Kategori: Sosok

  • Reza Rahadian: Perjalanan Hidup dan Karier

    Reza Rahadian: Perjalanan Hidup dan Karier

    MANUNGSA – Reza Rahadian biografi lengkap ini mengupas perjalanan hidup sang aktor dari masa kecil hingga sukses menjadi ikon perfilman Indonesia.

    Awal Kehidupan

    Reza Rahadian Matulessy lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 5 Maret 1987. Dia merupakan keturunan Iran dan Maluku, hasil pernikahan antara Rahim dan Pratiwi Widantini Matulessy. Namun, ketika Reza baru berusia enam bulan, kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah, dan sang ibu membesarkannya sendiri sebagai orang tua tunggal. Sejak kecil, Reza memiliki ketertarikan pada dunia seni, terutama seni peran.

    Reza menempuh pendidikan di sekolah-sekolah di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan aktif mengikuti kegiatan seni. Dia mulai menekuni dunia akting saat duduk di bangku SMA. Pada tahun 2004, Reza memulai debutnya di dunia perfilman melalui film horor berjudul Film Horor. Meskipun film ini tidak begitu dikenal, Reza memulai langkah pertamanya di industri film Indonesia melalui peran dalam film tersebut.

    Terobosan dan Pengakuan

    Reza mulai menanjakkan kariernya setelah membintangi film Perempuan Berkalung Sorban (2009) yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Dalam film ini, Reza memerankan karakter Samsudin, seorang pria yang memiliki pandangan konservatif terhadap perempuan. Peran ini menunjukkan kemampuan akting Reza dalam memerankan karakter yang kompleks dan emosional.

    Kesuksesan berlanjut dengan perannya dalam film 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010), yang mengangkat tema perbedaan agama dan cinta. Reza memerankan Rasyid, seorang pria Muslim yang jatuh cinta pada Delia, seorang wanita Katolik. Film ini meraih tujuh penghargaan di Festival Film Indonesia 2011, termasuk Film Terbaik dan Aktor Terbaik untuk Reza.

    Puncak Karier dan Penghargaan

    Reza Rahadian telah membintangi lebih dari 20 film layar lebar, termasuk Habibie & Ainun (2012), Rudy Habibie (2016), dan Mencuri Raden Saleh (2022). Dalam film Habibie & Ainun, Reza memerankan Presiden Indonesia ke-3, BJ Habibie, yang merupakan salah satu peran paling ikonik dalam kariernya. Perannya dalam film ini mendapat pujian luas dan memperkuat posisinya sebagai aktor papan atas Indonesia.

    Reza juga menunjukkan kemampuannya untuk bertransformasi secara meyakinkan dalam setiap peran yang ia mainkan. Dia memerankan berbagai karakter, dari tokoh dramatis hingga komedi, dengan fleksibilitas dan dedikasi tinggi terhadap dunia akting.

    Reza dibesarkan dalam keluarga yang menganut agama Kristen. Namun, pada usia 19 tahun, dia memutuskan untuk memeluk agama Islam. Reza mengambil keputusan ini setelah menjalani proses introspeksi dan berdialog dengan Tuhan serta ibunya.

    Dia menegaskan bahwa keputusan tersebut sepenuhnya berasal dari dirinya sendiri, bukan karena pengaruh eksternal. Reza juga menekankan pentingnya toleransi dalam menjalani perbedaan agama di dalam keluarga, yang tetap harmonis meskipun memiliki keyakinan yang berbeda.

    Dalam Reza Rahadian biografi lengkap ini, kita dapat melihat bagaimana ia membangun karier aktingnya sejak debut di film horor hingga meraih Piala Citra.

    Kehidupan Sosial dan Aktivisme

    Selain aktif di dunia seni, Reza Rahadian juga dikenal memiliki kepedulian terhadap isu-isu sosial. Dia sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan mendukung berbagai kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Reza juga aktif dalam menyuarakan pentingnya kesetaraan gender dan melawan toxic masculinity.

    Di luar dunia akting, Reza memiliki berbagai hobi dan minat. Di rumahnya, Reza memiliki kolam ikan kecil di halaman belakang yang berisi berbagai jenis ikan, termasuk ikan koi dan gurame albino. Hobi ini merupakan impian masa kecilnya yang akhirnya dapat terwujud.

    Penghargaan dan Prestasi

    Reza Rahadian telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam dunia perfilman Indonesia. Dia telah memenangkan Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik sebanyak empat kali, menjadikannya aktor dengan jumlah kemenangan terbanyak dalam kategori ini.

    Daftar Film yang Dibintangi Reza Rahadian

    NoJudul FilmTahun RilisPeranKeterangan
    1Film Horor2004RezaDebut film
    2Perempuan Berkalung Sorban2009SamsudinPiala Citra Aktor Utama Terbaik
    33 Hati Dua Dunia, Satu Cinta2010RasyidTema toleransi agama
    4Alangkah Lucunya (Negeri Ini)2010MulukKomedi satir sosial
    5Habibie & Ainun2012B. J. HabibiePeran ikonik, adaptasi tokoh nyata
    6Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck2013AzizFilm drama populer
    7Critical Eleven2017AleDrama romantis bersama Adinia Wirasti
    8Rudy Habibie2016B. J. Habibie (muda)Prekuel dari Habibie & Ainun
    9My Stupid Boss2016BossmanKomedi, berakting dengan Bunga Citra Lestari
    10Mencuri Raden Saleh2022PermadiFilm aksi anak muda
    11Layla Majnun2021QaisDrama romantis Netflix
    12Toko Barang Mantan2020TristanKomedi romantis
    13Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan2019DikaKomedi/drama tentang body positivity
    14Sri Asih2022JatmikoFilm superhero Indonesia
    15Ketika Berhenti di Sini2023Dara’s psychologistPeran cameo

    Daftar Penghargaan dan Prestasi Reza Rahadian

    TahunPenghargaanKategoriFilm/Tokoh
    2009Festival Film Indonesia (FFI)Pemeran Utama Pria TerbaikPerempuan Berkalung Sorban
    2010Festival Film IndonesiaPemeran Utama Pria Terbaik3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta
    2012Festival Film IndonesiaPemeran Utama Pria TerbaikHabibie & Ainun
    2013Indonesian Movie AwardsPemeran Utama Pria TerfavoritHabibie & Ainun
    2016Indonesian Box Office Movie AwardsPemeran Utama Pria TerbaikMy Stupid Boss
    2019Piala MayaAktor Utama TerbaikMy Stupid Boss 2
    2023Festival Film IndonesiaPemeran Utama Pria TerbaikInnocent Vengeance (Sehidup Semati)
    —-Majalah dan mediaAktor Paling Berpengaruh
    —-Netflix IndonesiaTop Actor di Platform DigitalBeberapa film

    Reza Rahadian adalah contoh nyata dari dedikasi dan profesionalisme dalam dunia seni peran. Dengan menunjukkan bakat yang luar biasa dan komitmen tinggi terhadap pekerjaannya, Reza Rahadian berhasil menciptakan berbagai karakter yang mengesankan dalam setiap film yang dia bintangi.

    Reza mewarnai hidupnya dengan pengalaman yang beragam dan menapaki setiap tahap kariernya dengan tekad, hingga berhasil menjadi salah satu aktor terbaik Indonesia.
    Melalui Reza Rahadian biografi lengkap ini, dia menunjukkan bagaimana dedikasinya, keberaniannya dalam memilih peran menantang, dan konsistensinya telah membangun reputasinya sebagai aktor yang sangat disegani di industri perfilman.

