebebasannya. Ia memilih mengejar karir di dunia entertainment, meski sama sekali tidak memiliki latar belakang dalam akting.

    Simu Liu dan pemeran sitkom Kim’s Convenience
    Source: ew.com

    Ia pun memulai perjuangannya dari bawah—mulai dari menjadi stuntman dan figuran, hingga akhirnya meraih peran sebagai Jung Kim dalam sitkom Kim’s Convenience (2016–2021), yang mengangkat kehidupan keluarga imigran Korea di Kanada. Serial itu bukan hanya populer, tetapi juga menjadi representasi penting bagi komunitas Asia di Amerika Utara.

    Shang Chi dan Mimpi Simu Liu

    Pada 2019, Liu mengejutkan fans Marvel ketika Marvel mengumumkannya sebagai pemeran utama dalam film Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings (2021). Ia menjadi superhero Asia pertama dalam Marvel Cinematic Universe. Bahkan dalam salah satu tweetnya, Liu menuliskan, “Hey@Marvel, great job with Cpt America and Thor. Now how about an Asian American hero?,”
    Tweet iseng ini, dianggap menjadi manifestasi dan kini menjadi kenyataan.

    Simu Liu dalam perannya sebagai Shang Chi di Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings
    Source: rare-gallery.com

    “Saya tumbuh dengan menyukai superhero, tapi tidak pernah melihat yang seperti saya. Kini saya berdiri di sini, mengenakan kostum pahlawan,” kata Liu dalam konferensi pers Marvel (Variety, 25 Agustus 2021).

    Tak heran, film tersebut sukses besar dan membawa Liu menjadi sorotan global. Ia pun meraih penghargaan People’s Choice Awards dan menjadi ikon representasi Asia di Hollywood.

    Stereotip Asia

    Simu Liu juga aktif menyuarakan pentingnya representasi dan memerangi kebencian terhadap komunitas Asia.

    Saya ingin orang-orang tahu bahwa aksen yang mereka dengar dari orang tua kita bukan tanda kelemahan, tapi kekuatan. Itu suara dari perjuangan dan keberanian,” ujar Liu saat diwawancarai oleh The Guardian (The Guardian, 4 Mei 2022).

    Melalui bukunya, wawancara, dan media sosial, Liu terus menjadi suara generasi baru Asia di diaspora. Secara konsisten, ia mendorong masyarakat untuk mencintai warisan budaya mereka sambil menantang batasan sosial yang sudah lama ada.

    Kini, Simu Liu tidak hanya dikenal sebagai bintang film. Ia adalah simbol harapan, terutama bagi anak-anak imigran yang tumbuh dengan keraguan dan tekanan. Di tengah tantangan identitas dan budaya, Liu menunjukkan bahwa keberhasilan tidak harus sesuai jalur orang tua atau norma industri.

    Baca juga: Sisi Lain K.H Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah yang Penuh Kasih

    Referensi:

    • Simu Liu: ‘I Grew Up Ashamed to Be Asian. Now I’m Proud. The Guardian, 4 Mei 2022.
    • Liu, Simu. We Were Dreamers: An Immigrant Superhero Origin Story. HarperCollins, 2022.
    • Simu Liu Talks Shang-Chi, Stereotypes and Superhero Pressure. Time, 10 Mei 2022.
    • Simu Liu on Life Before Marvel: I Was Laid Off From Deloitte. Maclean’s, 20 Juli 2021.
    • Shang-Chi Star Simu Liu on Becoming a Marvel Superhero.Variety, 25 Agustus 2021.
  • Di Balik Profesi Langka: Penjaga Mercusuar dan Pembuat Mainan Kayu Tradisional

    Di Balik Profesi Langka: Penjaga Mercusuar dan Pembuat Mainan Kayu Tradisional

    Jejak Langkah Penjaga Mercusuar di Pulau Lengkuas

    Di balik profesi langka terlihat jelas dalam kehidupan penjaga mercusuar di Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas, Belitung berdirinya sebuah mercusuar tua yang dibangun oleh pemerintah Belanda pada 1882. Meski sebagian sistem pencahayaannya telah otomatis, mercusuar ini masih terus terjaga oleh manusia. Salah satunya adalah Pak Amang, seorang penjaga mercusuar yang telah mengabdi lebih dari 21 tahun. 

