Penulis: Affan Giffari

  • Bahkan Voli 2 Tim Musisi vs Komika: Siapa Menang?

    Bahkan Voli 2 Tim Musisi vs Komika: Siapa Menang?

    MANUNGSAEven hiburan Bahkan Voli 2 tim musisi vs komika kembali digelar dengan penuh semangat. Dalam pertandingan ini, tim musisi tampil luar biasa dan berhasil menundukkan tim komika.

    Tim Musisi memenangkan pertandingan voli dalam acara “Bahkan Voli 2” yang digelar pada Sabtu, 31 Mei 2025, di Mahaka Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam laga seru tersebut, Tim Musisi mengalahkan Tim Komika dengan skor akhir 3-1.

    VINDES Sport melanjutkan seri “Bahkan Voli” melalui pertandingan ini sebagai bagian dari inisiatif mereka yang bertujuan menggabungkan olahraga dengan hiburan. Acara ini dipandu oleh Vincent Rompies dan Desta Mahendra, dua figur terkenal yang juga memberikan warna berbeda pada pertandingan lewat interaksi mereka dengan peserta dan penonton.

    Meski tanpa hadiah materi, Bahkan Voli 2 tetap menyita perhatian penonton berkat konsep unik dan hiburannya. Para peserta tak hanya bermain voli, tapi juga menyuguhkan kreativitas dan atraksi lucu, dari aksi kocak komika hingga servis tajam tim musisi.

    Skor Voli

    Tim Musisi tampil dominan sejak awal pertandingan. Mereka mampu menjaga konsistensi permainan dan mengendalikan jalannya laga dengan baik. Meskipun Tim Komika memberikan perlawanan sengit, terutama di set kedua, Tim Musisi berhasil mengambil kemenangan dengan skor 3-1.

    Selain persaingan di lapangan, acara ini menarik karena para peserta berhasil memadukan olahraga dan hiburan melalui aksi lucu dan interaksi hangat yang menghidupkan suasana.

    Kemenangan Tim Musisi di “Bahkan Voli 2” ini juga menunjukkan bahwa olahraga dapat menjadi media yang efektif untuk mempererat hubungan sosial antar komunitas. Dengan cara yang menyenangkan, acara ini berhasil mengajak masyarakat untuk lebih aktif berolahraga tanpa harus menghilangkan unsur hiburan.

    Pihak VINDES Sport berencana untuk terus melanjutkan acara ini dengan menghadirkan konsep-konsep baru yang semakin inovatif. Rencana ini diharapkan dapat menarik lebih banyak peserta dan penonton serta memperluas jangkauan olahraga voli di Indonesia.

    Acara seperti “Bahkan Voli 2” menjadi contoh bagaimana olahraga dan hiburan bisa berjalan beriringan, memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dengan kombinasi yang tepat, kegiatan semacam ini dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap olahraga sambil menikmati hiburan yang berkualitas.

    Baca juga: Dewa United Tundukkan Kesatria 86-84

  • PSG Raih Liga Champions Pertama dalam Sejarah Klub

    PSG Raih Liga Champions Pertama dalam Sejarah Klub

    PSG Raih Liga Champions

    PSG Raih Liga Champions pertama dalam sejarah klub mereka. Kemenangan besar ini mereka dapatkan setelah mengalahkan Inter Milan dengan skor 5-0 dalam laga final yang digelar di Allianz Arena, Minggu (1/6/2025) dini hari WIB.

    Momen Bersejarah di Final Liga Champions

    Pertandingan final ini menjadi momen bersejarah bagi PSG. Mereka menunjukkan dominasi penuh sejak awal hingga akhir pertandingan. Dua gol spektakuler dari bintang muda berusia 19 tahun, Desire Doue, menjadi kunci kemenangan besar ini. Selain itu, Achraf Hakimi, Khvicha Kvaratskhelia, dan Senny Mayulu juga turut mencetak gol untuk memastikan kemenangan PSG yang sangat meyakinkan.

    Keputusan Strategis Luis Enrique

    Pelatih PSG, Luis Enrique, mengambil keputusan berani dengan menurunkan Desire Doue sejak menit awal, menggantikan Bradley Barcola. Keputusan ini terbukti sangat tepat. Selain mencetak dua gol, Doue juga memberikan assist untuk gol pembuka yang dicetak oleh Achraf Hakimi pada menit ke-12. Penampilan brilian pemain muda ini membuatnya dinobatkan sebagai Man of The Match.

    Statistik Mengagumkan dari Desire Doue

    Data statistik menunjukkan bahwa Desire Doue tampil luar biasa dalam pertandingan ini. Ia berhasil melakukan 100 persen dribel sukses dan umpan silang yang akurat. Tidak hanya itu, ia juga mencatat empat tembakan dengan tiga di antaranya tepat sasaran, menciptakan tiga peluang, dan menghasilkan dua peluang emas bagi timnya.

    Akhir dari Penantian Panjang PSG

    Dengan hasil ini, PSG akhirnya mengakhiri penantian panjang mereka untuk meraih trofi Liga Champions. Sebelumnya, PSG selalu gagal di fase-fase krusial kompetisi bergengsi ini. Kemenangan 5-0 atas Inter Milan menjadi bukti bahwa PSG kini siap bersaing dan mendominasi sepak bola Eropa.

    Peran Vital Para Pemain Muda

    Selain Desire Doue, transformasi PSG juga terlihat dari performa para talenta muda lain seperti Senny Mayulu dan Khvicha Kvaratskhelia. Tim ini menunjukkan kekuatan dan kebersamaan yang membuat mereka layak menjadi juara.

    Awal Era Baru Kejayaan Setelah PSG Raih Liga Champions

    Kemenangan ini menjadi tonggak baru bagi PSG. Mereka tidak hanya berhasil meraih gelar Liga Champions, tetapi juga menunjukkan bahwa generasi muda bisa membawa klub ke puncak kejayaan. Para pemain muda yang penuh semangat dan bakat kini menjadi harapan masa depan PSG dan sepak bola Eropa.

    Langkah Selanjutnya Setelah PSG Raih Liga Champions

    PSG akan terus mengembangkan tim mereka dan mempertahankan gelar ini di musim-musim berikutnya. Kemenangan PSG Raih Liga Champions ini menjadi awal dari era baru kejayaan klub asal Paris ini di kancah sepak bola dunia.

