Penulis: Calista Putri
-
Dewi Sartika Pelopor Pendidikan Perempuan Indonesia
Konteks Sejarah dan Signifikansi
Dewi Sartika (4 December 1884 – 11 September 1947) yang mendirikan sekolah khusus perempuan pertama di Hindia Belanda. Dalam konteks sejarah Indonesia kolonial, sosok Dewi Sartika pelopor pendidikan perempuan Indonesia, muncul sebagai pionir revolusioner yang mendobrak tatanan sosial patriarkis yang telah mengakar berabad-abad. Kehadirannya bukan hanya sebagai pendidik, tetapi sebagai agen perubahan sosial yang memahami bahwa pendidikan adalah kunci utama emansipasi perempuan. Nama sekolah yang ia buat yaitu Sekolah Kautamaan Istri.
Era kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan periode transisi penting dalam sejarah Indonesia. Pemerintah kolonial mulai membuka akses pendidikan melalui politik etis, namun mereka tetap membatasi dan mendiskriminasi perempuan pribumi. Dalam konteks inilah Dewi Sartika mengambil peran sebagai pelopor yang berani menantang status quo.
Silsilah Keluarga dan Latar Belakang Sosial-Ekonomi
Dewi Sartika was born to Sundanese noble parents, R. Rangga Somanagara and R. A. Rajapermas in Cicalengka on 4 December 1884. Ayahnya, Raden Rangga Somanagara, adalah seorang priyayi yang memiliki pandangan progresif untuk ukuran zamannya. Ayahnya merupakan seorang priyayi yang sudah maju pada waktu itu, yang memahami pentingnya pendidikan tidak hanya untuk laki-laki tetapi juga perempuan.
Ibu Dewi Sartika, Raden Ayu Rajapermas, berasal dari keluarga bangsawan Sunda yang memiliki pengaruh di wilayah Priangan. Silsilah keluarga ini penting untuk dipahami karena memberikan Dewi Sartika akses terhadap pendidikan dan jaringan sosial yang memungkinkannya untuk merealisasikan visi pendidikannya.
Ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara, yang menunjukkan bahwa ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup besar dan dinamis. Posisinya sebagai anak kedua memberikan perspektif unik tentang dinamika keluarga dan peran gender dalam masyarakat Sunda tradisional.
Keluarga Somanagara memiliki tanah dan kedudukan yang memungkinkan mereka untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Namun, yang membedakan keluarga ini adalah visi progresif mereka tentang pendidikan perempuan, yang tidak umum pada masa itu.
Pendidikan Formal dan Informal: Pembentukan Karakter Intelektual
Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia termasuk murid yang cerdas. Pendidikan formalnya di sekolah pemerintah kolonial memberikan fondasi akademik yang kuat, termasuk kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Belanda dan Melayu.
Namun, pendidikan informal yang diterimanya dari lingkungan keluarga dan budaya Sunda tidak kalah pentingnya. She received an education in Sundanese culture while under his care setelah ayahnya meninggal dan ia tinggal dengan pamannya. Pendidikan budaya Sunda ini memberikan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai tradisional, yang kemudian ia padukan dengan pemikiran modern dalam konsep pendidikannya.
Pulang sekolah ia mengajak beberapa orang gadis anak pelayan dan pegawai untuk bermain sekolah-sekolahan, di mana ia berperan sebagai guru. Aktivitas ini menunjukkan bakat natural dan panggilan jiwa sebagai pendidik yang sudah muncul sejak usia dini.
Pengalaman bermain “guru-guruan” ini memberikan insight penting tentang metodologi pengajaran yang kemudian ia kembangkan. Ia belajar bagaimana berkomunikasi dengan anak-anak dari berbagai latar belakang sosial, termasuk anak-anak pelayan yang tidak memiliki akses pendidikan formal. Yang akhirnya ia dikenal sebagai Dewi Sartika pelopor pendidikan perempuan Indonesia.
Konteks Politik dan Sosial Era Kolonial
Untuk memahami signifikansi perjuangan Dewi Sartika, penting untuk menganalisis konteks politik dan sosial era kolonial. Pada akhir abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda mulai menerapkan Politik Etis sebagai respons terhadap kritik internasional tentang eksploitasi kolonial.