    Baca juga: Marsha Alycia Rahmadiar Setianto: Atlet Taekwondo

  • Prilly Latuconsina: Artis Muda Inspiratif, Produser Visioner, dan Pejuang Pendidikan

    Prilly Latuconsina: Artis Muda Inspiratif, Produser Visioner, dan Pejuang Pendidikan

    Dalam kilauan industri hiburan Tanah Air, Prilly Latuconsina tampil bukan sekadar sebagai bintang yang memikat melalui kemampuan akting dan kemerduan vokalnya. Melainkan sebagai representasi perempuan muda yang terus mendemonstrasikan bahwa pencapaian tertinggi tidak memerlukan pengorbanan terhadap nilai-nilai fundamental.

    Sejak kemunculannya di layar kaca melalui sinetron “Ganteng Ganteng Serigala” pada 2014. Prilly sempat terjebak dalam label aktris anak muda yang hanya mengandalkan daya tarik visual. Seiring berjalannya waktu, persepsi tersebut terbantahkan. Kini, meski masih berusia relatif muda, Prilly telah bertransformasi menjadi aktris kaliber atas, sutradara produksi, bahkan pengusaha di bidang olahraga. semua peran tersebut embannya, dengan dedikasi dan nilai moral yang langka tengah industri hiburan yang begitu fluktuatif.

    Perpindahan dari Panggung Hiburan ke Bangku Akademis

    Prilly yang lahir di Tangerang pada 15 Oktober 1996 ini besar dalam lingkungan keluarga yang memberikan ruang kebebasan untuk berekspresi. Dengan latar belakang ayah bersuku Ambon dan ibu berdarah Sunda, sejak usia dini Prilly sudah terlatih untuk tampil percaya diri dan mengutarakan pendapat. Meski demikian, ketika popularitasnya mencapai puncak, ia justru memutuskan untuk memprioritaskan dunia akademik.

    “Menurut saya, pendidikan merupakan wujud apresiasi tertinggi kepada diri sendiri,” demikian pernyataannya ketika CNN Indonesia mewawancarainya pada 2021. Ungkapan tersebut terbukti bukan sekadar kata-kata kosong. Di tahun 2021, ia sukses meraih gelar sarjana Ilmu Komunikasi dari London School of Public Relations (LSPR) dengan prestasi cum laude. Bahkan, ia berhasil menjadi lulusan terpandai dengan indeks prestasi yang hampir sempurna, yakni 3,9.

    Pencapaian akademis ini mengungkapkan bahwa bagi Prilly, definisi sukses tidak hanya mengukur dari tingkat popularitas atau jumlah pengikut platform digital, tetapi melalui upaya pembangunan kapasitas diri yang berkelanjutan dan pembentukan karakter yang solid.

    Menjelajahi Dunia Produksi

    Kesibukan di dunia akting tidak membuat Prilly merasa cukup hanya berperan sebagai pemeran. Pada 2020, ia mulai memasuki ranah produksi film dengan mendirikan perusahaan produksi bernama Sinemaku Pictures. Karya perdananya sebagai produser, film “Kukira Kau Rumah” (2022), meraih kesuksesan baik dari sisi komersial maupun apresiasi kritikus. Karya tersebut mengangkat topik kesehatan mental yang masih sensitif di tengah masyarakat, sebuah tema yang Prilly yakini perlu mendapat perhatian lebih.

    Berdasarkan perbincangan dengan Kompas di 2022, Prilly menjelaskan bahwa keterlibatannya dalam produksi bukan semata-mata untuk mengendalikan aspek kreatif, namun juga didorong oleh keinginan untuk mewujudkan ruang penceritaan yang lebih terbuka dan mampu menyentuh hati. “Saya berharap narasi-narasi yang kita hadirkan lebih otentik dan mampu membuat penonton merasa direpresentasikan,” katanya.

    Prilly juga menunjukkan keberanian dengan mengambil peran-peran yang bertentangan dengan image-nya, seperti tokoh kompleks dan gelap dalam film “Danur” atau serial “My Lecturer My Husband“. Sikap berani menghindari peran-peran klise ini menjadi sumber inspirasi bagi para aktris muda lainnya agar tidak terpaku pada citra “manis” atau “kekasih impian”.

    Mendobrak Prasangka dan Berbagi Secara Terbuka

    Melalui media sosial, Prilly secara konsisten menyampaikan berbagai isu penting, mulai dari kesehatan mental, keadilan gender, sampai pentingnya memahami batas-batas dalam hubungan personal. Ia sering memanfaatkan pengalaman pribadinya sebagai sarana untuk membangun rasa empati. Salah satu contohnya adalah ketika ia membuka diri mengenai beban menjadi figur publik, termasuk pelecehan siber dan standar yang tidak masuk akal.

    Dalam salah satu postingan Instagram-nya, ia menuliskan, “Terkadang kita terlalu menuntut diri sendiri demi memuaskan semua pihak. Namun hidup bukanlah arena seleksi.” Kutipan tersebut menjadi viral dan kemudian dimasukkan ke dalam buku kumpulan tulisannya yang berjudul “5 Detik dan Rasa Rindu“, yang memperlihatkan sisi kontemplative dan artistik dari sosok Prilly.

    Memimpin sebagai Perempuan

    Keputusan yang tak terduga lainnya adalah ketika pada 2022, Prilly resmi menjadi pemilik klub sepak bola Persikota Tangerang. Dalam wawancara bersama BeritaSatu, ia memaparkan alasan balik langkah tersebut: keinginan untuk berkontribusi secara langsung dalam kemajuan olahraga daerah sambil membuktikan bahwa perempuan mampu memimpin sektor yang selama ini di kuasai kaum pria.

    “Saya ingin memperlihatkan bahwa perempuan dapat berperan di segala bidang, tidak terkecuali sepak bola,” ujarnya.

    Langkah ini mendapat sambutan positif yang luas dan memicu diskusi bermakna tentang pentingnya inklusi gender dalam dunia olahraga.

    Menjadi Inspirasi dengan Keaslian

    Meskipun sering dijuluki sebagai panutan, Prilly tidak ingin dipandang sebagai sosok yang tanpa cela. Ia mengakui bahwa dirinya masih dalam proses pembelajaran, masih memiliki kekhawatiran, dan sesekali merasakan kelelahan. Namun justru di sinilah letak kekuatan utamanya kemampuan untuk menampilkan diri secara natural dan terus melakukan perbaikan.

    Di era yang kerap mengaitkan harga diri dengan jumlah apresiasi digital dan tingkat eksposur media, Prilly Latuconsina membuktikan bahwa kejujuran, etos kerja yang tinggi, dan keberanian untuk tampil beda merupakan wujud popularitas yang paling genuine.

    Baca juga: Puspa Nawasena 2025: Cahaya di Balik Gerakan Sosial

  • Debut Panggung ‘SHOOT’, NO:NA Gemparkan HITC LA 2025

    Debut Panggung ‘SHOOT’, NO:NA Gemparkan HITC LA 2025

    MANUNGSA – NO:NA, girl group asal Indonesia, sukses mencuri perhatian dunia saat membawakan lagu debut mereka “SHOOT” untuk pertama kalinya di panggung Head In The Clouds Los Angeles 2025. Penampilan energik dan penuh identitas ini menandai langkah besar mereka menuju kancah musik internasional.