    Baca juga: Persib Bandung Pastikan Kunci Gelar Juara Liga 1 2024/25

  • Festival Sinema Australia Indonesia Rayakan 10 Tahun

    Festival Sinema Australia Indonesia Rayakan 10 Tahun

    Festival Sinema Australia

    Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) kembali digelar untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-10. Acara ini berlangsung mulai 15 Mei hingga 14 Juni 2025. Menampilkan deretan film terbaik dari Australia dan Indonesia. Kepada para penonton di sepuluh kota besar di Indonesia, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, Surabaya, Semarang, Denpasar, Mataram, Manado, Makassar.


    Memperkuat Hubungan Budaya Melalui Film


    Sejak diluncurkan pada 2016, FSAI terus memperkuat hubungan budaya dan memperkenalkan sinema kedua negara. Festival ini menggunakan bahasa universal film sebagai jembatan yang menyatukan penonton dari beragam latar belakang.

    Kilas Balik Festival ke-10: Film Unggulan dan Karya Alumni


    Pada tahun ke-10 ini, FSAI menghadirkan lima film unggulan dari Australia. Dua film Indonesia yang menampilkan alumni Australia, serta sejumlah film pendek karya sineas Indonesia. Australia Awards mengadakan kursus singkat produksi film pada awal 2025 yang menghasilkan karya ini.

    Dukungan dari Duta Besar Australia untuk Indonesia


    Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, menyampaikan festival ini merupakan wadah yang kuat untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan Australia melalui seni dan kreativitas industri film. “Festival Sinema Australia Indonesia 2025 menampilkan keahlian dan kreativitas industri film Australia dan Indonesia kepada penonton di seluruh Indonesia,” ujarnya.

    Film Unggulan: The Dry dan Heartbreak Motel


    Salah satu film yang menarik perhatian dalam festival tahun ini adalah The Dry. Film thriller drama misteri asal Australia ini akan tayang perdana di Indonesia. Film ini mengangkat cerita tentang penyelidikan tragedi di sebuah kota pedalaman yang menguak rahasia gelap masyarakat setempat. Selain itu, festival juga menayangkan Heartbreak Motel, film yang mengangkat tema cinta, kehilangan, dan penebusan. Film ini merupakan adaptasi dari novel laris karya Ika Natassa, penulis Indonesia sekaligus alumnus Australia.

    Masterclass Interaktif oleh Pakar Film Australia


    Selain pemutaran film, FSAI 2025 juga menyediakan masterclass interaktif yang dipandu oleh para pakar film Australia. Masterclass ini membahas berbagai topik menarik seperti penulisan naskah, penyutradaraan, dan cara menciptakan pengalaman layar yang imersif bagi penonton.

    Festival Sinema Australia Indonesia: Hiburan dan Edukasi


    Festival Sinema Australia Indonesia tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, melainkan juga berperan sebagai wadah edukasi yang sangat penting. Selain itu, festival ini juga menjadi sarana pertukaran budaya yang kaya dan bermakna. Dengan demikian, melalui dunia perfilman, festival ini berhasil memperkuat ikatan kedua negara. Lebih dari itu, Festival Sinema Australia Indonesia memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami budaya masing-masing, sehingga hubungan antara kedua negara semakin erat dan berkelanjutan.


    Baca Juga: Talkshow Literasi Tengah Kota Bersama Henry Manampiring

  • Marsha Alycia Rahmadiar Setianto: Atlet Taekwondo

    Marsha Alycia Rahmadiar Setianto: Atlet Taekwondo

    Taekwondo sering dikenal sebagai seni bela diri yang keras dan tegas. Namun, bagi Marsha Alycia Rahmadiar Setianto, taekwondo adalah lebih dari sekadar olahraga keras. Di gelanggang, Marsha tampil garang dan penuh semangat. Tapi di luar arena pertandingan, sosoknya berubah menjadi anggun dan lembut ketika berpose sebagai seorang model.

    Marsha, yang akrab dipanggil Marsha, adalah seorang atlet taekwondo berbakat asal Kediri, Jawa Timur. Sudah puluhan medali ia raih, baik dari ajang lokal, nasional, hingga internasional. Prestasi tersebut tentu bukan didapat secara instan, melainkan melalui kerja keras dan latihan yang konsisten sejak kecil.

    Perjalanan Marsha di dunia taekwondo dimulai saat usianya masih sembilan tahun, tepatnya ketika duduk di kelas tiga SDN Burengan 2, Pesantren, Kota Kediri. “Waktu itu saya ikut karena diminta ibu,” ujarnya mengingat kembali masa kecilnya. Awalnya, ia hanya coba-coba dan ikut-ikutan saja. “Gak tau, seru aja. Cewek jago berantem gitu kan,” katanya sambil tersenyum.

    Dari Iseng Menjadi Cinta

    Awalnya, Marsha tidak begitu mengerti arti penting taekwondo. Bagi dia yang masih kecil, taekwondo hanyalah sebuah kegiatan yang menantang dan menyenangkan. Namun, pandangannya mulai berubah seiring seringnya mengikuti berbagai turnamen.

    “Awalnya aku kira taekwondo itu cuma buat berantem, tapi ternyata bukan untuk kekerasan. Ini seni bela diri yang untuk melindungi diri,” ujar Marsha dengan penuh keyakinan.

    Memasuki kelas empat SD, Marsha mengikuti turnamen pertamanya di Pekan Olahraga Kota (Porkot) pada tahun 2014. Di turnamen itu, dia berhasil meraih medali emas. Prestasi ini membuat Marsha semakin jatuh cinta pada olahraga yang berasal dari Korea Selatan ini.

    Sejak saat itu, Marsha tak pernah absen mengikuti berbagai kejuaraan. Bahkan kini, meski ia tengah menempuh pendidikan di semester tiga Fakultas Hukum Universitas Airlangga, semangatnya dalam taekwondo tetap membara.

    “Kalau kalah atau menang itu biasa. Yang penting aku sudah berusaha maksimal,” ucapnya dengan rendah hati. Semangat inilah yang membuat Marsha terus maju dan tidak pernah menyerah, meski menghadapi tantangan berat di tiap pertandingan.

    Dua Dunia yang Berbeda: Atlet dan Model

    Selain menjadi atlet taekwondo yang disiplin, Marsha juga menekuni dunia modeling. Perubahan dari seorang atlet yang garang di gelanggang menjadi sosok anggun dan lembut di panggung merupakan hal yang menarik perhatian banyak orang.