Politik Etis mencakup tiga pilar utama: edukasi, irigasi, dan emigrasi. Namun, implementasi kebijakan edukasi masih sangat terbatas dan elitis. Sekolah-sekolah yang tersedia umumnya hanya untuk anak-anak priyayi dan pedagang kaya, dengan prioritas utama pada laki-laki.
Kondisi perempuan pribumi pada masa itu sangat memprihatinkan. Norma-norma sosial tradisional membatasi mereka dengan menempatkan perempuan sebagai “konco wingking” (teman belakang) yang hanya bertugas mengurus urusan domestik.
Tingkat buta huruf di kalangan perempuan mencapai hampir 100%, yang mencerminkan ketimpangan gender yang sangat ekstrem.
Dalam konteks inilah visi Dewi Sartika menjadi sangat revolusioner. Ia tidak hanya ingin memberikan pendidikan kepada perempuan, tetapi juga mengubah paradigma sosial tentang peran dan kapasitas perempuan dalam masyarakat.
Pendirian Sekolah Isteri
Pada 16 Januari 1904, Raden Dewi Sartika mulai mendirikan sekolah. Hal ini juga mendapatkan dukungan dari Kakeknya, Raden Agung A Martanegara dan seorang Inspektur Kantor Pengajaran, Den Hamer. Tanggal 16 Januari 1904 menjadi tonggak sejarah pendidikan perempuan Indonesia, ketika Dewi Sartika berhasil mendirikan sebuah sekolah untuk kaum perempuan yang bernama Sekolah Isteri.
Pemilihan nama “Sekolah Isteri” sangat strategis dan simbolis. Kata “isteri” dalam bahasa Melayu menunjukkan penghormatan terhadap peran perempuan sebagai istri, namun sekaligus memperluas definisi peran tersebut untuk mencakup dimensi intelektual dan sosial yang lebih luas.
Dukungan dari kakeknya, Raden Agung A Martanegara, memberikan legitimasi sosial dan politik yang sangat penting. Sebagai tokoh bangsawan yang dihormati, dukungannya membantu mengurangi resistensi dari masyarakat tradisional yang skeptis terhadap pendidikan perempuan.
Keterlibatan Den Hamer, seorang Inspektur Kantor Pengajaran Belanda, menunjukkan bahwa proyek ini mendapat dukungan resmi dari pemerintah kolonial. Hal ini penting untuk memahami dinamika politik kolonial, di mana pemerintah Belanda mulai mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif terhadap pendidikan pribumi sebagai bagian dari Politik Etis.
Kurikulum Sekolah Isteri dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan praktis perempuan pada masa itu, namun juga mempersiapkan mereka untuk peran yang lebih aktif dalam masyarakat. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi:
- Literasi Dasar: Membaca dan menulis dalam aksara Latin dan Arab-Melayu
- Numerasi: Berhitung dan matematika praktis untuk keperluan rumah tangga dan perdagangan
- Pendidikan Agama: Mengaji dan pengetahuan dasar Islam
- Keterampilan Domestik: Memasak, menjahit, dan manajemen rumah tangga
- Keterampilan Ekonomi: Kerajinan tangan yang dapat menghasilkan income
- Kesehatan dan Kebersihan: Pengetahuan dasar tentang kesehatan keluarga
Sekolah Kaoetamaan Isteri memiliki motto dari bahasa Sunda “cageur, bageur, bener, singer, pinter” yang artinya “sehat, baik hati, benar, mawas diri, pintar”. Motto ini mencerminkan filosofi pendidikan holistik yang mengintegrasikan aspek fisik, moral, spiritual, dan intelektual.
Perkembangan dan Ekspansi: Dari Lokal ke Regional
Keberhasilan Sekolah Isteri segera menarik perhatian luas. jumlah murid terus bertambah. Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah Hindia Belanda, sekolah ini berkembang pesat dan membuka cabang di beberapa kota di Jawa Barat.
Pada tahun 1910, nama sekolah diubah menjadi “Sekolah Kaoetamaan Isteri” (Sekolah Keutamaan Perempuan), yang menunjukkan evolusi konsep dan visi pendidikan. Perubahan nama ini juga mencerminkan pengakuan resmi dari pemerintah kolonial dan peningkatan status kelembagaan.
