Kategori: Swara

  • Persib Bandung Pastikan Kunci Gelar Juara Liga 1 2024/2025

    Persib Bandung Pastikan Kunci Gelar Juara Liga 1 2024/2025

    Persib Bandung resmi juara Liga 1 musim 2024/2025 setelah Persik Kediri dan Persebaya bermain imbang 3-3. Hasil ini membuat Persebaya dan Dewa United dengan 54 poin tak mampu mengejar Persib yang telah mengumpulkan 64 poin.

    Dengan demikian, Persib memastikan diri sebagai juara pada pekan ke-31 kompetisi, jauh sebelum musim berakhir. Keberhasilan ini menjadi bukti dominasi Persib selama musim ini dan konsistensi mereka dalam meraih hasil positif di setiap pertandingan.

    Gelar juara ini juga menandai pencapaian penting bagi Persib, karena mereka menjadi tim pertama yang mengamankan gelar musim ini dengan jarak poin yang cukup besar dari pesaing terdekat. Para pemain dan pelatih Persib pun menyambut gembira pencapaian ini, yang merupakan hasil kerja keras dan kerja sama sepanjang musim.

    Kemenangan Persib Bandung

    Kemenangan ini menandai kali pertama bagi Persib meraih gelar juara Liga Indonesia dengan sistem kompetisi musim reguler. Sebelumnya, Persib menjadi juara di tiga edisi kompetisi Liga Indonesia yang menerapkan sistem penyisihan, yakni pada musim 1994/95, Liga Super Indonesia (ISL) 2014, dan Liga 1 2023/24.

    Secara keseluruhan, gelar juara Liga 1 2024/25 ini merupakan gelar domestik ke-9 bagi Maung Bandung di kompetisi sepak bola tertinggi Indonesia. Secara khusus, ini menjadi gelar ke-4 Persib di era Liga Indonesia yang dimulai sejak musim 1994/95.

    Persib memang memulai dominasi era Liga Indonesia dengan menjadi juara di musim perdana 1994/95. Setelah itu, klub asal Bandung ini kembali meraih gelar pada Liga Super Indonesia 2014, kemudian secara beruntun memenangkan Liga 1 pada musim 2023/24 dan kini musim 2024/25.

    Menariknya, Persib meraih gelar juara musim ini sebagai yang tercepat kedua sejak kompetisi Liga Indonesia menggunakan sistem reguler. Pada edisi sebelumnya, klub harus melalui babak penyisihan dengan berbagai tahap untuk menjadi juara. Sistem musim reguler memungkinkan Persib meraih gelar lebih awal dengan jumlah poin yang tidak terkejar oleh pesaingnya.

    Pelatih dan manajemen Persib menyambut positif pencapaian ini sebagai bukti konsistensi dan kerja keras tim sepanjang musim. Para pemain pun mendapatkan apresiasi dari pendukung setia Maung Bandung yang terus memberikan dukungan selama kompetisi berlangsung.

    Dengan prestasi ini, Persib semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu klub terbesar di sepak bola Indonesia. Kemenangan beruntun dalam dua musim terakhir menunjukkan kualitas tim yang terus berkembang dan mampu mempertahankan performa di level tertinggi.

    Persib kini berpeluang untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi musim berikutnya dengan modal kepercayaan diri tinggi. Para pemain dan pelatih diprediksi akan menjaga fokus agar tetap bisa mempertahankan prestasi dan mengharumkan nama klub dan kota Bandung di kancah sepak bola nasional.

    Baca juga: Simon Tahamata Jadi Head of Scouting PSSI 2025

  • May Day sebagai Cermin Nestapa Buruh Indonesia

    May Day sebagai Cermin Nestapa Buruh Indonesia

    MANUNGSA — Setiap 1 Mei, jalan-jalan di ibu kota dan kota-kota besar di Indonesia dipenuhi oleh lautan massa yang menuntut keadilan. May Day atau Hari Buruh Internasional, menjadi momen di mana pekerja dari berbagai sektor bersuara menentang ketidakadilan sistem ketenagakerjaan. Tahun 2025, aksi ini kembali digelar—sekitar 200 ribu buruh akan memadati Monas, Jakarta, sementara puluhan ribu lainnya turun ke jalan di 30 provinsi.

    Namun, dibalik gegap gempita aksi tersebut, tersimpan kisah pilu yang tak kunjung berubah dari tahun ke tahun. Upah tak layak, ancaman PHK sepihak, eksploitasi pekerja, dan minimnya perlindungan hukum masih menajdi masalah struktural yang membelenggu buruh Indonesia.