    “Kalau di taekwondo, aku harus tegas dan fokus. Tapi kalau di modeling, aku bisa berekspresi dengan lebih lembut dan elegan,” jelas Marsha.

    Kedua dunia ini berjalan seiring dan saling melengkapi. Taekwondo mengajarkan ketangguhan dan disiplin, sementara modeling memberinya ruang untuk mengekspresikan sisi kreativitas dan keindahan.

    Perjalanan Marsha tentu tidak lepas dari dukungan keluarga. Orang tuanya, R Irwan Setianto dan Sudhiar Mulyandari, menjadi penyemangat utama yang selalu mendukung setiap langkahnya.

    “Orang tua aku sangat mendukung. Mereka selalu bilang supaya aku terus berusaha dan tidak mudah menyerah,” ujar Marsha.

    Selain keluarga, lingkungan sekitar juga berperan penting. Teman-teman dan pelatihnya selalu memberikan semangat dan motivasi agar ia bisa terus berkembang.

    Menjadi Inspirasi bagi Generasi Muda

    Kisah Marsha adalah inspirasi nyata bahwa anak muda bisa menggapai prestasi besar dengan kerja keras dan ketekunan. Dari seorang gadis kecil yang iseng mencoba taekwondo, kini ia telah menjadi atlet yang membanggakan.

    Prestasinya juga membuktikan bahwa olahraga bela diri bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi juga mental dan karakter yang kuat. Taekwondo mengajarkan Marsha untuk tetap rendah hati, disiplin, dan berani menghadapi segala tantangan.

    Di usianya yang masih muda, Marsha memiliki banyak impian. Selain ingin terus berprestasi di taekwondo, ia juga ingin menuntaskan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

    “Aku ingin menjadi contoh bahwa atlet juga bisa berprestasi di pendidikan,” katanya. Ia percaya bahwa keduanya bisa berjalan beriringan jika dijalani dengan semangat dan manajemen waktu yang baik.

    Selain itu, Marsha Alycia juga berharap bisa memotivasi lebih banyak anak muda, terutama perempuan, untuk berani mencoba hal baru dan berjuang mencapai cita-citanya.

    Marsha ingin menyampaikan pesan sederhana kepada generasi muda yang ingin mengejar impian mereka, khususnya di bidang olahraga dan seni.

    “Jangan takut untuk mencoba. Kadang kita mulai karena iseng atau coba-coba, tapi kalau kita tekun dan berusaha, hasilnya bisa luar biasa,” ujarnya penuh semangat.

    Ia juga menekankan pentingnya disiplin dan kerja keras, serta sikap rendah hati dalam meraih prestasi.


    Marsha Alycia Rahmadiar Setianto adalah contoh nyata seorang gadis muda yang berhasil memadukan dua dunia yang berbeda: ketegasan sebagai atlet taekwondo dan kelembutan sebagai model. Kisahnya membuktikan bahwa dengan niat, kerja keras, dan dukungan orang-orang terdekat, siapa saja bisa meraih mimpi dan mengukir prestasi.

    Dari latihan keras sejak usia sembilan tahun hingga kini menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang, Marsha mengajarkan kita bahwa olahraga bukan hanya soal menang dan kalah, tetapi tentang membangun karakter dan keberanian dalam hidup.

    Baca juga: Maudy Ayunda, Beauty Brain Behaviour

  • Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator

    Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator


    Meniti Karier dari Dunia Jurnalistik ke Panggung Politik

    Nama Elnino M. Husein Mohi bukanlah nama baru dalam dunia politik Indonesia, khususnya di kawasan timur. Sosok yang lahir di Gorontalo pada 30 Oktober 1974 ini telah mengukir jejaknya dalam berbagai bidang, mulai dari jurnalisme, akademisi, hingga politik nasional. Kariernya dibentuk oleh perjalanan yang panjang dan konsisten, serta keberanian untuk menjembatani aspirasi rakyat melalui berbagai medium.

    Perjalanan Pendidikan dan Awal Karier Jurnalis

    Perjalanan Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator dimulai dari dunia pendidikan yang cukup beragam. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Gorontalo, kemudian menempuh pendidikan SMA di SMA 81 Labschool, Jakarta Timur.

    Setelah itu, ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Teknologi Telkom di Bandung dan lulus pada 1998 dari jurusan Teknik dan Manajemen Industri. Namun minatnya pada komunikasi politik membuatnya mengambil studi Magister Manajemen Komunikasi Politik di Universitas Indonesia pada tahun 2007. Kini, ia tengah melanjutkan studi doktoral dalam bidang Ilmu Komunikasi di kampus yang sama.

    Sebelum menjadi politikus, Elnino aktif bekerja sebagai jurnalis di berbagai media lokal. Ia pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi tabloid “Habari Lo Lipu” yang menjadi wadah perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo pada 1999–2001. Ia juga pernah menjadi redaktur di Harian Gorontalo Post dan Radar Gorontalo, dua media besar di daerahnya. Lewat tulisan dan reportasenya, Elnino menyuarakan kepentingan masyarakat dan mendorong perubahan di daerah.

    Dari Media Cetak hingga Konsultan Politik

    Tidak berhenti di media cetak, Elnino M. Husein Mohi: Dari Jurnalis hingga Legislator juga mendirikan penerbit Pustaka Gorontalo dan aktif sebagai konsultan pemasaran politik. Baginya, komunikasi politik adalah jembatan strategis antara kebijakan dan publik. Ia percaya, pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan menyampaikan gagasan secara efektif, dan memahami denyut nadi rakyat melalui media.

    Terjun ke Dunia Politik: Dari DPD hingga DPR RI

    Dorongan untuk langsung terlibat dalam pembuatan kebijakan membawanya maju dalam Pemilu 2009 dan terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Elnino mulai dikenal di panggung nasional sebagai representasi masyarakat Gorontalo. Ia melanjutkan karier politiknya sebagai anggota DPR RI dari Partai Gerindra dan dipercaya kembali selama tiga periode berturut-turut: 2014–2019, 2019–2024, dan 2024–2029.

    Menyatukan Akademisi, Jurnalis, dan Legislator di Komisi I DPR RI

    Kiprah Elnino di DPR RI tidak hanya sebagai anggota biasa. Ia menjadi anggota Komisi I yang membidangi isu-isu penting seperti pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informatika. Posisi ini sangat cocok dengan latar belakang akademis dan pengalaman lapangannya dalam dunia komunikasi dan media.