Pada tahun 1910, Sekolah Kautamaan Istri telah menjadi model pendidikan perempuan yang banyak diadopsi di daerah wilayah lain di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa model pendidikan yang dikembangkan Dewi Sartika tidak hanya berhasil secara lokal, tetapi juga menjadi template untuk pengembangan pendidikan perempuan di seluruh Nusantara.
Data Statistik dan Dampak Kuantitatif
Meskipun data statistik lengkap sulit diperoleh karena keterbatasan dokumentasi era kolonial, beberapa indikator menunjukkan kesuksesan yang luar biasa:
- Pada tahun pertama (1904), sekolah dimulai dengan sekitar 20 siswa
- Pada tahun 1910, jumlah siswa telah mencapai ratusan orang
- Hingga tahun 1920, terdapat sembilan cabang sekolah di berbagai kota di Jawa Barat
- Alumni sekolah banyak yang menjadi guru, pengusaha kecil, dan aktivis sosial
Jaringan Cabang dan Sebaran Geografis
Ekspansi Sekolah Kaoetamaan Isteri ke berbagai daerah di Jawa Barat menciptakan jaringan pendidikan perempuan yang sangat penting. Cabang-cabang sekolah didirikan di:
- Bandung (pusat): Sekolah utama dan model
- Bogor: Melayani wilayah Bogor dan sekitarnya
- Sukabumi: Fokus pada daerah pegunungan Sukabumi
- Cianjur: Mengembangkan pendidikan di wilayah Cianjur
- Garut: Menjangkau daerah Garut dan Tasikmalaya
- Subang: Melayani wilayah pantai utara Jawa Barat
- Karawang: Fokus pada daerah pertanian Karawang
- Purwakarta: Mengembangkan pendidikan di wilayah Purwakarta
- Majalengka: Menjangkau wilayah timur Jawa Barat
Tantangan
1. Kalangan Konservatif Tradisional Kelompok ini menganggap pendidikan perempuan bertentangan dengan nilai-nilai tradisional Jawa dan Sunda. Mereka khawatir bahwa perempuan yang berpendidikan akan mengabaikan tugas-tugas domestik dan menantang otoritas suami.
2. Pemimpin Agama Konservatif Sebagian ulama konservatif menganggap pendidikan perempuan di sekolah umum dapat mengganggu nilai-nilai keagamaan dan menyebabkan perempuan menjadi “kebarat-baratan”.
3. Kalangan Priyayi Tradisional Beberapa priyayi khawatir bahwa pendidikan perempuan akan mengubah struktur sosial yang sudah mapan dan mengurangi status mereka sebagai pemimpin masyarakat.
Metodologi Pengajaran
Pendekatan Student-Centered Learning
Jauh sebelum konsep student-centered learning menjadi popular dalam dunia pendidikan modern, Dewi Sartika sudah menerapkan pendekatan yang menempatkan siswa sebagai pusat proses pembelajaran. Ia memahami bahwa setiap siswa memiliki latar belakang, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
Pembelajaran Berbasis Komunitas
Sekolah Kaoetamaan Isteri tidak beroperasi dalam isolasi, tetapi terintegrasi dengan komunitas lokal. Siswa sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, yang memberikan mereka pengalaman praktis dalam kepemimpinan dan organisasi.
Pendidikan Karakter Holistik
Motto “cageur, bageur, bener, singer, pinter” menunjukkan komitmen terhadap pendidikan karakter yang holistik. Dewi Sartika memahami bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan nilai-nilai.
Dampak Sosial dan Transformasi Masyarakat
Perubahan Persepsi tentang Peran Perempuan
Kehadiran Sekolah Kaoetamaan Isteri dan kesuksesan alumni-alumninya secara bertahap mengubah persepsi masyarakat tentang kapasitas dan peran perempuan. Perempuan mulai dilihat bukan hanya sebagai “konco wingking”, tetapi sebagai partner yang dapat berkontribusi pada kemajuan keluarga dan masyarakat.