    Dalam era modern yang terus berkembang, banyak profesi tradisional yang perlahan memudar. Namun, penjaga mercusuar dan pembuat mainan kayu tetap berdiri pada prinsipnya. Mereka adalah penjaga identitas budaya yang menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini. Seperti Pak Amang yang bertugas menjaga mercusuar di Pulau Lengkuas, Belitung, mereka bukan hanya memastikan keselamatan navigasi laut, tetapi juga menjaga jejak sejarah maritim Indonesia. Mercusuar yang dibangun sejak 1882 ini telah menjadi saksi bisu banyak peristiwa penting, dari era kolonial hingga kemerdekaan, dan tetap berdiri tegak sebagai simbol ketekunan.

    Dalam wawancara oleh Harian Kompas (2022), Pak Amant Menceritakan bagaimana ia harus tinggal selama berminggu-minggu di pulau kecil itu, yang hanya ditemani suara ombak dan burung laut. “Ketenangan luar biasa, tapi juga menguji mental. Kita tidak bisa hanya mengandalkan teknologi saja, karena cuaca bisa membuat segalanya rusak dalam sekejap,” ujarnya.

    Meski profesi ini mulai terabaikan, penjaga mercusuar seperti Pak Among tetap perlu bukan hanya untuk menjaga fungsi navigasi saja, tapi juga sebagai pelestari sejarah dan merupakan saksi bisu dunia maritim Indonesia. 

    Cerita Pekerjaan Pembuat Mainan Kayu Imogiri

    Pada sudut desa Wukisari, Imogiri, Bantul tempat sebagai sentra batik tulis, tinggalah seorang pria bernama Pak Yanto (Nama Samaran), pembuat mainan kayu tradisional sejak 1980-an. Alih-alih membuat barang modern, ia tetap setia pada mainan tradisional seperti gasing, egrang, cublak-cublak, mobil-mobilan, dan kuda-kudaan dari kayu pinus. 

    Sisi lain, Pak Yanto dari Wukirsari, Imogiri, Bantul, tetap mempertahankan keahlian membuat mainan kayu tradisional meskipun industri mainan modern telah berubah drastis. Di tengah serbuan mainan plastik dan digital, mainan kayu seperti egrang, gasing, dan kuda-kudaan tetap memiliki tempat khusus dalam hati mereka yang menghargai nilai budaya. Proses pembuatannya yang manual, mulai dari pemilihan kayu, pengukiran, hingga pengecatan, menunjukkan dedikasi tinggi dan cinta pada warisan nenek moyang.

    Menurut dari laporan Mongabay (2021), Pak Yanto memproduksi mainan tidak semata hanya untuk dijual, tapi sebagai bentuk pelestarian budaya. “Mainan ini bukan hanya hiburan, tapi juga bentuk pendidikan. Anak-anak belajar keseimbangan, kesabaran, dan kreativitas,” katanya.

    Proses pembuatannya pun masih manual, mulai dari mengukir hingga mewarnai. Sekalipun mereka harus bersaing dengan produk plastik impor dari luar negeri maupun dalam negeri yang sudah banyak di jual orang-orang dan, Pak Yanto tetap percaya bahwa nilai budaya dan buatan tangan tak akan tergantikan.

    Lika-Liku di Balik Profesi Langka, Warisan yang Perlu Dijaga 

    Profesi seperti penjaga mercusuar dan pembuat mainan kayu mungkin tidak terdengar glamor, tetapi mereka memiliki nilai kemanusiaan dan sejarah yang mendalam. Mereka menjaga sesuatu yang lebih besar dari sekedar pekerjaan yaitu identitas, ketekunan, dan makna hidup.

    Meskipun terlihat sederhana, profesi ini menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari perubahan iklim yang mengancam keberlangsungan mercusuar hingga persaingan dengan produk mainan modern yang lebih murah dan massal. Namun, mereka tetap percaya bahwa nilai budaya yang melekat pada pekerjaan mereka tidak akan tergantikan. Bagi generasi muda, kisah mereka adalah inspirasi untuk tetap menghargai akar budaya di tengah gemerlap dunia digital.

    Kisah Pak Amani dan Pak Yanto adalah pengingat bahwa nilai budaya bukan sekadar sejarah, tetapi juga identitas yang perlu dirawat. Mereka mengajarkan kepada kita tentang ketekunan, makna hidup, dan pentingnya menjaga tradisi di tengah perubahan zaman. Dengan memahami perjuangan mereka, kita dapat lebih menghargai nilai-nilai lokal yang memperkaya identitas bangsa.