    Sebagai anggota Komisi I, Elnino aktif dalam pembahasan berbagai kebijakan strategis. Ia kerap menyuarakan pentingnya regulasi media dan penyiaran yang adaptif terhadap era digital. Ia menilai, dengan cepatnya perkembangan teknologi, negara harus hadir tidak hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai fasilitator transformasi digital. Salah satu yang disorotnya adalah revisi UU Penyiaran agar lebih relevan dengan realitas saat ini, termasuk perlindungan data pribadi dan kebebasan pers.

    Dukungan terhadap Ekonomi Digital dan Perlindungan Pengemudi Ojol

    Ia aktif mendukung pengemudi ojek online yang kerap dirugikan oleh aplikator, menunjukkan kepeduliannya terhadap ekonomi digital. Ia meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika bisa menjadi penengah dan mengatur pembagian keuntungan agar lebih berkeadilan.

    Sikapnya yang berpihak pada masyarakat kecil membuatnya mendapat simpati, terutama dari kalangan akar rumput di Gorontalo dan sekitarnya.

    Kiprah Organisasi dan Penghargaan yang Diraih

    Di luar parlemen, Elnino aktif dalam berbagai organisasi. Ia menjabat sebagai Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Gorontalo, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Gorontalo, serta Ketua Majelis Sinergi Kalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Masika-ICMI) wilayah Gorontalo. Dalam organisasi-organisasi tersebut, ia sering menjadi penghubung antara dunia akademik dan kebijakan publik.

    Sebagai penghargaan atas pengabdiannya, Elnino pernah menerima piagam “Arkansas Ambassador” dari Gubernur Arkansas, AS (2007), serta penghargaan “Pejuang Pembentukan Provinsi” dari Gubernur Gorontalo (2001). Ia juga terpilih sebagai peserta program International Fellowship Program dari Ford Foundation di Amerika Serikat (2005–2007).

    Kontribusi melalui Penulisan Buku dan Literasi Politik

    Elnino juga menulis dan mengedit berbagai buku bertema politik dan daerah. Buku seperti Media Politik vs. Politik Media yang ia tulis berdasarkan tesis S2-nya, serta Abad Besar Gorontalo, Wali Kota Medi, dan Nani Wartabone, menjadi bukti kontribusinya dalam membangun literasi politik dan sejarah lokal. Buku-buku tersebut menunjukkan ketertarikannya untuk terus membangun narasi positif tentang Gorontalo di tingkat nasional.

    Amanah Legislator: Menyuarakan Kepentingan Masyarakat Gorontalo

    Dalam setiap langkahnya, Elnino selalu membawa semangat membangun dari daerah. Baginya, menjadi legislator bukan sekadar jabatan politik, melainkan amanah untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat secara utuh. Dengan latar belakang akademisi, pengalaman jurnalistik, dan komitmen pada politik kebijakan, ia menjadi jembatan antara rakyat dan negara, suara dari timur Indonesia yang nyaring terdengar di Senayan.


  • Kai Cenat dan Streamer University

    Kai Cenat dan Streamer University

    Kai Cenat membuktikan bahwa di dunia digital yang semakin padat dengan konten kreator, menjadi viral bukan sekadar keberuntungan, melainkan keterampilan yang bisa dipelajari. Kai Cenat menunjukkan bagaimana teknik dan strategi tertentu dapat membantu seseorang menonjol di tengah lautan konten. Dengan usaha dan metode yang tepat, setiap kreator bisa mengasah kemampuan untuk menarik perhatian dan menciptakan konten yang mudah tersebar luas.

    Bintang Twitch dengan energi eksplosif dan konten viral ini baru saja meluncurkan Streamer University, program pelatihan intensif akhir pekan yang menjanjikan transformasi bagi para calon streamer.

    Peluncuran ini langsung menyita perhatian publik, terutama komunitas kreator konten yang kian berkembang pesat di seluruh dunia. Dalam hitungan menit setelah membuka pendaftaran pada 6 Mei 2025, situs resmi Streamer University menerima lonjakan lebih dari satu juta pengunjung hingga akhirnya crash. Antusiasme luar biasa ini menunjukkan betapa banyaknya orang yang haus akan peluang untuk menonjol di tengah kepadatan konten digital.

    Kampus Kilat di Dunia Streaming Kai Cenat

    Streamer University bukan sekadar kursus online biasa. Kai Cenat merancangnya sebagai sebuah pengalaman mendalam yang berlangsung hanya dalam satu akhir pekan. Selain itu, mereka juga menerima pembekalan praktis langsung dari tokoh besar di dunia streaming dan hiburan digital. Melalui program ini, peserta memperoleh ilmu dan pengalaman berharga yang dapat membantu mereka berkembang sebagai kreator digital profesional.

    Kurikulum Lengkap untuk Para Calon Bintang

    Apa saja yang akan dipelajari para peserta dalam waktu singkat itu? Ternyata, banyak. Kurikulum Streamer University dirancang secara komprehensif dan langsung menyasar hal-hal yang esensial dalam dunia streaming modern.

    Mulai dari pembuatan konten yang menarik dan menghibur, strategi pertumbuhan audiens, hingga monetisasi saluran streaming, semua dibahas secara detail. Para peserta juga akan mendapatkan pembekalan teknis tentang perangkat keras dan perangkat lunak streaming terbaru.

    Tak hanya itu, mereka juga akan mendapat kesempatan langka mendengarkan kuliah tamu dari nama-nama besar seperti MrBeast, yang akan berbicara tentang strategi keuangan dan pengembangan channel, serta Mark Rober, mantan insinyur NASA sekaligus kreator sains ternama di YouTube, yang akan memandu sesi tentang kreativitas dan inovasi.

    Seleksi Ketat untuk 150 Peserta Terbaik

    Meski pendaftaran terbuka untuk semua latar belakang dan tingkat pengalaman, hanya 150 peserta yang akan terpilih untuk mengikuti program ini. Proses seleksi akan memperhatikan bukan hanya jumlah pengikut atau popularitas pelamar, tetapi lebih kepada semangat, orisinalitas ide, serta keinginan kuat untuk berkembang.
    “Kami mencari hasrat dan visi. Ini bukan soal siapa yang sudah terkenal, tapi siapa yang benar-benar ingin berkembang dan membawa karier mereka ke level berikutnya,” jelas Kai.