    Girl group asal Indonesia, NO:NA, mencuri perhatian dunia lewat penampilan debutnya di festival musik internasional bergengsi, Head In The Clouds (HITC) Los Angeles 2025. Penampilan ini bukan hanya menjadi momen penting dalam karier mereka, tetapi juga menjadi tonggak bersejarah bagi industri musik Indonesia di panggung global.

    NO:NA dan Perjalanan Menuju Panggung Internasional

    Grup ini terdiri dari empat anggota muda berbakat: Baila Fauri, Christy Gardena, Shazfa Adesya, dan Esther Geraldine. Mereka resmi debut pada 2 Mei 2025 dengan merilis single perdana berjudul ‘SHOOT’.

    ‘SHOOT’ bukan sekadar lagu pop biasa. Lagu ini memadukan unsur musik tradisional Indonesia seperti gamelan dan instrumen etnik lainnya dengan beat modern yang enerjik dan catchy. Liriknya mengusung semangat keberanian, kemandirian, dan identitas, menjadikannya anthem yang relevan untuk generasi muda.

    Sejak perilisan, ‘SHOOT’ langsung menarik perhatian di media sosial dan berbagai platform streaming. Video musiknya, yang menampilkan unsur budaya Indonesia dengan gaya visual futuristik, sempat trending di beberapa negara Asia dan menarik banyak reaksi positif dari penggemar musik global.

    Penampilan Perdana di HITC LA 2025

    Pada akhir Mei, penyelenggara menggelar HITC LA 2025 di Brookside at the Rose Bowl, Pasadena, California. Festival ini menghadirkan berbagai artis top Asia seperti G-Dragon, 2NE1, DPR IAN, dan Joji. Di antara deretan nama besar itu, NO:NA muncul sebagai bintang pendatang baru yang paling dinantikan.

    Saat NO:NA naik ke atas panggung, atmosfer festival berubah. Dengan koreografi yang enerjik, visual panggung yang megah, serta kostum yang memadukan unsur tradisional dan futuristik, NO:NA langsung mencuri perhatian. Lagu ‘SHOOT’ dibawakan dengan penuh percaya diri. Suara vokal mereka stabil, harmonisasi kuat, dan ekspresi panggung mereka mencerminkan kesiapan untuk bersaing di level global.

    Penonton menyambut penampilan NO:NA dengan antusias. Banyak yang belum mengenal grup ini sebelumnya, tetapi langsung terpukau oleh performa mereka. Di media sosial, video penampilan mereka cepat menyebar dan menjadi perbincangan hangat. Tagar #NONASHOOT dan #HITCLA2025 sempat masuk daftar trending di X (Twitter) dan TikTok dalam beberapa jam setelah mereka tampil.

    Respon Positif dari Pengamat Musik dan Media

    Berbagai media musik internasional memberikan tanggapan positif terhadap debut NO:NA. Beberapa jurnalis menyebut mereka sebagai ‘rookie of the year’, bahkan ada yang membandingkan aura panggung mereka dengan generasi awal BLACKPINK atau ITZY.

    88rising, selaku penyelenggara festival sekaligus agensi NO:NA, menyampaikan rasa bangga mereka atas pencapaian ini. Dalam wawancara singkat, produser utama mereka menyebut NO:NA sebagai “representasi segar dari Asia Tenggara yang siap menembus batas industri global.”

    Makna Budaya dalam Lagu ‘SHOOT’

    Yang membuat NO:NA menonjol bukan hanya kemampuan teknis dan visual mereka, tetapi juga keberanian mereka mengangkat identitas budaya Indonesia. Dalam lagu ‘SHOOT’, terdengar dentingan instrumen tradisional yang dipadukan dengan bass dan beat elektronik. Liriknya pun menyisipkan beberapa frasa dalam Bahasa Indonesia.

    Dengan pendekatan ini, NO:NA membuktikan bahwa identitas lokal tidak harus ditinggalkan demi globalisasi. Justru, keberanian untuk membawa budaya sendiri ke panggung dunia menjadi kekuatan mereka. Hal ini menginspirasi banyak musisi muda dari Indonesia untuk berani menunjukkan jati diri di tengah tren global.

    Setelah sukses tampil di HITC LA 2025, NO:NA akan melanjutkan promosi ke beberapa kota di Asia dan Amerika.Mereka tengah menggarap mini album pertama dan menyiapkan perilisannya pada akhir tahun ini.

    Debut panggung NO:NA di HITC LA 2025 lewat lagu ‘SHOOT’ menjadi bukti nyata bahwa talenta dari Indonesia mampu bersinar di kancah internasional. Dengan identitas budaya yang kuat, kemampuan bermusik yang mumpuni, dan dukungan yang solid, NO:NA telah membuka jalan baru bagi generasi musisi muda Tanah Air untuk bermimpi besar dan menembus batas.

    Baca juga: Puspa Nawasena 2025: Cahaya di Balik Gerakan Sosial

  • Marsha Alycia Rahmadiar Setianto: Atlet Taekwondo

    Marsha Alycia Rahmadiar Setianto: Atlet Taekwondo

    Taekwondo sering dikenal sebagai seni bela diri yang keras dan tegas. Namun, bagi Marsha Alycia Rahmadiar Setianto, taekwondo adalah lebih dari sekadar olahraga keras. Di gelanggang, Marsha tampil garang dan penuh semangat. Tapi di luar arena pertandingan, sosoknya berubah menjadi anggun dan lembut ketika berpose sebagai seorang model.

    Marsha, yang akrab dipanggil Marsha, adalah seorang atlet taekwondo berbakat asal Kediri, Jawa Timur. Sudah puluhan medali ia raih, baik dari ajang lokal, nasional, hingga internasional. Prestasi tersebut tentu bukan didapat secara instan, melainkan melalui kerja keras dan latihan yang konsisten sejak kecil.

    Perjalanan Marsha di dunia taekwondo dimulai saat usianya masih sembilan tahun, tepatnya ketika duduk di kelas tiga SDN Burengan 2, Pesantren, Kota Kediri. “Waktu itu saya ikut karena diminta ibu,” ujarnya mengingat kembali masa kecilnya. Awalnya, ia hanya coba-coba dan ikut-ikutan saja. “Gak tau, seru aja. Cewek jago berantem gitu kan,” katanya sambil tersenyum.

    Dari Iseng Menjadi Cinta

    Awalnya, Marsha tidak begitu mengerti arti penting taekwondo. Bagi dia yang masih kecil, taekwondo hanyalah sebuah kegiatan yang menantang dan menyenangkan. Namun, pandangannya mulai berubah seiring seringnya mengikuti berbagai turnamen.

    “Awalnya aku kira taekwondo itu cuma buat berantem, tapi ternyata bukan untuk kekerasan. Ini seni bela diri yang untuk melindungi diri,” ujar Marsha dengan penuh keyakinan.

    Memasuki kelas empat SD, Marsha mengikuti turnamen pertamanya di Pekan Olahraga Kota (Porkot) pada tahun 2014. Di turnamen itu, dia berhasil meraih medali emas. Prestasi ini membuat Marsha semakin jatuh cinta pada olahraga yang berasal dari Korea Selatan ini.

    Sejak saat itu, Marsha tak pernah absen mengikuti berbagai kejuaraan. Bahkan kini, meski ia tengah menempuh pendidikan di semester tiga Fakultas Hukum Universitas Airlangga, semangatnya dalam taekwondo tetap membara.

    “Kalau kalah atau menang itu biasa. Yang penting aku sudah berusaha maksimal,” ucapnya dengan rendah hati. Semangat inilah yang membuat Marsha terus maju dan tidak pernah menyerah, meski menghadapi tantangan berat di tiap pertandingan.