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Alumni sekolah banyak yang menjadi entrepreneur kecil, membuka usaha jahit, kuliner, atau kerajinan tangan. Hal ini memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi keluarga dan komunitas lokal. Beberapa alumni bahkan menjadi guru di sekolah-sekolah lain, memperluas jaringan pendidikan perempuan.
Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga
Pendidikan kesehatan dan kebersihan yang diberikan di sekolah berdampak positif pada kesehatan keluarga dan komunitas. Alumni sekolah menjadi agen perubahan dalam praktik-praktik kesehatan di lingkungan mereka.
Kontribusi terhadap Gerakan Nasional
Hubungan dengan Tokoh-Tokoh Nasional
Dewi Sartika memiliki hubungan dengan berbagai tokoh pergerakan nasional, meskipun fokus utamanya adalah pendidikan. Ia memahami bahwa pendidikan perempuan adalah bagian integral dari perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Pengaruh terhadap Gerakan Emansipasi
Karya Dewi Sartika memberikan inspirasi bagi tokoh-tokoh emansipasi perempuan lainnya di berbagai daerah. Model pendidikan yang dikembangkannya menjadi referensi untuk pengembangan pendidikan perempuan di daerah lain.
Kontribusi terhadap Pembentukan Identitas Nasional
Melalui pendidikan, Dewi Sartika berkontribusi terhadap pembentukan identitas nasional Indonesia. Alumni sekolahnya menjadi bagian dari generasi yang kemudian terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Pengakuan dan Penghargaan
Pengakuan Nasional
She was honoured as a National Hero of Indonesia in 1966. Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1966 merupakan apresiasi resmi negara terhadap kontribusinya dalam pendidikan dan emansipasi perempuan.
Monumentalisasi dan Memorialisasi
Berbagai pihak mengabadikan nama Dewi Sartika dalam bentuk nama jalan, sekolah, universitas, dan beragam fasilitas publik. Hal ini menunjukkan pengakuan masyarakat terhadap warisan dan kontribusinya.
Pengakuan Internasional
Akademisi internasional yang meneliti sejarah pendidikan dan gerakan perempuan di Asia Tenggara mulai memberikan perhatian pada karya Dewi Sartika, meskipun namanya belum seterkenal tokoh-tokoh lain di dunia.
Kritik dan Evaluasi Historis
Keterbatasan Jangkauan
Salah satu kritik terhadap karya Dewi Sartika adalah keterbatasan jangkauan geografis dan sosial. Sekolah-sekolahnya terutama melayani wilayah Jawa Barat dan kalangan menengah ke atas, sementara perempuan dari kalangan bawah dan daerah terpencil masih sulit mengakses pendidikan.
Akomodasi terhadap Sistem Kolonial
Beberapa kritikus berpendapat bahwa Dewi Sartika terlalu akomodatif terhadap sistem kolonial Belanda. Namun, pendapat lain menyatakan bahwa strategi pragmatisnya memungkinkan pencapaian tujuan pendidikan dalam konteks yang sangat terbatas.
Fokus pada Perempuan Elite
Meskipun berupaya melayani berbagai kalangan, dalam praktiknya sekolah-sekolah Dewi Sartika masih lebih mudah diakses oleh perempuan dari kalangan menengah ke atas yang memiliki waktu dan sumber daya untuk bersekolah.
Metodologi Penelitian dan Sumber Sejarah
Tantangan Dokumentasi
Penelitian tentang Dewi Sartika menghadapi tantangan dalam hal ketersediaan dokumen historis. Banyak catatan dan dokumen yang hilang atau rusak akibat perang dan bencana alam. Hal ini membuat rekonstruksi sejarah yang komprehensif menjadi challenging.
-
FamilyMart Indonesia Luncurkan Program “Satu Kopi, Satu Aksi”
Gerai-gerai FamilyMart di seluruh Indonesia memulai sebuah gerakan sederhana namun revolusioner. Ketika pelanggan menikmati secangkir Kopi Susu Keluarga kesukaan mereka, secara tak langsung mereka turut berkontribusi dalam aksi pembersihan sungai yang tercemar sampah plastik. PT Fajar Mitra Indah (FamilyMart Indonesia) FamilyMart Indonesia luncurkan program “Satu Kopi, Satu Aksi” sebagai bagian dari peringatan Hari Bumi 2025.