    Antusiasme dan Kritik dari Dunia Maya

    Peluncuran Streamer University ini tentu saja menuai gelombang antusiasme di media sosial. Tagar seperti #StreamerUniversity dan #KaiCenatEdu langsung menjadi tren di Twitter dan Reddit. Banyak penggemar memuji langkah Cenat sebagai terobosan dalam dunia edukasi digital.

    “Kai benar-benar mengubah permainan. Ini bukan sekadar belajar, tapi juga membangun masa depan,” tulis seorang pengguna Twitter.
    Namun, tak sedikit pula yang menyuarakan kehati-hatian. Beberapa mempertanyakan apakah program ini akan benar-benar inklusif atau justru menjadi elitis.

    Program Gratis dan Terbuka untuk Semua

    Cenat sendiri telah mengantisipasi potensi kritik ini dengan menegaskan bahwa Streamer University adalah program gratis dan terbuka untuk semua. Ia juga menyebut bahwa program ini hanya permulaan dari rangkaian inisiatif serupa yang akan datang.

    Revolusi Pendidikan Kreator Konten Masa Depan

    Tak dapat dipungkiri, Kai Cenat dengan Streamer University-nya telah membuka kemungkinan baru dalam cara kita melihat pendidikan di era digital. Dalam dunia di mana gelar universitas tak lagi menjamin pekerjaan, dan kreativitas bisa menjadi mata pencaharian utama, pendekatan praktis dan langsung seperti ini bisa menjadi alternatif yang relevan bagi generasi muda.

    Pakar media digital Sarah Thompson menyebut langkah Cenat ini sebagai “ambisius dan berani,” serta “berpotensi merevolusi cara kita mendidik kreator konten masa depan.”

    Lebih dari Sekadar Kampanye Marketing

    Dengan keberanian, visi, dan jangkauan luas yang dimiliki Cenat, Streamer University menjadi lebih dari sekadar proyek iseng atau kampanye marketing. Ini adalah eksperimen nyata yang mungkin akan menjadi cikal bakal dari model edukasi baru di era teknologi dan internet.

    Baca juga: YouTuber “Outdoor Boys” Pilih Jeda Demi Keluarga


  • Hasan Fiidel: Ojol yang Tak Menunggu Pemerintah

    Hasan Fiidel: Ojol yang Tak Menunggu Pemerintah


    Langit Bandung Selatan mendung, seolah turut menyimpan cerita yang belum banyak diketahui orang. Di sebuah kebun kecil di Kampung Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, kepulan asap hitam melayang pelan, membawa aroma aspal terbakar. Asap itu bukan berasal dari proyek pemerintah, melainkan dari tungku rakitan seorang pemuda bernama Hasan Fiidel bukan insinyur, bukan kontraktor, melainkan pengemudi ojek online berusia 24 tahun.

    Bukan Insinyur, Hanya Seorang Ojol Bertekad Kuat

    Tak ada sirine proyek, tak ada pelat merah yang lewat. Hanya Hasan, seorang diri, mengenakan jaket ojol yang lusuh tapi penuh cerita, memanaskan aspal bekas yang dikumpulkannya dari pinggir-pinggir jalan. Sudah dua minggu ini, kebun yang biasanya sepi itu menjadi semacam “bengkel eksperimental”, tempat Hasan belajar dan bertindak atas masalah yang jarang mendapat solusi cepat: jalan berlubang.

    Dari rasa sakit itu, muncul niat tulus: jangan sampai orang lain mengalami nasib serupa. Ia lalu mencari tahu cara menambal jalan. Bukan lewat pelatihan atau kursus teknis, melainkan melalui YouTube, pencarian Google, bahkan bantuan dari AI. Dalam waktu dua hari, ia memahami dasar-dasar pengolahan aspal, dan sejak saat itu, satu per satu tindakan nyata ia lakukan.

    Dengan uang hasil ngojek sebesar Rp 500.000, ia membeli perlengkapan sederhana: kompor gas, ember logam, pasir beton, dan lem aspal. Ia tak langsung berhasil. Berkali-kali aspalnya meledak, terlalu keras, atau tak melekat di jalan. Tapi ia tak berhenti. Ia tahu, belajar butuh waktu.

    Karena bau dan asap mengganggu lingkungan rumahnya, Hasan memindahkan kegiatan itu ke sebuah kebun terpencil. Di sanalah Hasan Fiidel mencairkan aspal berjam-jam, lalu menuangkannya ke dalam lubang-lubang jalan yang sebelumnya ia bersihkan dengan sabar.

    Langkah Pertama: Mengaspal Jalan Desa

    Setelah hampir empat bulan bereksperimen, barulah Hasan merasa cukup percaya diri untuk menambal jalan di depan Kantor Desa Cibodas. Tapi ia tak serta-merta langsung bertindak. Hasan datang ke rumah kepala desa, menjelaskan niatnya, meminta izin. “Itu buat saya penting. Nambal jalan bukan sekadar kerja teknis, tapi soal menghormati wilayah orang,” katanya.

    Kepala desa merespons positif. Hasan pun mulai bekerja. Hasan Fiidel membersihkan lubang, menaburkan lem, lalu menuangkan aspal cair yang ia bawa sendiri. Dalam waktu kurang dari setengah jam, jalan yang sebelumnya menganga kini tertutup rapi. “Yang lama itu bukan nambalnya, tapi mencairkan aspalnya. Bisa dua sampai tiga jam sendiri,” tutur Hasan.

    Kegiatan ini ia lakukan di sela-sela waktu narik penumpang. Jika pagi hari ia sibuk di jalan, siangnya ia kembali ke kebun untuk mempersiapkan tambalan berikutnya. Dulu ia membeli semua bahan. Kini ia cukup mengumpulkan sisa-sisa aspal dari pinggir jalan. Hanya gas dan lem yang masih harus dibeli.

    Aksi Hasan sempat viral di TikTok dan Instagram. Banyak komentar positif masuk, dari sesama driver hingga warga biasa. Ada yang menawarkan bantuan, ada pula yang hanya mengucap terima kasih. Tapi Hasan memilih tetap bekerja sendiri dulu. “Saya belum yakin ngajak orang, takutnya malah bahaya kalau belum paham benar. Tapi nanti kalau sudah siap, saya ingin ngajak temen-temen ojol juga,” ujarnya.