    Dua Dunia yang Berbeda: Atlet dan Model

    Selain menjadi atlet taekwondo yang disiplin, Marsha juga menekuni dunia modeling. Perubahan dari seorang atlet yang garang di gelanggang menjadi sosok anggun dan lembut di panggung merupakan hal yang menarik perhatian banyak orang.

    “Kalau di taekwondo, aku harus tegas dan fokus. Tapi kalau di modeling, aku bisa berekspresi dengan lebih lembut dan elegan,” jelas Marsha.

    Kedua dunia ini berjalan seiring dan saling melengkapi. Taekwondo mengajarkan ketangguhan dan disiplin, sementara modeling memberinya ruang untuk mengekspresikan sisi kreativitas dan keindahan.

    Perjalanan Marsha tentu tidak lepas dari dukungan keluarga. Orang tuanya, R Irwan Setianto dan Sudhiar Mulyandari, menjadi penyemangat utama yang selalu mendukung setiap langkahnya.

    “Orang tua aku sangat mendukung. Mereka selalu bilang supaya aku terus berusaha dan tidak mudah menyerah,” ujar Marsha.

    Selain keluarga, lingkungan sekitar juga berperan penting. Teman-teman dan pelatihnya selalu memberikan semangat dan motivasi agar ia bisa terus berkembang.

    Menjadi Inspirasi bagi Generasi Muda

    Kisah Marsha adalah inspirasi nyata bahwa anak muda bisa menggapai prestasi besar dengan kerja keras dan ketekunan. Dari seorang gadis kecil yang iseng mencoba taekwondo, kini ia telah menjadi atlet yang membanggakan.

    Prestasinya juga membuktikan bahwa olahraga bela diri bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi juga mental dan karakter yang kuat. Taekwondo mengajarkan Marsha untuk tetap rendah hati, disiplin, dan berani menghadapi segala tantangan.

    Di usianya yang masih muda, Marsha memiliki banyak impian. Selain ingin terus berprestasi di taekwondo, ia juga ingin menuntaskan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

    “Aku ingin menjadi contoh bahwa atlet juga bisa berprestasi di pendidikan,” katanya. Ia percaya bahwa keduanya bisa berjalan beriringan jika dijalani dengan semangat dan manajemen waktu yang baik.

    Selain itu, Marsha Alycia juga berharap bisa memotivasi lebih banyak anak muda, terutama perempuan, untuk berani mencoba hal baru dan berjuang mencapai cita-citanya.

    Marsha ingin menyampaikan pesan sederhana kepada generasi muda yang ingin mengejar impian mereka, khususnya di bidang olahraga dan seni.

    “Jangan takut untuk mencoba. Kadang kita mulai karena iseng atau coba-coba, tapi kalau kita tekun dan berusaha, hasilnya bisa luar biasa,” ujarnya penuh semangat.

    Ia juga menekankan pentingnya disiplin dan kerja keras, serta sikap rendah hati dalam meraih prestasi.


    Marsha Alycia Rahmadiar Setianto adalah contoh nyata seorang gadis muda yang berhasil memadukan dua dunia yang berbeda: ketegasan sebagai atlet taekwondo dan kelembutan sebagai model. Kisahnya membuktikan bahwa dengan niat, kerja keras, dan dukungan orang-orang terdekat, siapa saja bisa meraih mimpi dan mengukir prestasi.

    Dari latihan keras sejak usia sembilan tahun hingga kini menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang, Marsha mengajarkan kita bahwa olahraga bukan hanya soal menang dan kalah, tetapi tentang membangun karakter dan keberanian dalam hidup.

    Baca juga: Maudy Ayunda, Beauty Brain Behaviour

  • Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator

    Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator


    Meniti Karier dari Dunia Jurnalistik ke Panggung Politik

    Nama Elnino M. Husein Mohi bukanlah nama baru dalam dunia politik Indonesia, khususnya di kawasan timur. Sosok yang lahir di Gorontalo pada 30 Oktober 1974 ini telah mengukir jejaknya dalam berbagai bidang, mulai dari jurnalisme, akademisi, hingga politik nasional. Kariernya dibentuk oleh perjalanan yang panjang dan konsisten, serta keberanian untuk menjembatani aspirasi rakyat melalui berbagai medium.

    Perjalanan Pendidikan dan Awal Karier Jurnalis

    Perjalanan Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator dimulai dari dunia pendidikan yang cukup beragam. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Gorontalo, kemudian menempuh pendidikan SMA di SMA 81 Labschool, Jakarta Timur.

    Setelah itu, ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Teknologi Telkom di Bandung dan lulus pada 1998 dari jurusan Teknik dan Manajemen Industri. Namun minatnya pada komunikasi politik membuatnya mengambil studi Magister Manajemen Komunikasi Politik di Universitas Indonesia pada tahun 2007. Kini, ia tengah melanjutkan studi doktoral dalam bidang Ilmu Komunikasi di kampus yang sama.

    Sebelum menjadi politikus, Elnino aktif bekerja sebagai jurnalis di berbagai media lokal. Ia pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi tabloid “Habari Lo Lipu” yang menjadi wadah perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo pada 1999–2001. Ia juga pernah menjadi redaktur di Harian Gorontalo Post dan Radar Gorontalo, dua media besar di daerahnya. Lewat tulisan dan reportasenya, Elnino menyuarakan kepentingan masyarakat dan mendorong perubahan di daerah.

    Dari Media Cetak hingga Konsultan Politik

    Tidak berhenti di media cetak, Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator juga mendirikan penerbit Pustaka Gorontalo dan aktif sebagai konsultan pemasaran politik. Baginya, komunikasi politik adalah jembatan strategis antara kebijakan dan publik. Ia percaya, pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan menyampaikan gagasan secara efektif, dan memahami denyut nadi rakyat melalui media.

    Terjun ke Dunia Politik: Dari DPD hingga DPR RI

    Dorongan untuk langsung terlibat dalam pembuatan kebijakan membawanya maju dalam Pemilu 2009 dan terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Elnino mulai dikenal di panggung nasional sebagai representasi masyarakat Gorontalo. Ia melanjutkan karier politiknya sebagai anggota DPR RI dari Partai Gerindra dan dipercaya kembali selama tiga periode berturut-turut: 2014–2019, 2019–2024, dan 2024–2029.

    Menyatukan Akademisi, Jurnalis, dan Legislator di Komisi I DPR RI

    Kiprah Elnino di DPR RI tidak hanya sebagai anggota biasa. Ia menjadi anggota Komisi I yang membidangi isu-isu penting seperti pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informatika. Posisi ini sangat cocok dengan latar belakang akademis dan pengalaman lapangannya dalam dunia komunikasi dan media.

    Sebagai anggota Komisi I, Elnino aktif dalam pembahasan berbagai kebijakan strategis. Ia kerap menyuarakan pentingnya regulasi media dan penyiaran yang adaptif terhadap era digital. Ia menilai, dengan cepatnya perkembangan teknologi, negara harus hadir tidak hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai fasilitator transformasi digital. Salah satu yang disorotnya adalah revisi UU Penyiaran agar lebih relevan dengan realitas saat ini, termasuk perlindungan data pribadi dan kebebasan pers.

    Dukungan terhadap Ekonomi Digital dan Perlindungan Pengemudi Ojol

    Ia aktif mendukung pengemudi ojek online yang kerap dirugikan oleh aplikator, menunjukkan kepeduliannya terhadap ekonomi digital. Ia meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika bisa menjadi penengah dan mengatur pembagian keuntungan agar lebih berkeadilan.