Kolaborasi Strategis dengan Pandawara Group
Program inovatif ini tidak berjalan dalam ruang hampa. FamilyMart menggandeng Pandawara Group, komunitas anak muda yang dikenal konsisten dalam gerakan pembersihan sungai. Kolaborasi ini bukan sekadar event sesaat, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan dampak lingkungan yang berkelanjutan.
Puncak kegiatan yang berlangsung pada 30 April 2025 di wilayah Jabodetabek membuahkan hasil yang mencengangkan. Dalam satu hari aksi bersih-bersih sungai, tim gabungan berhasil mengangkat total 8 ton sampah dari aliran sungai yang tercemar. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan representasi nyata dari krisis sampah plastik yang mengancam ekosistem perairan Indonesia.
“Kami ingin mengambil langkah nyata dalam pelestarian sungai dan lingkungan sekitar. Namun, kami menyadari tidak bisa berjalan sendiri. “Kami memerlukan kerja sama dari berbagai pihak—masyarakat, komunitas, dan pelanggan,” ungkap CEO FamilyMart Indonesia, Wirry Tjandra.
Revolusi Circular Economy dalam Retail
FamilyMart Indonesia luncurkan program berbeda dari gerakan lingkungan konvensional karena menerapkan pendekatan circular economy. FamilyMart tidak membiarkan sampah yang berhasil dikumpulkan berakhir di tempat pembuangan akhir seperti biasa. Sebaliknya, FamilyMart bekerja sama dengan mitra pengelola sampah khusus untuk memilah dan mendaur ulang setiap ton sampah sesuai standar ketat.
Tahap selanjutnya merupakan inovasi yang paling menarik. Sampah plastik yang telah melalui proses pengolahan dikirimkan ke Robries, perusahaan yang mengkhususkan diri dalam teknologi upcycling. Di sini, limbah plastik bertransformasi menjadi produk-produk fungsional seperti meja dan kursi ramah lingkungan dengan desain yang menarik.
Produk-produk hasil upcycling ini kemudian dipajang di berbagai gerai FamilyMart sebagai living museum yang mendidik pelanggan tentang potensi transformasi sampah. Setiap furnitur yang terpajang menceritakan kisah perjalanan sampah dari sungai yang tercemar hingga menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
Edukasi Melalui Experience Economy
Strategi FamilyMart tidak berhenti pada aspek pengumpulan dan pengolahan sampah. Perusahaan ini memahami bahwa perubahan perilaku masyarakat membutuhkan pendekatan experience economy yang dapat menyentuh emosi dan membangun kesadaran.
Dengan memajang produk upcycling di gerai-gerai mereka, FamilyMart menciptakan touchpoint edukatif yang alami. Pelanggan tidak hanya melihat hasil akhir dari program lingkungan, tetapi juga dapat merasakan langsung kualitas dan estetika produk ramah lingkungan. Pengalaman ini jauh lebih powerful daripada kampanye konvensional yang hanya mengandalkan poster atau brosur.
Dampak Jangka Panjang dan Replikasi Model
Program “Satu Kopi, Satu Aksi” mencerminkan evolusi tanggung jawab sosial perusahaan dari model charity tradisional menuju sustainable business model. Wirry Tjandra menegaskan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terletak pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan.
Model bisnis ini memiliki potensi besar untuk direplikasi oleh retailer lain di Indonesia. Konsep mengintegrasikan aksi lingkungan dengan aktivitas konsumsi sehari-hari terbukti dapat menggerakkan partisipasi massal tanpa membebankan konsumen secara finansial.
Keberhasilan mengumpulkan 8 ton sampah dalam satu hari menunjukkan efektivitas pendekatan kolaboratif antara korporasi, komunitas, dan konsumen. Jika model ini diadopsi secara luas, dampak terhadap kebersihan sungai dan pengurangan sampah plastik di Indonesia bisa sangat signifikan.
Visi Generasi Mendatang
“Kami berharap, melalui langkah ini, generasi mendatang masih bisa menikmati keindahan dan manfaat sungai yang lestari,” harap Wirry Tjandra. Pernyataan ini menggarisbawahi visi jangka panjang program yang tidak hanya fokus pada solusi pragmatis, tetapi juga pada legacy untuk masa depan.