    Presiden Partai Buruh, Said Iqbal menyatakan bahwa Hari Buruh tahun ini akan menyuarakan enam tuntutan utama, yaitu:

    Tuntutan yang Berulang

    Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, dalam keterangan persnya, menegaskan enam tuntutan utama yang diusung para buruh tahun ini:

    1. Penghapusan sistem outsourcing, yang menyebabkan buruh kehilangan kepastian kerja.
    2. Penetapan upah layak, yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup riil.
    3. Pembentukan Satgas PHK, sebagai perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja sepihak.
    4. Revisi UU Ketenagakerjaan, karena dinilai masih berat sebelah terhadap pemilik modal.
    5. Perlindungan hukum untuk Pekerja Rumah Tangga (PRT).
    6. Pemanfaatan aset hasil korupsi untuk program kesejahteraan buruh.

    Dikutip dari ANTARA news, Said Iqbal mengatakan bahwa “May Day bukan tentang libur kaum buruh, May Day adalah tentang bagaimana mengingat kembali penderitaan kaum buruh untuk memperjuangkan isu-isu kaum buruh,”

    Sementara itu, kehadiran Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam aksi di Monas tahun ini menimbulkan beragam reaksi. Meski dianggap sebagai sinyal terbukanya kanal dialog, banyak kalangan buruh masih meragukan komitmen pemerintah dalam merespons tuntutan mereka secara konkret.

    Ketimpangan Upah dan Biaya Hidup

    Di tingkat provinsi, disparitas antara Upah Minimum Provinsi (UMP) dan kebutuhan hidup menjadi masalah besar. Di DKI Jakarta, UMP tahun 2025 sebesar Rp. 5.396.761, sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan hidup layak untuk keluarga kecil bisa mencapai Rp7–8 juta per bulan.

    Karena tekanan ekonomi tersebut, banyak buruh terpaksa bekerja lembur. Namun, menurut Komnas Perempuan, lembur sering kali tidak dihitung dan dibayar sesuai aturan.

    Ancaman Outsourcing dan PHK Sepihak

    Sistem outsourcing menjadi sumber keresahan utama buruh kontrak. Status kerja yang tidak tetap membuat buruh bisa di-PHK sewaktu-waktu tanpa pesangon yang layak. Proses hukum yang panjang dan mahal membuat mayoritas buruh akhirnya pasrah.

    PRT: Tenaga yang Dilupakan Regulasi

    Kondisi pekerja rumah tangga (PRT) juga tak kalah memprihatinkan. Hingga saat ini, RUU Perlindungan PRT masih mangkrak. Sementara itu, data dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) menunjukkan lebih dari 2.641 kasus kekerasan terhadap PRT sepanjang tahun 2018–2023, mulai dari kekerasan fisik, pelecehan seksual, hingga penahanan upah.

    Ketua JALA PRT, Lita Anggraini, menegaskan bahwa tanpa regulasi, PRT akan terus menjadi kelompok paling rentan di dunia kerja.

    May Day bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah momen kolektif di mana jutaan buruh menunjukkan bahwa mereka masih bertahan, meski dengan penghasilan tak layak, tanpa jaminan kerja, dan dalam sistem hukum yang berat sebelah.

    Selama negara belum menjadikan kesejahteraan buruh sebagai prioritas utama, lautan massa akan terus turun ke jalan setiap 1 Mei. Mereka datang bukan untuk merayakan, tetapi untuk mengingatkan bahwa keadilan sosial masih menjadi janji yang belum ditepati.

    Baca juga: Inovasi Hijau: Peran Startup Sosial Dalam Menjawab Tantangan Limbah

    Referensi:

    • Antara News. (2025). Said Iqbal: May Day momentum perjuangkan isu kaum buruh
    • Kompas. (2025). 6 Tuntutan May Day 2025: Buruh Akan Minta Prabowo Outsourcing hingga Rampas Aset Koruptor.
    • Komnas Perempuan. (2024). Siaran Pers Bersama Komnas Perempuan, Komnas HAM, KPAI, KND Mendorong Pengesahan RUU PPRT.

  • Better Endings: M2M Siap Sapa Penggemar di Jakarta

    Better Endings: M2M Siap Sapa Penggemar di Jakarta

    MANUNGSA— Di awal 2000-an, sebelum Spotify dan TikTok merambah, ada dua gadis muda asal Norwegia yang suaranya menghiasi kaset-kaset bertuliskan “M2M”. Bagi generasi milenial, nama ini bukan sekedar duo pop, melainkan bagian dari masa tumbuh. 