    Sikapnya yang berpihak pada masyarakat kecil membuatnya mendapat simpati, terutama dari kalangan akar rumput di Gorontalo dan sekitarnya.

    Kiprah Organisasi dan Penghargaan yang Diraih

    Di luar parlemen, Elnino aktif dalam berbagai organisasi. Ia menjabat sebagai Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Gorontalo, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Gorontalo, serta Ketua Majelis Sinergi Kalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Masika-ICMI) wilayah Gorontalo. Dalam organisasi-organisasi tersebut, ia sering menjadi penghubung antara dunia akademik dan kebijakan publik.

    Sebagai penghargaan atas pengabdiannya, Elnino pernah menerima piagam “Arkansas Ambassador” dari Gubernur Arkansas, AS (2007), serta penghargaan “Pejuang Pembentukan Provinsi” dari Gubernur Gorontalo (2001). Ia juga terpilih sebagai peserta program International Fellowship Program dari Ford Foundation di Amerika Serikat (2005–2007).

    Kontribusi melalui Penulisan Buku dan Literasi Politik

    Elnino juga menulis dan mengedit berbagai buku bertema politik dan daerah. Buku seperti Media Politik vs. Politik Media yang ia tulis berdasarkan tesis S2-nya, serta Abad Besar Gorontalo, Wali Kota Medi, dan Nani Wartabone, menjadi bukti kontribusinya dalam membangun literasi politik dan sejarah lokal. Buku-buku tersebut menunjukkan ketertarikannya untuk terus membangun narasi positif tentang Gorontalo di tingkat nasional.

    Amanah Legislator: Menyuarakan Kepentingan Masyarakat Gorontalo

    Dalam setiap langkahnya, Elnino selalu membawa semangat membangun dari daerah. Baginya, menjadi legislator bukan sekadar jabatan politik, melainkan amanah untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat secara utuh. Dengan latar belakang akademisi, pengalaman jurnalistik, dan komitmen pada politik kebijakan, ia menjadi jembatan antara rakyat dan negara, suara dari timur Indonesia yang nyaring terdengar di Senayan.


  • Kai Cenat dan Streamer University

    Kai Cenat dan Streamer University

    Kai Cenat membuktikan bahwa di dunia digital yang semakin padat dengan konten kreator, menjadi viral bukan sekadar keberuntungan, melainkan keterampilan yang bisa dipelajari. Kai Cenat menunjukkan bagaimana teknik dan strategi tertentu dapat membantu seseorang menonjol di tengah lautan konten. Dengan usaha dan metode yang tepat, setiap kreator bisa mengasah kemampuan untuk menarik perhatian dan menciptakan konten yang mudah tersebar luas.

    Bintang Twitch dengan energi eksplosif dan konten viral ini baru saja meluncurkan Streamer University, program pelatihan intensif akhir pekan yang menjanjikan transformasi bagi para calon streamer.

    Peluncuran ini langsung menyita perhatian publik, terutama komunitas kreator konten yang kian berkembang pesat di seluruh dunia. Dalam hitungan menit setelah membuka pendaftaran pada 6 Mei 2025, situs resmi Streamer University menerima lonjakan lebih dari satu juta pengunjung hingga akhirnya crash. Antusiasme luar biasa ini menunjukkan betapa banyaknya orang yang haus akan peluang untuk menonjol di tengah kepadatan konten digital.

    Kampus Kilat di Dunia Streaming Kai Cenat

    Streamer University bukan sekadar kursus online biasa. Kai Cenat merancangnya sebagai sebuah pengalaman mendalam yang berlangsung hanya dalam satu akhir pekan. Selain itu, mereka juga menerima pembekalan praktis langsung dari tokoh besar di dunia streaming dan hiburan digital. Melalui program ini, peserta memperoleh ilmu dan pengalaman berharga yang dapat membantu mereka berkembang sebagai kreator digital profesional.

    Kurikulum Lengkap untuk Para Calon Bintang

    Apa saja yang akan dipelajari para peserta dalam waktu singkat itu? Ternyata, banyak. Kurikulum Streamer University dirancang secara komprehensif dan langsung menyasar hal-hal yang esensial dalam dunia streaming modern.

    Mulai dari pembuatan konten yang menarik dan menghibur, strategi pertumbuhan audiens, hingga monetisasi saluran streaming, semua dibahas secara detail. Para peserta juga akan mendapatkan pembekalan teknis tentang perangkat keras dan perangkat lunak streaming terbaru.

    Tak hanya itu, mereka juga akan mendapat kesempatan langka mendengarkan kuliah tamu dari nama-nama besar seperti MrBeast, yang akan berbicara tentang strategi keuangan dan pengembangan channel, serta Mark Rober, mantan insinyur NASA sekaligus kreator sains ternama di YouTube, yang akan memandu sesi tentang kreativitas dan inovasi.

    Seleksi Ketat untuk 150 Peserta Terbaik

    Meski pendaftaran terbuka untuk semua latar belakang dan tingkat pengalaman, hanya 150 peserta yang akan terpilih untuk mengikuti program ini. Proses seleksi akan memperhatikan bukan hanya jumlah pengikut atau popularitas pelamar, tetapi lebih kepada semangat, orisinalitas ide, serta keinginan kuat untuk berkembang.
    “Kami mencari hasrat dan visi. Ini bukan soal siapa yang sudah terkenal, tapi siapa yang benar-benar ingin berkembang dan membawa karier mereka ke level berikutnya,” jelas Kai.

    Antusiasme dan Kritik dari Dunia Maya

    Peluncuran Streamer University ini tentu saja menuai gelombang antusiasme di media sosial. Tagar seperti #StreamerUniversity dan #KaiCenatEdu langsung menjadi tren di Twitter dan Reddit. Banyak penggemar memuji langkah Cenat sebagai terobosan dalam dunia edukasi digital.

    “Kai benar-benar mengubah permainan. Ini bukan sekadar belajar, tapi juga membangun masa depan,” tulis seorang pengguna Twitter.
    Namun, tak sedikit pula yang menyuarakan kehati-hatian. Beberapa mempertanyakan apakah program ini akan benar-benar inklusif atau justru menjadi elitis.

    Program Gratis dan Terbuka untuk Semua

    Cenat sendiri telah mengantisipasi potensi kritik ini dengan menegaskan bahwa Streamer University adalah program gratis dan terbuka untuk semua. Ia juga menyebut bahwa program ini hanya permulaan dari rangkaian inisiatif serupa yang akan datang.

    Revolusi Pendidikan Kreator Konten Masa Depan

    Tak dapat dipungkiri, Kai Cenat dengan Streamer University-nya telah membuka kemungkinan baru dalam cara kita melihat pendidikan di era digital. Dalam dunia di mana gelar universitas tak lagi menjamin pekerjaan, dan kreativitas bisa menjadi mata pencaharian utama, pendekatan praktis dan langsung seperti ini bisa menjadi alternatif yang relevan bagi generasi muda.

    Pakar media digital Sarah Thompson menyebut langkah Cenat ini sebagai “ambisius dan berani,” serta “berpotensi merevolusi cara kita mendidik kreator konten masa depan.”

    Lebih dari Sekadar Kampanye Marketing

    Dengan keberanian, visi, dan jangkauan luas yang dimiliki Cenat, Streamer University menjadi lebih dari sekadar proyek iseng atau kampanye marketing. Ini adalah eksperimen nyata yang mungkin akan menjadi cikal bakal dari model edukasi baru di era teknologi dan internet.