FamilyMart percaya bahwa kolaborasi berkelanjutan antara perusahaan, komunitas, dan pelanggan dapat menciptakan perubahan sistemik. Program ini menjadi komitmen awal dalam perjalanan panjang menuju ekosistem retail yang benar-benar berkelanjutan, di mana setiap transaksi komersial berkontribusi positif terhadap kelestarian lingkungan.
-
Presiden Prancis Emmanuel Macron Tiba di Indonesia
Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron bersama Ibu Negara Brigitte Macron tiba di Jakarta pada Selasa malam, 27 Mei 2025, untuk melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga hari hingga 29 Mei 2025. Pesawat kepresidenan Prancis bertuliskan “République Française” mendarat di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma sekitar pukul 22.00 WIB.
Penyambutan Hangat dengan Nuansa Budaya Indonesia
Sejumlah pejabat tinggi Indonesia menyambut secara resmi kedatangan Presiden Macron di bawah tangga pesawat. Hadir dalam penyambutan tersebut Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno. Dari pihak Prancis, turut hadir Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone dan Duta Besar RI untuk Prancis Mohamad Oemar.
Suasana penyambutan semakin meriah dengan penampilan Tari Nandak Ajer khas Betawi yang menambah kehangatan malam tersebut. Presiden Macron dan Ibu Brigitte menikmati tarian tradisional, lalu melangkah melewati pasukan jajar kehormatan yang memberi penghormatan resmi.
Apresiasi Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Indonesia
Dalam keterangan singkat kepada awak media setibanya di Jakarta, Presiden Macron menyampaikan kegembiraan dan antusiasmenya bisa kembali menginjakkan kaki di Indonesia. Presiden Macron menyebutnya sebagai negara yang indah dan memiliki arti strategis bagi Prancis.
“Saya sangat gembira bisa bertemu lagi dengan saudara saya, Presiden Prabowo. Beliau adalah sahabat baik saya dan hubungan dengan negara Anda sangat strategis dan bersahabat,” ungkap Presiden Macron.
Pernyataan ini mencerminkan kedekatan personal antara kedua pemimpin yang terakhir kali bertemu dalam pertemuan bilateral di sela-sela KTT G20 di Brasil pada November 2024.
Agenda Kunjungan dan Upacara Kenegaraan
Presiden Prabowo Subianto akan menerima kunjungan kenegaraan Presiden Macron melalui upacara kenegaraan di Istana Merdeka pada Rabu, 28 Mei 2025. Selama lawatannya, Macron juga akan mengunjungi Akademi Militer Magelang dan Candi Borobudur.
Pemerintah telah melakukan berbagai persiapan menyambut kunjungan tersebut, termasuk memasang stairlift di undakan Candi Borobudur untuk memudahkan akses. Para Duta Besar telah membahas koordinasi teknis dan substansial dalam pertemuan mereka. Yaitu Prancis Fabien Penone dengan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
Kunjungan ini menjadi bagian dari tur Asia Tenggara Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mencakup tiga negara ASEAN: Vietnam, Indonesia, dan Singapura. Sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Prancis merupakan mitra strategis Indonesia dalam berbagai isu global dan kawasan, dengan hubungan diplomatik yang telah terjalin selama lebih dari 70 tahun.
-
Fourtwnty dan “Mangu” Sukses Mendunia
Musik Indonesia terus menunjukkan taringnya di kancah global. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak musisi Tanah Air mulai mendapat sorotan dari pendengar luar negeri. Fenomena ini membuktikan bahwa karya anak bangsa mampu menembus batas budaya dan bahasa. Dengan ciri khas masing-masing, musisi Indonesia menghadirkan warna baru dalam industri musik dunia. Contoh yang baru terjadi yaitu Fourtwnty dan “Mangu” Sukses Mendunia.
Musik indie juga menunjukkan kekuatannya, tak hanya genre pop atau dangdut yang mulai dilirik pendengar global. Dengan lirik puitis dan aransemen yang autentik, para musisi indie Indonesia sukses mencuri perhatian pecinta musik dunia. Salah satu band yang kini tengah bersinar dan menjadi pembicaraan adalah Fourtwnty, yang kembali menorehkan prestasi lewat karya terbarunya.