    Kini, lebih dari dua dekade sejak debut mereka, M2M akan hadir di Jakarta dalam konser bertajuk The Better Endings Tour pada hari ini, 26 April 2025 di Ecovention Hall, Ancol.  

    Siapa M2M?
    Bagi generasi muda sekarang, mungkin nama M2M terdengar asing, bahkan nyaris tak dikenal. Namun, bagi mereka yang tumbuh di era awal 2000-an, M2M adalah suara yang membalut masa remaja. M2M adalah duo pop asal Norwegia yang terdiri dari Marion Elise Raven dan Marit Elisabeth Larsen. Mereka bukanlah hasil dari audisi label atau agensi, melainkan dua sahabat dari kota kecil Lørenskog, Norwegia. 

    Sejak usia lima tahun, mereka sudah bermusik bersama. Saat 8 tahun, mereka merilis lagu anak-anak dalam bahasa Norwegia dengan nama duo “Hubba-Bubba”. Namun, ketika beranjak remaja, mereka menulis lagu-lagu berbahasa Inggris dengan nuansa yang lebih mature. Label besar asal Amerika, Atlantic Records, kemudian mengontrak mereka dan mengganti nama duo menjadi M2M— singkatan dari nama depan mereka, yaitu Marit dan Marion. 

    Source: fanpop.com

    Debut Internasional
    Lagu debut mereka, Don’t Say You Love Me, dirilis pada tahun 1999 dan langsung melejit berkat keberadaanya di soundtrack film animasi populer “Pokémon: The First Movie”. Lagu itu menjadi pembuka yang sukses besar— masuk chart Billboard, diputar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tahun 2000, M2M merilis lagu mereka, Shades of Purple, yang memperkuat eksistensi mereka sebagai musisi pop remaja. 

    Citra M2M di Tengah Dunia Pop 
    Branding M2M yang menonjol di tengah hiruk pikuk industri musik pop awal 2000-an adalah keaslian mereka. Tidak ada gimmick berlebihan, hanya dua remaja dengan gitar, jeans, dan t-shirt. Mereka tampil seperti teman sebaya yang bercerita soal cinta pertama, rasa kecewa, dan pertanyaan-pertanyaan khas remaja. Lagu seperti Pretty Boy, Mirror Mirror, hingga The Day You Went Away tidak hanya menjadi hits, tapi terasa seperti tulisan di buku harian yang dinyanyikan dengan lantang. 

    Karir M2M 
    Sayangnya, karir M2M berlangsung singkat. Setelah album kedua mereka, “The Big Room” (2002), duo ini bubar. Marion dan Marit memilih jalan solo masing-masing. Namun, meski hanya aktif selama beberapa tahun, M2M meninggalkan jejak— khususnya di Asia, termasuk Indonesia. 

    Di Indonesia, lagu-lagu mereka menjadi bagian dari kehidupan banyak remaja. Mereka diputar di radio, dijadikan lagu pensi, atau sekedar menemani masa-masa remaja. Hingga kini, lagu-lagu M2M masih banyak ditemukan di playlist “Nostalgia tahun 2000-an”. 

    Reunited in Jakarta 
    Dua dekade setelah lagu-lagu mereka menemani masa remaja banyak orang, M2M akhirnya kembali menyapa penggemarnya dengan formasi lengkap. Hari ini, 26 April 2025, Marion Raven dan Marit Larsen naik panggung bersama di Ecovention Hall, Ancol, Jakarta, dalam rangkaian konser reuni bertajuk The Better Endings Tour.

    Bagi banyak orang, ini bukan sekadar konser nostalgia. Ini merupakan reuni emosional antara M2M dan mereka yang tumbuh bersama lagu-lagunya. Dari Pretty Boy hingga Don’t Say You Love Me, semuanya hidup kembali, kali ini bukan lewat kaset atau radio, tapi secara langsung di hadapan ribuan orang. 

  • RBC Institute A. Malik Fadjar Soroti Bias Gender dalam Pendidikan Lewat Diskusi Bersama Kalis Mardiasih

    RBC Institute A. Malik Fadjar Soroti Bias Gender dalam Pendidikan Lewat Diskusi Bersama Kalis Mardiasih

    Malang, 24 Maret — Ruang Baca Cerdas (RBC) Institue A. Malik Fadjar memperkuat posisinya sebagai ruang intelektual kritis dengan menggelar diskusi bertajuk “Ruang Gagasan: Menyoal Pendidikan Perempuan” bersama penulis dan aktivis Kalis Mardiasih, Kamis (24/4). Bertempat di Ruko Permata Jingga, Lowokwaru, Malang, forum ini tidak hanya membedah buku “Esok Jilbab kita Dirayakan”, tetapi juga menegaskan komitmen RBC Insitute A. Malik Fadjar terhadap isu kesetaraan dan pembebasan pendidikan dari bias struktural.