    Baca juga: YouTuber “Outdoor Boys” Pilih Jeda Demi Keluarga


  • Hasan Fiidel: Ojol yang Tak Menunggu Pemerintah

    Hasan Fiidel: Ojol yang Tak Menunggu Pemerintah


    Langit Bandung Selatan mendung, seolah turut menyimpan cerita yang belum banyak diketahui orang. Di sebuah kebun kecil di Kampung Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, kepulan asap hitam melayang pelan, membawa aroma aspal terbakar. Asap itu bukan berasal dari proyek pemerintah, melainkan dari tungku rakitan seorang pemuda bernama Hasan Fiidel bukan insinyur, bukan kontraktor, melainkan pengemudi ojek online berusia 24 tahun.

    Bukan Insinyur, Hanya Seorang Ojol Bertekad Kuat

    Tak ada sirine proyek, tak ada pelat merah yang lewat. Hanya Hasan, seorang diri, mengenakan jaket ojol yang lusuh tapi penuh cerita, memanaskan aspal bekas yang dikumpulkannya dari pinggir-pinggir jalan. Sudah dua minggu ini, kebun yang biasanya sepi itu menjadi semacam “bengkel eksperimental”, tempat Hasan belajar dan bertindak atas masalah yang jarang mendapat solusi cepat: jalan berlubang.

    Dari rasa sakit itu, muncul niat tulus: jangan sampai orang lain mengalami nasib serupa. Ia lalu mencari tahu cara menambal jalan. Bukan lewat pelatihan atau kursus teknis, melainkan melalui YouTube, pencarian Google, bahkan bantuan dari AI. Dalam waktu dua hari, ia memahami dasar-dasar pengolahan aspal, dan sejak saat itu, satu per satu tindakan nyata ia lakukan.

    Dengan uang hasil ngojek sebesar Rp 500.000, ia membeli perlengkapan sederhana: kompor gas, ember logam, pasir beton, dan lem aspal. Ia tak langsung berhasil. Berkali-kali aspalnya meledak, terlalu keras, atau tak melekat di jalan. Tapi ia tak berhenti. Ia tahu, belajar butuh waktu.

    Karena bau dan asap mengganggu lingkungan rumahnya, Hasan memindahkan kegiatan itu ke sebuah kebun terpencil. Di sanalah Hasan Fiidel mencairkan aspal berjam-jam, lalu menuangkannya ke dalam lubang-lubang jalan yang sebelumnya ia bersihkan dengan sabar.

    Langkah Pertama: Mengaspal Jalan Desa

    Setelah hampir empat bulan bereksperimen, barulah Hasan merasa cukup percaya diri untuk menambal jalan di depan Kantor Desa Cibodas. Tapi ia tak serta-merta langsung bertindak. Hasan datang ke rumah kepala desa, menjelaskan niatnya, meminta izin. “Itu buat saya penting. Nambal jalan bukan sekadar kerja teknis, tapi soal menghormati wilayah orang,” katanya.

    Kepala desa merespons positif. Hasan pun mulai bekerja. Hasan Fiidel membersihkan lubang, menaburkan lem, lalu menuangkan aspal cair yang ia bawa sendiri. Dalam waktu kurang dari setengah jam, jalan yang sebelumnya menganga kini tertutup rapi. “Yang lama itu bukan nambalnya, tapi mencairkan aspalnya. Bisa dua sampai tiga jam sendiri,” tutur Hasan.

    Kegiatan ini ia lakukan di sela-sela waktu narik penumpang. Jika pagi hari ia sibuk di jalan, siangnya ia kembali ke kebun untuk mempersiapkan tambalan berikutnya. Dulu ia membeli semua bahan. Kini ia cukup mengumpulkan sisa-sisa aspal dari pinggir jalan. Hanya gas dan lem yang masih harus dibeli.

    Aksi Hasan sempat viral di TikTok dan Instagram. Banyak komentar positif masuk, dari sesama driver hingga warga biasa. Ada yang menawarkan bantuan, ada pula yang hanya mengucap terima kasih. Tapi Hasan memilih tetap bekerja sendiri dulu. “Saya belum yakin ngajak orang, takutnya malah bahaya kalau belum paham benar. Tapi nanti kalau sudah siap, saya ingin ngajak temen-temen ojol juga,” ujarnya.

    Hasan Fiidel bukan pahlawan nasional

    Hasan tak menyalahkan siapa pun atas rusaknya jalan. dia tahu pemerintah punya prioritas. Tapi dia juga percaya bahwa warga bisa ikut mengambil peran.

    Kini, dari lubang ke lubang, Hasan terus bergerak. Ia bukan aktivis, bukan pejabat, bukan pemilik perusahaan aspal. Ia hanya seorang anak muda dengan pengalaman pahit, hati yang peduli, dan tangan yang mau bekerja. Dari kebun kecil di pinggiran Bandung, ia menambal lebih dari sekadar jalan berlubang dia menambal rasa putus asa banyak orang terhadap hal-hal kecil yang kerap diabaikan.

    Hasan Fiidel bukan pahlawan nasional. Tapi bagi setiap motor yang lewat di atas jalan yang ia tambal, bagi setiap pengendara yang tak lagi jatuh karena lubang menganga, dia adalah seseorang yang berarti. Seorang ojol dengan visi sederhana yaitu memperbaiki jalan, satu lubang dalam satu waktu.

    Baca juga: Son Heung-min Antar Tottenham Hotspur Raih Trofi Pertama Setelah 16 Tahun

  • Desire Doue: Menyinari Langit Liga Champions 2025

    Desire Doue: Menyinari Langit Liga Champions 2025

    Pada dini hari Minggu, 1 Juni 2025, Allianz Arena bergetar oleh sorak-sorai ribuan suporter Paris Saint-Germain (PSG) yang menyaksikan pesta gol besar-besaran tim kesayangannya. Dalam final Liga Champions yang mempertemukan PSG dengan Inter Milan. Klub asal Prancis itu akhirnya menuntaskan dahaga panjang mereka akan gelar juara dengan kemenangan telak 5-0. Namun, sorotan utama malam itu bukan sekadar kemenangan besar, melainkan performa luar biasa dari seorang bintang muda bernama Desire Doue.

    Berusia baru 19 tahun, Doue tampil sebagai sosok yang mengubah arah pertandingan dan menjadi kunci utama kesuksesan PSG di panggung tertinggi Eropa. Dua gol dan satu assist yang ia sumbangkan membawa klubnya meraih trofi Liga Champions pertama sekaligus menjadikannya pemain termuda yang mencetak dua gol dan satu assist di final.

    Keberanian Luis Enrique, Kejayaan Desire Doue

    Pelatih PSG, Luis Enrique, mengambil langkah berani dengan memasang Desire Doue. Sebagai starter menggantikan Bradley Barcola, keputusan yang sempat mengejutkan para pengamat sepak bola. Namun, keputusan ini terbukti sangat tepat dan berbuah manis.

    Sejak menit awal, Doue menunjukkan agresivitas dan ketajamannya. Tidak lama setelah kick-off, ia menciptakan gol pembuka melalui assistnya kepada Achraf Hakimi pada menit ke-12, membuka jalan bagi PSG untuk menguasai jalannya pertandingan. Dua gol yang ia cetak kemudian membawa tim melesat menjauh, dengan permainan yang seimbang antara ketenangan, kecepatan, dan kreativitas.