“Mangu”: Bukti Musik Indonesia Menembus Batas Dunia
Di tengah derasnya arus musik global, ada kalanya sebuah lagu sederhana mampu menyentuh jutaan hati—melampaui batas bahasa dan budaya. “Mangu”, kolaborasi Fourtwnty dan Charita Utami, bukan sekadar tembang melankolis, melainkan bukti bahwa musik Indonesia punya daya magis untuk merasuk ke dalam playlist pendengar di seluruh dunia. Kini, tanpa disangka, lagu itu viral di dalam negeri sekaligus mencatatkan namanya dalam sejarah.
Band indie Indonesia Fourtwnty bersama Charita Utami berhasil mencetak sejarah baru dalam industri musik Tanah Air. Lagu kolaborasi mereka yang berjudul “Mangu” berhasil meraih pencapaian luar biasa dengan menduduki peringkat ke-10 dalam tangga lagu Top 50 Spotify Global berdasarkan data per Jumat, 16 Mei 2025.
Indonesia sangat menyoroti pencapaian membanggakan ini karena salah satu musisi Tanah Air berhasil bersaing di tingkat internasional. Hingga saat ini, Fourtwnty dan “Mangu” Sukses Mendunia, karena mencatatkan sebanyak 108.599.025 kali pemutaran. Begitu pula di YouTube, “Mangu” menempati posisi teratas dalam daftar lagu terpopuler dengan jumlah tayangan sekitar 41.969.027 kali. Prestasi ini menjadikan Fourtwnty dan Charita Utami sebagai artis Indonesia yang meraih posisi tertinggi dalam chart musik global Spotify.
Melampaui Rekor yang Sebelumnya Dipegang NIKI
“Mangu” berhasil melampaui rekor sebelumnya yang dicetak NIKI lewat interpretasi ulang lagu “You’ll Be in My Heart”. Lagu NIKI tersebut sempat viral di berbagai platform media sosial seperti TikTok dan Instagram, berhasil menembus Top 50 Spotify Global dengan menempati urutan ke-34.
Hingga Kamis, 10 April 2025, versi NIKI telah diputar lebih dari 58 juta kali, meskipun lagu itu dirilis sejak 2022. Phil Collins awalnya mempopulerkan lagu tersebut pada 1999 sebagai soundtrack film animasi Tarzan produksi Disney.
Keputusan Istirahat Setelah Perjalanan 14 Tahun
Grup musik yang sudah berkarya sejak 2010 ini sebelumnya telah mengumumkan keputusan untuk mengambil jeda dari kegiatan panggung mereka. Fourtwnty mengumumkan pencapaian tersebut melalui akun Instagram resmi @fourtwntymusic pada Jumat, 28 Februari 2025. Dalam postingan tersebut, mereka mengatakan, “Halo teman-teman, melalui konten ini kami resmi memberitahukan Fourtwnty saat ini memutuskan untuk beristirahat dalam segala aktivitas panggung.”
Fourtwnty menekankan bahwa semua anggota band berada dalam kondisi sehat dan tidak mengalami masalah apapun. Mereka menjelaskan, “Kami sekeluarga internal Fourtwnty dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, kami semua juga sepakat untuk rehat sejenak. Doakan semoga kami bisa kembali secepatnya bertemu kalian.”
Grup yang terkenal dengan lagu “Aku Tenang” tersebut juga mengungkapkan rasa syukur atas dukungan dan doa dari para penggemar, sambil mendoakan hal terbaik untuk semua pendengar setia mereka. Sebagai penutup, mereka menyampaikan, “Terima kasih untuk selalu mengapresiasi karya-karya kami.”
Respon Santai Ari Lesmana
Ari Lesmana, vokalis Fourtwnty, merespons kesuksesan tersebut dengan sikap yang santai dan rendah hati. “Enggak tahu aku, itu rezeki kali ya,” ungkapnya. Ari baru menyadari popularitas lagu tersebut setelah banyak orang memberitahunya. “Aku enggak tahu, orang-orang yang kasih tahu aku, bilang ‘Ri, Mangu, Mangu’,” ujarnya.