    Baca juga: Perjalanan Petani Muda dalam Membangun Pertanian Organik Berkelanjutan

  • Sisi Lain K.H Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah yang Penuh Kasih

    Sisi Lain K.H Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah yang Penuh Kasih

    MANUNGSA— Di balik nama besar Muhammadiyah, ada sosok manusia yang rendah hati dan mencintai ilmu. Lebih dari sekedar tokoh pembaru Islam, Ahmad Dahlan ternyata juga merupakan pribadi yang mampu menyentuh hati mereka yang mengenalnya

    Kehidupan Awal K.H Ahmad Dahlan

    Lahir dengan nama kecil Muhammad Darwis pada 1 Agustus 1868. Ayahnya, K.H. Abu Bakar adalah khatib Masjid Gedhe Kauman serta ibunya berasal dari keturunan ulama. Lingkungan rumahnya kental dengan suasana keislaman. Suara lantunan ayat, pengajian, dan obrolan tentang kitab-kitab klasik adalah bagian dari hari-harinya.

    Pada usia 8 tahun, ia mampu menghafal Al-Qur’an dan dikenal tekun belajar. Sejak kecil, ia tumbuh tidak jauh dari lingkungan masjid, tempat ia belajar bukan hanya ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai kepemimpinan dan kejujuran (Suryanegara, 2013). Namun Darwis tidak tumbuh menjadi anak yang pendiam atau kaku. Ia justru aktif bermain bersama teman-temannya. Sepak bola dan Petak umpet menjadi favoritnya, tanpa pernah melupkaan shalat tepat waktu atau mengaji di rumah. Dari kecil, ia menunjukkan sifat yang disiplin dan memiliki rasa ingin tahu tinggi.

    Pendidikan

    Pada usia 15 tahun, K.H. Ahmad Dahlan berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus belajar. Lima tahun dihabiskan di sana, ia tidak hanya belajar fiqih dan tafsir, tetapi juga menyerap gagasan pembaruan Islam dari pemikiran baru dari tokoh-tokoh Islam modern seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani. Di tanah suci, ia menyaksikan Islam yang rasional, dinamis, dan berpihak pada kemajuan.

    Saat kembali ke tanah air, Darwis mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Nama baru itu mencerminkan identitas spiritual dan intelektual yang baru. Menolak menjadi ulama yang terpisah dari masyarakat, Ahmad Dahlan konsisten memilih pendekatan merakyat. Ia tak segan mengajar anak-anak kecil, rutin berdiskusi dengan para pemuda, bahkan rela membuka sekolah sederhana dari rumahnya sendiri. Kehidupan pribadinya sehari-hari pun mencerminkan nilai-nilai yang ia ajarkan.

    Karakter dan Kebiasaan Sehari-hari

    Sebagai pribadi, K.H. Ahmad Dahlan sangat membumi. Ia berdagang kain sendiri ke pasar setiap pagi untuk menghidupi keluarganya. Sebuah pekerjaan yang memberinya ruang untuk tetap dekat dengan masyarakat. Kepada siapapun ia mudah tersenyum. Ia menyapa tetangga, menyempatkan diri bermain biola di sela-sela mengajar. Santri mengenalnya sebagai kiai yang lebih suka memberi contoh dan bercerita.

    K.H. Ahmad Dahlan bangun pagi, melaksanakan shalat dan membaca Al-Qur’an, lalu mengajar, berdagang, atau melakukan aktivitas sosial. “Beliau itu tidak pernah bersikap berlebihan, baik dalam berpakaian, makan, maupaun berbicara,” ujar K.H. Syamsul Anwar, sejarawan Muhammadiyah, dalam wawancara dengan Suara Muhammadiyah (2020). Meski menjadi tokoh penting, Ahmad Dahlan tidak menjaga jarak dengan masyarakat. Ia sering duduk lesehan bersama pedagang pasar, mendengarkan keluh kesah, bahkan ikut membantu memikul barang dagangan. Baginya, menjadi pemimpin berarti dekat dengan yang dipimpin.

    Anekdot, Mengajarkan Agama Lewat Musik

    Salah satu kisah menarik tentang sosoknya terjadi saat ia ditanya olehg muridnya tentang makna agama. Alih-alih menjawab panjang lebar, ia mengambil biola dan memainkan lagu lembut. Setelah usai, ia bertanya kepada murid-muridnya “Apa yang kalian rasakan?” Para murid menjawab: tentram, sejuk, damai. Llau ia berkata “Begitulah agama. Menghadrkan ketentraman dalam jiwa.” (Sang Pencerah, Film, 2010). Pendekatan ini menunjukkan bagaimana kecerdikan Ahmad Dahlan dalam memahami agama. Bukan hanya sebagai dogma, melainkan sebagai pegalaman batin yang meneduhkan.