    Jika hanya melihat dua gol dan satu assist saja, tentu sudah cukup untuk mengukuhkan Doue sebagai Man of The Match. Namun, catatan statistiknya dalam pertandingan ini jauh lebih impresif. Mengutip akun analis data sepak bola terkemuka @StatmanDave, gelandang muda PSG ini mencatatkan dribel sukses 100 persen dan umpan silang akurat 100 persen. Ia melepaskan empat tembakan, tiga di antaranya tepat sasaran dan menjadi yang terbanyak di lapangan. Ia juga menciptakan tiga peluang dan dua peluang emas untuk rekan-rekannya.

    Dominasi di berbagai aspek permainan tersebut memperlihatkan kualitas lengkap seorang gelandang serang masa depan. Tak mengherankan jika UEFA kemudian menobatkannya sebagai pemain terbaik di laga final tersebut.

    PSG mencatat titik balik besar lewat kemenangan ini setelah bertahun-tahun mengandalkan bintang dunia namun gagal merebut gelar Liga Champions. Kini, PSG tampil sebagai klub yang lebih matang dan berani memercayai talenta muda.

    Selain Desire Doue, ada nama-nama lain seperti Senny Mayulu dan Khvicha Kvaratskhelia yang turut berperan penting dalam perjalanan PSG menuju gelar ini. Para pemain muda ini membawa energi dan dinamika baru yang berhasil memadukan pengalaman dan kreativitas dalam permainan PSG.

    Bagi banyak penggemar sepak bola, nama Desire Doue kini menjadi simbol harapan dan masa depan PSG. Lahir dari akademi klub sendiri, Doue telah menunjukkan perkembangan pesat sejak debut profesionalnya. Keberhasilannya dalam laga final ini adalah puncak dari kerja keras dan dedikasi selama bertahun-tahun.

    Tidak hanya sebagai pencetak gol, Doue juga menunjukkan jiwa kepemimpinan dan mental baja di lapangan, sesuatu yang sangat dibutuhkan PSG untuk meraih sukses besar di level Eropa.

    Penantian Panjang Berbuah Manis

    PSG sebelumnya pernah beberapa kali menembus final dan semifinal Liga Champions, namun selalu kandas di fase krusial. Kegagalan itu kerap menimbulkan keraguan dan kritik terhadap strategi klub, terutama soal pengelolaan pemain dan kurangnya integrasi talenta muda.

    Kini, kemenangan 5-0 atas Inter Milan bukan hanya menjadi pembuktian kualitas skuad PSG, tetapi juga tonggak bersejarah dalam perjalanan klub. Dengan gelar ini, PSG mengangkat trofi Liga Champions untuk pertama kalinya, sekaligus menegaskan posisi mereka sebagai salah satu raksasa sepak bola Eropa.

    Desire Doue telah membuka lembaran baru bagi dirinya dan PSG. Dengan usia yang masih sangat muda, perjalanan kariernya masih panjang dan penuh potensi. Banyak yang berharap ia bisa terus berkembang dan membawa kejayaan lebih besar lagi bagi klub dan negaranya.

    Luis Enrique pun telah mengisyaratkan bahwa kepercayaan terhadap talenta muda akan terus menjadi fondasi strategi PSG ke depan. Kombinasi antara pengalaman pemain senior dan semangat muda seperti Doue diyakini akan menjadi kunci keberhasilan berkelanjutan.

    Baca juga: Shai Gilgeous-Alexander Oklahoma City: Bintang Masa Depan Thunder di NBA

  • Claudia Sheinbaum: Ilmuwan Lingkungan yang Mengubah Politik Meksiko

    Claudia Sheinbaum: Ilmuwan Lingkungan yang Mengubah Politik Meksiko

    Claudia Sheinbaum

    Claudia Sheinbaum ilmuwan lingkungan Meksiko yang berhasil mencetak sejarah sebagai perempuan pertama yang memimpin negara tersebut. Berbekal latar belakang akademik dan pengalaman sebagai peneliti, Claudia Sheinbaum, ilmuwan lingkungan Meksiko, secara aktif mengangkat isu perubahan iklim ke pusat kebijakan publik.

    Sheinbaum bukanlah politisi biasa. Ia adalah seorang ilmuwan lingkungan, lulusan Universitas Otonomi Nasional Meksiko, dengan latar belakang akademik yang kuat dan dedikasi panjang dalam dunia pelayanan publik.

    Kepeduliannya pada isu lingkungan tidak hanya berhenti pada teori, tapi ia bawa langsung ke dalam kebijakan ketika menjadi Sekretaris Lingkungan Hidup Kota Meksiko di bawah pemerintahan Andres Manuel Lopez Obrador.

    Kariernya terus menanjak, dari Wali Kota Tlalpan, hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Kota Meksiko pada tahun 2018. Dalam masa jabatannya, meski menghadapi angka kriminalitas tinggi mencapai 5.078 kasus pembunuhan di 52 bulan pertama pemerintahannya. Sheinbaum sukses menurunkan angka pembunuhan hampir setengahnya, dari 17,9 menjadi 8,6 per 100.000 orang hingga tahun 2022.

    Namun pencapaiannya bukan hanya angka. Claudia adalah simbol dari harapan baru. Dia menggagas visi “Reformasi Lingkungan”, yang tak hanya bicara soal ekosistem alam, tetapi juga tentang menyeimbangkan kehidupan sosial seperti menghapus kemiskinan, memperkuat layanan kesehatan dan pendidikan, serta membela hak perempuan dan kelompok minoritas.

    Pada Juni 2023, Claudia Sheinbaum mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Pemerintahan Mexico City untuk mengikuti seleksi calon presiden dalam koalisi Juntos Hacemos Historia. Kini, dengan kemenangan bersejarahnya, Claudia Sheinbaum tidak hanya mencetak rekor politik, tetapi juga menyuarakan bahwa perempuan layak berada di puncak kekuasaan.

    Menerobos Budaya Patriarki: Inspirasi Global dari Kepemimpinan Claudia

    Kemenangan Claudia Sheinbaum bukan sekadar urusan elektoral. Ia adalah tamparan lembut bagi budaya patriarki yang selama ini menganggap bahwa perempuan tak layak memimpin. Meksiko, seperti banyak negara lain, masih bergulat dengan konstruksi sosial yang menempatkan laki-laki di garis depan dalam politik dan kepemimpinan.

    Sheinbaum dengan tenang, namun tegas, meruntuhkan asumsi itu. Ia bukan hanya menjadi presiden, tetapi juga simbol dari perjuangan panjang perempuan Meksiko yang selama ini tak mendapat tempat di ruang pengambilan keputusan.

    Dalam banyak kesempatan, ia menyuarakan bahwa kepemimpinan perempuan bukan soal emosi atau kelembutan semata, tapi juga soal ketegasan, kompetensi, dan keberanian menghadapi tantangan berat.

    Pengalaman Claudia Sheinbaum mencerminkan kondisi di Indonesia, di mana perempuan politikus kerap diremehkan meski berprestasi. Dalam program Mata Najwa: Women in Power, Retno Marsudi dan Sri Mulyani pun mengaku sering diperlakukan berbeda karena gender. Sri Mulyani menyebut, “Kalau laki-laki tegas dianggap berwibawa. Tapi kalau perempuan tegas, disebut bossy.”

    Kesenjangan ini menunjukkan bahwa perempuan harus bekerja dua kali lebih keras untuk mendapat pengakuan yang sama. Padahal, seperti Claudia, banyak perempuan memiliki kapabilitas, integritas, dan dedikasi yang tak kalah dari rekan laki-lakinya.