    Hasan Fiidel bukan pahlawan nasional

    Hasan tak menyalahkan siapa pun atas rusaknya jalan. dia tahu pemerintah punya prioritas. Tapi dia juga percaya bahwa warga bisa ikut mengambil peran.

    Kini, dari lubang ke lubang, Hasan terus bergerak. Ia bukan aktivis, bukan pejabat, bukan pemilik perusahaan aspal. Ia hanya seorang anak muda dengan pengalaman pahit, hati yang peduli, dan tangan yang mau bekerja. Dari kebun kecil di pinggiran Bandung, ia menambal lebih dari sekadar jalan berlubang dia menambal rasa putus asa banyak orang terhadap hal-hal kecil yang kerap diabaikan.

    Hasan Fiidel bukan pahlawan nasional. Tapi bagi setiap motor yang lewat di atas jalan yang ia tambal, bagi setiap pengendara yang tak lagi jatuh karena lubang menganga, dia adalah seseorang yang berarti. Seorang ojol dengan visi sederhana yaitu memperbaiki jalan, satu lubang dalam satu waktu.

    Baca juga: Son Heung-min Antar Tottenham Hotspur Raih Trofi Pertama Setelah 16 Tahun

  • ASEAN All Stars Tumbangkan Manchester United 1-0

    ASEAN All Stars Tumbangkan Manchester United 1-0

    Kuala Lumpur, 28 Mei 2025 — Suasana di Stadion Bukit Jalil begitu magis saat tim ASEAN All Stars yang terdiri dari para pemain terbaik Asia Tenggara. Berhasil menorehkan sejarah dengan menumbangkan raksasa Liga Primer Inggris, Manchester United, dengan skor tipis 1-0. Kemenangan ini bukan sekadar hasil laga ekshibisi biasa, melainkan simbol kebangkitan dan kualitas sepak bola Asia Tenggara di panggung internasional.

    Suasana Stadion dan Semangat Para Pemain ASEAN All Stars

    Sejak menit pertama, ribuan suporter dari berbagai negara Asia Tenggara memenuhi stadion dan membakar semangat para pemain yang mengenakan jersey biru dan merah khas ASEAN All Stars. Tak kalah heboh, para pendukung Manchester United yang juga hadir memberikan atmosfer penuh gairah dan persaingan sengit.

    Di lapangan, kedua tim memperlihatkan kualitas tinggi, dengan gaya permainan yang berbeda. Manchester United, yang baru saja menyelesaikan musim yang sulit dan finis di posisi 15 Liga Primer Inggris, tetap memperlihatkan karakter juara mereka. Pelatih Ruben Amorim memimpin tim ASEAN All Stars dengan disiplin dan keberanian yang patut diacungi jempol.

    Meskipun MU mendominasi penguasaan bola sepanjang pertandingan, pertahanan kokoh ASEAN All Stars membuat mereka kesulitan menembus lini belakang tim Asia Tenggara. Para pemain seperti Kakang Rudianto dari Indonesia tampil impresif menjaga rapatnya barisan pertahanan. Tak membiarkan pemain seperti Bruno Fernandes dan Alejandro Garnacho leluasa bergerak.

    Sementara itu, serangan ASEAN All Stars yang terlihat lebih sederhana namun efektif menjadi kunci dalam pertandingan. Umpan terobosan dan serangan balik cepat berhasil membuat pertahanan MU beberapa kali keteteran. Pemain asal Myanmar, Maung Maung Lwin, tampil sebagai bintang malam itu setelah memanfaatkan peluang emas yang datang dari umpan Adrian Segecic, gelandang asal Australia.

    Momen Bersejarah: Gol Tunggal Maung Maung Lwin

    Gol yang tercipta pada menit ke-71 menjadi penentu kemenangan bagi tim ASEAN All Stars. Dari sebuah serangan balik cepat, Segecic yang piawai mengatur ritme permainan mengirimkan umpan terobosan yang sangat akurat. Maung Maung Lwin, dengan ketenangan dan ketajamannya, menaklukkan kiper MU Tom Heaton dengan sebuah tendangan yang tidak bisa dihalau.

    Gol ini menjadi bukti bahwa pemain Asia Tenggara mampu bersaing dan mengalahkan pemain-pemain dari liga top dunia. Sorak sorai ribuan penonton pecah saat gol itu terjadi, menandai sebuah kemenangan emosional yang menggema di seluruh kawasan.

    Pertandingan ini juga menjadi panggung bagi talenta lokal, terutama dari Indonesia yang mengirimkan dua pemain, Kakang Rudianto dan Malik Risaldi. Kakang yang masuk pada menit ke-68 langsung memberikan stabilitas di lini belakang, menjaga soliditas pertahanan yang membuat MU frustrasi sepanjang babak kedua.

    Sementara Malik Risaldi yang masuk pada menit ke-83, menambah kekuatan serangan tim ASEAN yang terus menekan hingga menit akhir pertandingan. Kehadiran para pemain ini membuktikan potensi besar sepak bola Indonesia dan Asia Tenggara secara keseluruhan.

    Meski kalah, Manchester United tidak menunjukkan permainan pasif. Mereka terus berupaya menciptakan peluang dan menekan lawan. Terutama setelah pergantian pemain yang membawa beberapa wajah muda seperti Patrick Dorgu dan Kobie Mainoo ke lapangan. Namun, ketangguhan pertahanan ASEAN All Stars dan konsistensi pemain seperti Kakang membuat upaya MU kandas.

    Salah satu momen krusial terjadi saat Adrian Segecic hampir menggandakan keunggulan bagi ASEAN. Namun tekel krusial Jonny Evans menyelamatkan MU dari kebobolan lebih dalam. Namun, waktu yang tersisa tak cukup untuk mengubah skor.

    Makna dan Dampak Kemenangan ASEAN All Stars

    Kemenangan 1-0 ini bukan sekadar hasil pertandingan, melainkan sebuah pesan kuat bagi dunia sepak bola. Asia Tenggara, yang selama ini dianggap sebagai wilayah dengan sepak bola berkembang. Kini, mampu menunjukkan taringnya melawan salah satu klub tertua dan tersukses di Eropa.

    Bagi para pemain ASEAN All Stars, ini adalah momen puncak yang membuktikan kerja keras mereka, dan hasil dari kepercayaan pelatih Ruben Amorim yang berani memadukan pengalaman dan energi muda.