    Relasi Sosial

    Salah satu titik balik penting dalam perjalanan dakwah Ahmad Dahlan adalah ketika ia menikah dengan Nyai Siti Walidah, (kelak dikenal sebagai tokoh ‘Aisyiyah). Ia memperlakukan istrinya dengan penuh hormat dan mempercayainya sebagai mitra perjuangan. Bahkan, ia memberi ruang besar pada Nyai Dahlan untuk mendidik kaum perempuan, hal yang saat itu masih dianggap tabu.

    Kepada anak-anaknya, ia menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, dan tidak takut berbeda. Di rumah, ia lebih sering mendengarkan dan berdialog daripada memberi perintah. Prinsip hidupnya sederhana, hidup untuk memberi manfaat. Ia lebih sering menjadi sahabat daripada hanya sekadar orang tua.

    Keteladanan K.H Ahmad Dahlan

    K.H. Ahmad Dahlan wafat pada 23 Februari 1923 pada usia 54 tahun. Tapi nilai-nilainya tidak ikut mati. Tak berhenti di sana, kesederhanaannya, keberaniannya berpikir berbeda, ketulusannya dalam berdakwah, dan kasih sayangnya kepada sesama—semuanya masih terus hidup sampai sekarang, diwariskan melalui ribuan sekolah, rumah sakit, dan gerakan sosial Muhammadiyah.

    Bukan hanya pendiri organisasi, Kiai Dahlan adalah teladan kemanusiaan. Ia membuktikan bahwa Islam bukan sekadar doktrin, tapi harus hadir dalam tindakan nyata yang membebaskan, menyayangi, dan mencerdaskan.

    Baca juga: Siapa Edward de Bono? Inilah Tokoh di Balik Lateral Thinking dan Pengaruhnya terhadap Cara Berpikir di Dunia Modern

    Referensi:

    • Nasir, H. (2010). Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
    • Suryanegara, A.H. (2013). Api Sejarah 1. Bandung: Salamadani.
    • Sang Pencerah. (2010). Film, disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
    • “Tokoh Inspiratif: KH Ahmad Dahlan.” Suara Muhammadiyah, 2020.

  • Siapa Edward de Bono? Inilah Tokoh di Balik Lateral Thinking dan Pengaruhnya terhadap Cara Berpikir di Dunia Modern

    Siapa Edward de Bono? Inilah Tokoh di Balik Lateral Thinking dan Pengaruhnya terhadap Cara Berpikir di Dunia Modern

    MANUNGSA— Nama Edward de Bono mungkin tidak setenar tokoh teknologi atau ilmuwan populer lainnya, namun gagasan-gagasannya telah mengubah cara jutaan orang di dunia berpikir dan mengambil keputusan. Tapi siapa sebenarnya pria di balik konsep lateral thinking ini?

    Lahir di Malta pada 19 Mei 1933, Edward Charles Francis Publius de Bono tumbuh di lingkugan yang sederhana, jauh dari pusat-pusat pemikiran dunia. Namun sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan luar biasa pada bagaimana berpikir dan bertindak. Namun, sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikan luar biasa pada bagaimana manusia berpikir dan bertindak. Ayahnya seorang dokter, sementara ibunya seorang jurnalis , dua profesi yang mempertemukannya dengan logika dan empati sejak dini.

    Malta, yang kala itu masih menjadi wilayah kecil di bawah bayang-bayang kekuatan besar Eropa, bukan tempat yang sering melahirkan pemikir dunia. Tapi de Bono membuktikan bahwa keterbatasan geografis tidak membatasi kekuatan gagasan. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Oxford University dengan beasiswa Rhodes—sebuah pencapaian luar biasa. Di sana, ia menyelesaikan studi di bidang psikologi, fisiologi, dan kedokteran, kemudian mendapatkan gelar doktor di bidang filsafat. Tapi, alih-alih mengejar ketenaran akademis, ia memilih jalan yang lebih menantang: mengubah cara orang berpikir.

    Filosofi Berpikir Edward de Bono

    Edward de Bono tidak hanya mengajarkan bagaimana menjadi pintar, tapi bagaimana menjadi bijak. Ia merasa frustasi dengan cara berpikir tradisional yang kolot dan sering menimbulkan konflik. Menurutnya, banyak masalah di dunia yang muncul bukan karena kurangnya pengetahuan, tapi karena cara berpikir terbatas. Dari sinilah ia mencentuskan konsep lateral thinking—cara berpikir menyamping, bukan lurus. Tujuannya? Membantu orang menemukan solusi kreatif yang tidak terpikirkan sebelumnya.