    Direktur Eksekutif RBC Institute A. Malik Fadjar, Subhan Setowara, menyatakan bahwa forum ini dirancang sebagai respons atas pentingnya ruang diskusi kritis, serta berharap agar kegiatan ini dapat memperluas kesadaran kolektif mengenai pentingnya pendidikan perempuan sebagai pilar pembangunan bangsa. “

    Diskusi ini merupakan bagian dari inisiatif Ruang Gagasan, program rutin yang digagas oleh RBC Institue A. Malik Fadjar untuk mempertemukan masyarakat luas dengan isu-isu penting dalam ruang yang inklusif, terbuka, juga reflektif. Melalui forum ini, RBC berharap dapat terus mendorong diskursus yang membumi dan membebaskan.

    Kehadiran Kalis Mardiasih, aktivis sekaligus penulis buku yang dibahas, menjadi penegasan terhadap agenda RBC dalam mengadvokasi kesadaran kritis. Dalam paparannya, Kalis mengangkat beragam tantangan yang dihadapi perempuan dalam dunia pendidikan, mulai dari stereotip gender, pengalaman biologis, hingga pilihan hidup perempuan.

    “Sistem pendidikan kita masih bias kelas dan bias gender,” tegas Kalis. Ia membeberkan berbagai bentuk marginalisasi perempuan: mulai dari pengorbanan cita-cita pribadi, tekanan sosial yang membelenggu, hingga peminggiran sistematis di bidang-bidang yang secara stereotip dilabeli sebagai ‘”domain laki-laki”.

    Diskusi ini mencerminkan visi RBC Institute A. Malik Fadjar untuk tidak hanya menjadi ruang baca, melainkan ruang berpikir. Dengan menyoroti jilbab sebagai simbol yang sarat akan makna politik dan sosial, diskusi ini membuka ruang bagi pembacaan yang lebih dalam terhadap pendidikan perempuan, bukan semata soal akses, melainkan soal kuasa, narasi, dan juga struktur.

    Acara diskusi ini ditutup dengan sesi tanya jawab yang berlangsung secara dinamis. Mempertemukan berbagai pandangan tentang agama, budaya, dan pendidikan dalam lanskap Indonesia hari ini. Diskusi ini membuktikan bahwa RBC Institue A. Malik Fadjar terus berupaya menjadi ruang yang membuka kemungkinan untuk bertanya, berdiskusi, dan berpikir ulang tentang sistem pendidikan kita.

  • Inovasi Hijau: Peran Startup Sosial Dalam Menjawab Tantangan Limbah

    Inovasi Hijau: Peran Startup Sosial Dalam Menjawab Tantangan Limbah

    Permasalahan limbah makin kompleks, terutama pada kota-kota besar. Tetapi, dibalik tantangan tersebut tumbuh solusi yang kreatif dari para pelaku startup sosial. Mereka hadir membawa angin segar melalui pendekatan ekonomi, yang tidak hanya berfokus pengolahan limbah saja, tapi juga pada pemberdayaan masyarakat dan berkelanjutan lingkungan.

    Saat ini, limbah tidak lagi dipandang sebagai beban, tetapi sumber daya baru. Startup sosial seperti rebricks yang mengubah sampah plastik menjadi bahan bangunan, hingga sukkhacitta yang memanfaatkan sisa-sisa tekstil untuk produk fashion, menunjukkan bahwa inovasi ini bisa lahir dan tumbuh dari hal-hal yang selama ini dianggap tak berguna oleh orang-orang.

    Dengan mengusung model bisnis berdampak, para startup ini berkerjasama dalam mengurangi sampah sekaligus untuk membuka peluang ekonomi. Mereka menciptakan lapangan kerja lokal, membangun kesadaran pada lingkungan, serta menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak baik itu pemerintah, pekerja industri, maupun komunitas. 

    Tak hanya itu saja, mereka juga aktif dalam mengedukasi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup yang minim lembah. Edukasi dan kolaborasi menjadi kunci dalam mempererat ekosistem ekonomi sirkular yang berkelanjutan.

    Keberhasilan mereka juga membuktikan bahwa inovasi sosial dan keberlanjutan bisa berjalan dengan seiring waktu. Dengan dukungan regulasi dan pendanaan yang tepat peran startup sosial akan semakin penting dalam menciptakan masa depan yang hijau, inklusif dan resilien.

    Lembah bukan akhir dari siklus, tetapi awal dari peluang baru jika dikelola dengan visi dan strategi yang tepat.