    Kemenangan ini juga menjadi bukti bahwa kompetisi ekshibisi dapat menjadi panggung penting untuk menunjukkan kualitas pemain dari luar Eropa dan Amerika Latin. Para pemain ASEAN kini memiliki bukti nyata bahwa mereka bisa bersaing dengan level tertinggi.

    Bagi jutaan penggemar sepak bola di Asia Tenggara, kemenangan ini memberikan motivasi dan inspirasi besar. Tidak hanya soal hasil, tapi juga tentang keyakinan bahwa talenta-talenta dari kawasan ini dapat bersinar di level internasional.

    Kemenangan ini mendorong federasi-federasi sepak bola di kawasan untuk terus mengembangkan pemain muda dan memberi mereka peluang lebih luas untuk bersaing di level dunia.

    Pertandingan di Stadion Bukit Jalil pada 28 Mei 2025 akan dikenang sebagai malam bersejarah bagi ASEAN All Stars dan sepak bola Asia Tenggara. Maung Maung Lwin dan rekan-rekannya telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, strategi matang, dan semangat juang, tidak ada yang mustahil.

    Meski hanya laga ekshibisi, pesan yang disampaikan oleh kemenangan ini jauh melampaui skor akhir. Ini adalah tanda bangkitnya sepak bola Asia Tenggara di panggung global. Sekaligus pembuka jalan bagi generasi pemain berikutnya untuk bermimpi lebih besar.

    Baca juga: Jonatan Christie: Tantangan di Singapore Open 2025

  • Desire Doue: Menyinari Langit Liga Champions 2025

    Desire Doue: Menyinari Langit Liga Champions 2025

    Pada dini hari Minggu, 1 Juni 2025, Allianz Arena bergetar oleh sorak-sorai ribuan suporter Paris Saint-Germain (PSG) yang menyaksikan pesta gol besar-besaran tim kesayangannya. Dalam final Liga Champions yang mempertemukan PSG dengan Inter Milan. Klub asal Prancis itu akhirnya menuntaskan dahaga panjang mereka akan gelar juara dengan kemenangan telak 5-0. Namun, sorotan utama malam itu bukan sekadar kemenangan besar, melainkan performa luar biasa dari seorang bintang muda bernama Desire Doue.

    Berusia baru 19 tahun, Doue tampil sebagai sosok yang mengubah arah pertandingan dan menjadi kunci utama kesuksesan PSG di panggung tertinggi Eropa. Dua gol dan satu assist yang ia sumbangkan membawa klubnya meraih trofi Liga Champions pertama sekaligus menjadikannya pemain termuda yang mencetak dua gol dan satu assist di final.

    Keberanian Luis Enrique, Kejayaan Desire Doue

    Pelatih PSG, Luis Enrique, mengambil langkah berani dengan memasang Desire Doue. Sebagai starter menggantikan Bradley Barcola, keputusan yang sempat mengejutkan para pengamat sepak bola. Namun, keputusan ini terbukti sangat tepat dan berbuah manis.

    Sejak menit awal, Doue menunjukkan agresivitas dan ketajamannya. Tidak lama setelah kick-off, ia menciptakan gol pembuka melalui assistnya kepada Achraf Hakimi pada menit ke-12, membuka jalan bagi PSG untuk menguasai jalannya pertandingan. Dua gol yang ia cetak kemudian membawa tim melesat menjauh, dengan permainan yang seimbang antara ketenangan, kecepatan, dan kreativitas.

    Jika hanya melihat dua gol dan satu assist saja, tentu sudah cukup untuk mengukuhkan Doue sebagai Man of The Match. Namun, catatan statistiknya dalam pertandingan ini jauh lebih impresif. Mengutip akun analis data sepak bola terkemuka @StatmanDave, gelandang muda PSG ini mencatatkan dribel sukses 100 persen dan umpan silang akurat 100 persen. Ia melepaskan empat tembakan, tiga di antaranya tepat sasaran dan menjadi yang terbanyak di lapangan. Ia juga menciptakan tiga peluang dan dua peluang emas untuk rekan-rekannya.

    Dominasi di berbagai aspek permainan tersebut memperlihatkan kualitas lengkap seorang gelandang serang masa depan. Tak mengherankan jika UEFA kemudian menobatkannya sebagai pemain terbaik di laga final tersebut.

    PSG mencatat titik balik besar lewat kemenangan ini setelah bertahun-tahun mengandalkan bintang dunia namun gagal merebut gelar Liga Champions. Kini, PSG tampil sebagai klub yang lebih matang dan berani memercayai talenta muda.

    Selain Desire Doue, ada nama-nama lain seperti Senny Mayulu dan Khvicha Kvaratskhelia yang turut berperan penting dalam perjalanan PSG menuju gelar ini. Para pemain muda ini membawa energi dan dinamika baru yang berhasil memadukan pengalaman dan kreativitas dalam permainan PSG.

    Bagi banyak penggemar sepak bola, nama Desire Doue kini menjadi simbol harapan dan masa depan PSG. Lahir dari akademi klub sendiri, Doue telah menunjukkan perkembangan pesat sejak debut profesionalnya. Keberhasilannya dalam laga final ini adalah puncak dari kerja keras dan dedikasi selama bertahun-tahun.

    Tidak hanya sebagai pencetak gol, Doue juga menunjukkan jiwa kepemimpinan dan mental baja di lapangan, sesuatu yang sangat dibutuhkan PSG untuk meraih sukses besar di level Eropa.

    Penantian Panjang Berbuah Manis

    PSG sebelumnya pernah beberapa kali menembus final dan semifinal Liga Champions, namun selalu kandas di fase krusial. Kegagalan itu kerap menimbulkan keraguan dan kritik terhadap strategi klub, terutama soal pengelolaan pemain dan kurangnya integrasi talenta muda.

    Kini, kemenangan 5-0 atas Inter Milan bukan hanya menjadi pembuktian kualitas skuad PSG, tetapi juga tonggak bersejarah dalam perjalanan klub. Dengan gelar ini, PSG mengangkat trofi Liga Champions untuk pertama kalinya, sekaligus menegaskan posisi mereka sebagai salah satu raksasa sepak bola Eropa.

    Desire Doue telah membuka lembaran baru bagi dirinya dan PSG. Dengan usia yang masih sangat muda, perjalanan kariernya masih panjang dan penuh potensi. Banyak yang berharap ia bisa terus berkembang dan membawa kejayaan lebih besar lagi bagi klub dan negaranya.