    Konsep Lateral Thinking

    Konsep ini kemudian diterapkan di berbagai bidang, dari dunia pendidikan, bisnis, hingga pemerintahan. De Bono bahkan pernah diminta oleh PBB dan berbagai pemimpin negara untuk memberikan pelatihan berpikir kreatif dan penyelesaian konflik.

    Sisi Humanis Edward de Bono

    Edward de Bono mampu menarik perhatian karena sisi humanisnya yang kuat. Di tengah ketenerannya sebagai pakar berpikir, ia tetap percaya bahwa kekuatan terbesar bukan terletak di ruang kuliah kampus ternama, tapi di ruang kelas anak-anak sekolah. Ia kerap mengisi seminar untuk siswa SD dan SMP, membekali mereka dengan keterampilan berpikir sejak dini. Baginya, masa depan dunia tidak akan berubah jika kita terus mengajarkan apa yang harus dipikirkan, bukan “bagaimana” cara berpikir.

    Kontribusi Intelektual

    Edward de Bono wafat pada 9 Juni 2021 pada usianya yang menginjak 88 tahun. Ia pergi dengan mewariskan pemikirannya di ratusan buku, seminar, dan program latihan yang ia tinggalkan. Ia mungkin tidak membuat penemuan teknologi mutakhir, tapi ia memberi dunia sesuatu yang lebih mendasar, yaitu cara baru untuk memahami realitas, menyelesaikan konflik, dan menciptakan masa depan yang jauh lebih baik.

    Di era informasi seperti sekarang, ketika segala sesuatu serba cepat, mungkin kita butuh lebih banyak de Bono—untuk mengajarkan cara berpikir yang lebih jernih, lebih empatik, dan lebih manusiawi.

    Ingin tahu lebih banyak tentang pemikiran Edward de Bono?

    Coba baca bukunya yang paling terkenal, Lateral Thinking atau Six Thinking Hats.

    Baca juga: Gelar Puteri Indonesia 2025 di Raih Oleh Firsta Yufi Amarta Putri

  • Bram Panaskan Arena, Resmi Jadi Raja Tripoin IBL All-Star 2025

    Bram Panaskan Arena, Resmi Jadi Raja Tripoin IBL All-Star 2025

    Bram Panaskan Arena, Resmi Jadi Raja Tripoin IBL All-Star 2025. Abraham Damar Grahita, yang akrab disapa Bram, pemain andalan Satria Muda Pertamina Jakarta. Merebut gelar Raja Tembakan Tiga Angka dalam ajang 3-Point Contest Indonesian Basketball League (IBL) All-Star 2025 yang digelar di Britama Arena, Jakarta, pada Sabtu (3/5).

    GreenShift – Page-Building Gutenberg Blocks

    Dominasi Bram di Babak Final

    Dalam babak final yang penuh tensi, Bram tampil dominan dengan mencetak 20 poin. Ia berhasil mengungguli pesaingnya dari Hangtuah Jakarta, Adonys Henriquez, yang hanya mampu mencetak empat poin. Kemenangan ini mengantarkan Bram menggantikan posisi Jordan Lavell Adams, pemain Dewa United Banten, yang sebelumnya menyandang gelar juara musim lalu.

    Lima Penembak Jitu Bersaing Ketat

    Lima pemain terbaik dari berbagai tim mengikuti ajang 3-Point Contest tahun ini. Bram dan Adonys, bersama Miguel Miranda dari Pacific Caesar Surabaya, Kaleb Ramot Gemilang dari Dewa United Banten, serta Diftha Pratama dari Hangtuah Jakarta, berpartisipasi dalam ajang 3-Point Contest IBL All-Star 2025.

    Pembuktian Bram Sebagai Shooter Terbaik

    Dengan penampilan impresif tersebut, Abraham Damar tidak hanya membuktikan ketajamannya dari garis tripoin, tetapi juga mempertegas statusnya sebagai salah satu shooter terbaik di liga. Prestasi ini sekaligus menambah warna dalam perayaan IBL All-Star 2025 yang penuh kemeriahan.