    Perjuangan Claudia Sheinbaum mengingatkan pada Maria Walanda Maramis, pahlawan nasional yang vokal memperjuangkan kesetaraan perempuan di masa penjajahan. Walanda Maramis tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan nasional, tetapi juga kemerdekaan perempuan dari stereotip yang membelenggu.

    Perempuan Bisa Memimpin

    Kini, dengan hanya 6 perempuan dari 34 posisi menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, kita melihat bahwa perjuangan menuju kesetaraan masih panjang. Namun kisah Claudia membuktikan bahwa perempuan bisa memimpin, bisa membuat keputusan besar, dan bisa menjadi tumpuan harapan rakyat.

    Bagi generasi muda, terutama perempuan, Claudia Sheinbaum adalah bukti nyata bahwa keberanian untuk bermimpi dan berjuang bisa membuahkan hasil besar. Dari aktivis kampus, ilmuwan lingkungan, wali kota, gubernur, hingga akhirnya menjadi presiden—perjalanannya adalah narasi perjuangan, bukan pemberian.

    Claudia Sheinbaum telah membuka babak baru dalam sejarah Meksiko. Ia bukan hanya pemimpin perempuan pertama, tetapi juga pemimpin yang memahami pentingnya kolaborasi, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Dalam sosoknya, dunia menyaksikan bahwa perempuan tidak hanya layak memimpin—mereka juga bisa menjadi agen perubahan yang membawa masa depan lebih cerah.

    Semoga akan lebih banyak Claudia-Claudia lainnya yang muncul di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Karena dunia ini butuh lebih banyak kepemimpinan yang empatik, progresif, dan adil—tanpa dibatasi oleh gender.

    Baca juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Tiba di Indonesia

  • Dina dan Bakoel Organik: Kebaikan dalam Minuman Sehat

    Dina dan Bakoel Organik: Kebaikan dalam Minuman Sehat

    Dina dan Bakoel Organik

    Di tengah hiruk-pikuk dunia bisnis yang sering kali berfokus pada keuntungan semata, muncul sosok inspiratif bernama Dina, seorang perempuan berusia 33 tahun yang membuktikan bahwa meraih cuan tidak harus melupakan manfaat bagi sesama. Melalui usaha rintisannya, Bakoel Organik, Dina menghadirkan minuman sehat bebas bahan kimia yang tidak hanya menyehatkan tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.

    Perjalanan Dina menuju dunia wirausaha tidak datang tiba-tiba. Pada 2016, ia masih bekerja sebagai staf di Rumah Sakit Panti Rapih. menghabiskan hari-harinya dengan melihat langsung pasien-pasien yang berjuang melawan penyakit. Dari pengalaman itu, ia mulai merasa resah dan sadar bahwa menjaga kesehatan harus dimulai dari pola konsumsi sehari-hari.

    Jawaban atas pertanyaan itu datang dalam bentuk keberanian untuk mencoba hal baru. Dina menjalin kerja sama dengan petani di Klaten untuk memasarkan sayur organik. Sayangnya, pasar saat itu belum terbuka. Masyarakat belum banyak yang peduli terhadap produk organik, apalagi jika harganya lebih mahal dari produk biasa. Alhasil, usahanya sempat merugi.

    Namun seperti banyak kisah wirausaha lainnya, titik balik justru datang dari dalam keluarga. Dina mulai bereksperimen meracik minuman sehat karena ibunya yang menderita diabetes. Ia mempelajari cara meracik dari berbagai sumber, termasuk YouTube, lalu mulai membuat cold-pressed juice dari buah dan sayur segar yang ia peras tanpa menambahkan air, gula, atau bahan kimia lainnya.

    Hasilnya mengejutkan. Sang ibu merasa lebih sehat dan bugar setelah rutin mengonsumsi minuman tersebut. Melihat dampak langsung ini, Dina kemudian mulai membagikan jus buatannya kepada orang-orang terdekat. Tanggapan yang datang luar biasa. Permintaan mulai berdatangan, dan dari sanalah Bakoel Organik lahir.

    Usaha ini dinamakan demikian karena Dina ingin menjaga nuansa lokal, hangat, dan dekat dengan masyarakat. Kata “bakoel” mengingatkannya pada pedagang tradisional yang jujur dan tulus berjualan. Konsep ini menjadi dasar semua hal yang ia lakukan di Bakoel Organik: memproduksi dengan hati, menjual dengan jujur, dan menyebarkan manfaat sebanyak mungkin.

    Lebih dari Sekadar Minuman, Tapi Juga Kesadaran dan Harapan

    Bakoel Organik bukan hanya soal minuman sehat. Bagi Dina, ini adalah cara untuk menyebarkan nilai-nilai baik kepada masyarakat, mulai dari menjaga kesehatan diri hingga peduli terhadap lingkungan dan sesama.

    Tim Bakoel Organik menggunakan bahan organik berkualitas tinggi untuk membuat produk mereka, memprosesnya tanpa bahan tambahan apa pun, dan mengemasnya dalam kemasan ramah lingkungan. Mereka mengisi setiap botol yang diproduksi tidak hanya dengan sari buah, tetapi juga dengan tekad untuk memperbaiki pola hidup masyarakat.

    Respon pasar pun semakin luas. Dari hanya menjual kepada tetangga, kini Bakoel Organik telah merambah ke berbagai komunitas urban yang mulai sadar pentingnya gaya hidup sehat. Dina membuktikan bahwa produk sehat bisa tetap terjangkau, tetap lezat, dan tetap menguntungkan. Dalam sepekan, omzetnya bisa menyentuh angka jutaan rupiah—angka yang dulu tak pernah ia bayangkan.

    Namun kesuksesan finansial tidak membuatnya lupa pada tujuan awal. Dina terus membina hubungan dengan petani lokal, memberdayakan perempuan di sekitar tempat tinggalnya sebagai mitra produksi, dan aktif mengedukasi masyarakat melalui media sosial. Ia sering membagikan tips kesehatan, resep sehat, dan cerita perjuangan agar makin banyak orang yang termotivasi untuk hidup sehat.

    Bisnis bisa Menjadi Jalan Kebaikan

    Berbagai seminar dan forum UMKM kerap mengundang Dina sebagai pembicara, di mana ia mendorong generasi muda untuk berbisnis dengan hati dan tujuan mulia. Dia percaya bahwa bisnis bukan hanya tentang menjual, tapi juga soal bagaimana menjadi bagian dari solusi sosial.

    “Kalau kita hanya fokus cari untung, akan capek sendiri. Tapi kalau kita punya misi untuk memberi manfaat, itu semacam bahan bakar semangat yang tidak habis-habis,” ujarnya dalam sebuah kesempatan.

    Kini, Bakoel Organik bukan hanya merek, tapi juga gerakan kecil yang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kembali ke alam dan memperhatikan apa yang kita konsumsi. Dari dapur kecil di rumahnya, Dina telah membangun sebuah usaha yang sehat secara produk, dan juga sehat secara nilai.

    Kisah Dina adalah pengingat bahwa bisnis bisa menjadi jalan kebaikan. Bahwa cuan dan cinta pada sesama bisa berjalan beriringan. Bahwa satu botol jus bisa menjadi awal perubahan, asal diracik dengan kejujuran dan semangat memberi manfaat.

    Baca juga: Cinta Laura: Empowerment dan Bicara Tanpa Takut