    Luis Enrique pun telah mengisyaratkan bahwa kepercayaan terhadap talenta muda akan terus menjadi fondasi strategi PSG ke depan. Kombinasi antara pengalaman pemain senior dan semangat muda seperti Doue diyakini akan menjadi kunci keberhasilan berkelanjutan.

    Baca juga: Shai Gilgeous-Alexander Oklahoma City: Bintang Masa Depan Thunder di NBA

  • Claudia Sheinbaum: Ilmuwan Lingkungan yang Mengubah Politik Meksiko

    Claudia Sheinbaum: Ilmuwan Lingkungan yang Mengubah Politik Meksiko

    Claudia Sheinbaum

    Claudia Sheinbaum ilmuwan lingkungan Meksiko yang berhasil mencetak sejarah sebagai perempuan pertama yang memimpin negara tersebut. Berbekal latar belakang akademik dan pengalaman sebagai peneliti, Claudia Sheinbaum, ilmuwan lingkungan Meksiko, secara aktif mengangkat isu perubahan iklim ke pusat kebijakan publik.

    Sheinbaum bukanlah politisi biasa. Ia adalah seorang ilmuwan lingkungan, lulusan Universitas Otonomi Nasional Meksiko, dengan latar belakang akademik yang kuat dan dedikasi panjang dalam dunia pelayanan publik.

    Kepeduliannya pada isu lingkungan tidak hanya berhenti pada teori, tapi ia bawa langsung ke dalam kebijakan ketika menjadi Sekretaris Lingkungan Hidup Kota Meksiko di bawah pemerintahan Andres Manuel Lopez Obrador.

    Kariernya terus menanjak, dari Wali Kota Tlalpan, hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Kota Meksiko pada tahun 2018. Dalam masa jabatannya, meski menghadapi angka kriminalitas tinggi mencapai 5.078 kasus pembunuhan di 52 bulan pertama pemerintahannya. Sheinbaum sukses menurunkan angka pembunuhan hampir setengahnya, dari 17,9 menjadi 8,6 per 100.000 orang hingga tahun 2022.

    Namun pencapaiannya bukan hanya angka. Claudia adalah simbol dari harapan baru. Dia menggagas visi “Reformasi Lingkungan”, yang tak hanya bicara soal ekosistem alam, tetapi juga tentang menyeimbangkan kehidupan sosial seperti menghapus kemiskinan, memperkuat layanan kesehatan dan pendidikan, serta membela hak perempuan dan kelompok minoritas.

    Pada Juni 2023, Claudia Sheinbaum mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Pemerintahan Mexico City untuk mengikuti seleksi calon presiden dalam koalisi Juntos Hacemos Historia. Kini, dengan kemenangan bersejarahnya, Claudia Sheinbaum tidak hanya mencetak rekor politik, tetapi juga menyuarakan bahwa perempuan layak berada di puncak kekuasaan.

    Menerobos Budaya Patriarki: Inspirasi Global dari Kepemimpinan Claudia

    Kemenangan Claudia Sheinbaum bukan sekadar urusan elektoral. Ia adalah tamparan lembut bagi budaya patriarki yang selama ini menganggap bahwa perempuan tak layak memimpin. Meksiko, seperti banyak negara lain, masih bergulat dengan konstruksi sosial yang menempatkan laki-laki di garis depan dalam politik dan kepemimpinan.

    Sheinbaum dengan tenang, namun tegas, meruntuhkan asumsi itu. Ia bukan hanya menjadi presiden, tetapi juga simbol dari perjuangan panjang perempuan Meksiko yang selama ini tak mendapat tempat di ruang pengambilan keputusan.

    Dalam banyak kesempatan, ia menyuarakan bahwa kepemimpinan perempuan bukan soal emosi atau kelembutan semata, tapi juga soal ketegasan, kompetensi, dan keberanian menghadapi tantangan berat.

    Pengalaman Claudia Sheinbaum mencerminkan kondisi di Indonesia, di mana perempuan politikus kerap diremehkan meski berprestasi. Dalam program Mata Najwa: Women in Power, Retno Marsudi dan Sri Mulyani pun mengaku sering diperlakukan berbeda karena gender. Sri Mulyani menyebut, “Kalau laki-laki tegas dianggap berwibawa. Tapi kalau perempuan tegas, disebut bossy.”

    Kesenjangan ini menunjukkan bahwa perempuan harus bekerja dua kali lebih keras untuk mendapat pengakuan yang sama. Padahal, seperti Claudia, banyak perempuan memiliki kapabilitas, integritas, dan dedikasi yang tak kalah dari rekan laki-lakinya.

    Perjuangan Claudia Sheinbaum mengingatkan pada Maria Walanda Maramis, pahlawan nasional yang vokal memperjuangkan kesetaraan perempuan di masa penjajahan. Walanda Maramis tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan nasional, tetapi juga kemerdekaan perempuan dari stereotip yang membelenggu.

    Perempuan Bisa Memimpin

    Kini, dengan hanya 6 perempuan dari 34 posisi menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, kita melihat bahwa perjuangan menuju kesetaraan masih panjang. Namun kisah Claudia membuktikan bahwa perempuan bisa memimpin, bisa membuat keputusan besar, dan bisa menjadi tumpuan harapan rakyat.

    Bagi generasi muda, terutama perempuan, Claudia Sheinbaum adalah bukti nyata bahwa keberanian untuk bermimpi dan berjuang bisa membuahkan hasil besar. Dari aktivis kampus, ilmuwan lingkungan, wali kota, gubernur, hingga akhirnya menjadi presiden—perjalanannya adalah narasi perjuangan, bukan pemberian.

    Claudia Sheinbaum telah membuka babak baru dalam sejarah Meksiko. Ia bukan hanya pemimpin perempuan pertama, tetapi juga pemimpin yang memahami pentingnya kolaborasi, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Dalam sosoknya, dunia menyaksikan bahwa perempuan tidak hanya layak memimpin—mereka juga bisa menjadi agen perubahan yang membawa masa depan lebih cerah.

    Semoga akan lebih banyak Claudia-Claudia lainnya yang muncul di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Karena dunia ini butuh lebih banyak kepemimpinan yang empatik, progresif, dan adil—tanpa dibatasi oleh gender.

    Baca juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Tiba di Indonesia