    Tembakan Presisi Sejak Babak Penyisihan

    Abraham Damar Grahita menunjukkan performa luar biasa sejak babak penyisihan 3-Point Contest IBL All-Star 2025. Pemain Satria Muda Pertamina Jakarta itu mencetak 28 poin — skor tertinggi di antara peserta lainnya. Adonys Henriquez dari Hangtuah Jakarta mencetak 23 poin, disusul Kaleb Ramot Gemilang dengan 21 poin, Diftha Pratama 16 poin, dan Miguel Miranda menutup daftar dengan 8 poin.

    Ketangguhan Mental Jadi Kunci

    Bram tampil lebih tenang dan percaya diri saat melepaskan tembakan. Bahkan di tengah tekanan waktu, pemain setinggi 1,8 meter itu masih sempat tersenyum, menunjukkan kenyamanan dan penguasaan dirinya di lapangan.

    Sebaliknya, Henriquez sempat tampil solid dari sudut lapangan dengan beberapa tembakan akurat. Namun, di menit-menit akhir, performanya menurun dan ia gagal menjaga konsistensi tembakan hingga waktu habis.

    Hiburan Meriah Sebelum Laga Utama

    Panitia menyuguhkan hiburan kepada ribuan penonton yang memadati Britama Arena sebelum kompetisi utama dimulai. Mereka memulai acara dengan pertandingan ekshibisi IBL Legends dan Celebrity Games yang melibatkan berbagai tokoh publik.

    Di antaranya ada penyanyi Marcello “Ello” Tahitoe, artis Gisella Anastasia, aktor Gading Marten, komika Oki Rengga, dan aktris Sitha Marino. Penampilan mereka berhasil menghangatkan suasana dan membangun euforia menjelang pertandingan utama.

  • Gelar Puteri Indonesia 2025 di Raih Oleh Firsta Yufi Amarta Putri

    Gelar Puteri Indonesia 2025 di Raih Oleh Firsta Yufi Amarta Putri

    Panitia Puteri Indonesia 2025 menganugerahkan gelar utama kepada Firsta Yufi Amarta Putri dalam ajang pemilihan nasional yang berlangsung pada Jumat malam (2/5/2025) di Jakarta Convention Center. Jawa Timur, Firsta melewati puluhan finalis lainnya melalui kombinasi penampilan kecerdasan, memukau, dan kepeduliannya terhadap isu perempuan dan kepemimpinan muda. 

    Finalis berusa 23 tahun itu menarik perhatian para dewan juri sesak awal kompetisi. Selain menguasai sesi tanya jawab, Firsta juga menunjukkan ketegasan visi nya dalam memajukan perempuan indonesia melalui pendidikan, teknologi, dan kewirausahaan.

    Memiliki Latar Belakang Kuat di Dunia Kepemimpinan

    Source: @Firstayap

    Firsta Yufi Amarta Putri memiliki latar belakang dalam bidang kepemimpinan sangat berpengaruh. Lulusan Ekonomi Universitas Airlangga Ini sangat aktif dalam berorganisasi, termasuk menjabat sebagai ketua BEM Fakultas. Ia juga pernah mewakili kampusnya dalam forum pemuda ASEAN yang membahas kepemimpinan perempuan di era digital. Pengalaman ini memperkuat kemampuannya dalam merumuskan visi besar dan mengambil keputusan strategis. Ia percaya bahwa kepemimpinan perempuan tidak hanya penting di ruang domestik, tetapi juga di sektor publik dan teknologi.


    Menjabat sebagai CEO startup sosial yang memberdayakan UMKM perempuan secara digital. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan komunitas lokal untuk meningkatkan kemandirian perempuan. Dalam pidatonya, Firsta berkomitmen menyuarakan perempuan Indonesia di forum internasional yang mendorong kesetaraan dan kepemimpinan.

    Akan Wakili Indonesia di Ajang Internasional

    Sebagai pemenang utama, Firsta akan mewakili Indonesia di ajang Miss Universe 2025. Ia berjanji untuk mempromosikan kekayaan budaya serta inovasi sosial dari Indonesia di panggung global. “Saya ingin menjadi jembatan antara tradisi dan teknologi, antara akar budaya dan semangat masa depan,” ungkapnya usai dinobatkan.

    Dengan demikian, setelah berhasil meraih gelar Puteri Indonesia 2025 dan memperoleh platform yang lebih besar, Firsta Yufi Amarta Putri kini siap melangkah lebih jauh. Dengan penuh keyakinan, ia akan menjadi duta bangsa yang tak hanya cantik, namun juga berdaya, visioner, dan siap menginspirasi perempuan Indonesia untuk lebih maju di kancah internasional.

    Baca juga: Kenalan sama 4 member no na