Terkait banyaknya versi remix dari lagu tersebut yang beredar di media sosial, Ari memberikan tanggapan singkat. “Ya udah lah, itu lagu kan udah lama,” komentarnya. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para pendengar musik. “Terima kasih yang sudah mengapresiasi musik Fourtwnty ‘Mangu’,” ucapnya. Ari mengenang bahwa ia awalnya menciptakan lagu tersebut sebagai hadiah untuk seorang sahabat.
Kesimpulan
Prestasi “Mangu” oleh Fourtwnty dan Charita Utami menembus Top 10 Spotify Global bukan sekadar pencapaian musikal, melainkan tonggak sejarah bagi industri musik Indonesia. Dengan 108 juta streams di Spotify dan puluhan juta views di YouTube, lagu ini membuktikan bahwa karya lokal berbasis cerita autentik bisa meraih perhatian dunia—tanpa perlu mengikuti tren internasional. Ini membuktikan bahwa Fourtwnty dan “Mangu” Sukses Mendunia.
Kesuksesan “Mangu” juga membuka pintu bagi musisi Tanah Air lainnya, bahwa passion, lirik mendalam, dan melodi universal adalah kunci untuk bersaing di panggung global. Selamat untuk Fourtwnty dan Charita Utami—kini, dunia mendengarkan Indonesia!
-
Sutradara Hanung Bramantyo Yang Ubah Wajah Film Indonesia
Hanung Bramantyo bukan sekadar sutradara—ia adalah legenda hidup yang membawa angin segar dalam industri perfilman Indonesia. Keturunan Jawa-Tionghoa ini berhasil menciptakan karya-karya fenomenal yang tak hanya sukses di box office, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang kehidupan, agama, dan sosial.
Dari film romantis religi seperti Ayat-Ayat Cinta hingga biopik inspiratif Habibie & Ainun, namanya telah menjadi simbol kreativitas dan keberanian di dunia sinema. Hanung berhasil mencuri perhatian penikmat film dalam negeri maupun internasional.
Bagaimana perjalanan seorang pemuda yang awalnya benci film justru menjadi salah satu sutradara paling berpengaruh di negeri ini?
Awal Karier Hanung Bramantyo
Setiawan Hanung Bramantyo lahir di Yogyakarta pada 1 Oktober 1975. Ia mengahabiskan waktunya dari kecil hingga SMA di Yogyakarta. Hanung mengaku bahwa ia lemah dalam bidang akademik di sekolah. Ia mengaku bahwa tidak bisa matematika dan fisika, namun tertarik dengan sastra dan filsafat.
Setelah lulus SMA ia sempat melanjutkan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, namun tidak selesai. Lalu, ia mengambil D3 di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IJK). Padahal awalnya ia sama sekali tidak tertarik dengan dunia perfilman.
Pada awal 2000-an ia sudah mulai bikin film dan sudah bisa dikatakan sutradara muda yang berbakat. Film pertamanya yaitu film pendek berjudul Topeng Kasih yang ditayangkan di Tampere International Film Festival di Finlandia.
Hingga tahun 2019 ia dinobatkan sebagai sutradara yang paling banyak nominasinya (11 nominasi) di Festival Film Indonesia. Lalu dua filmnya juga menang, yaitu Brownies (2005) dan Get Married (2007).
Kehidupan Pribadi dan Keluarga
Hanung menikah dengan aktris Zaskia Adya Mecca pada 2009 di Masjid At-Taqwa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Awal mereka bertemu saat berada di lokasi syuting film Ayat Ayat Cinta (2008).
Pada awalnya Zaskia merasa tidak nyaman dengan Hanung seadan para kru film. Dari situlah zaskia akhirnya mendatangi Hanung di hari terakhir syuting, dan mengatakan bahwa ia selama syuting tidak nyaman. Dari situlah kedekatan mereka dimulai.
Hanung Bramantyo yang mulai jatuh hati enggan menyerah. Selama dua tahun, ia mendekati Zaskia Mecca meskipun tahu perempuan yang ia cintai berpacaran dengan pria lain.
Pasangan ini kerap menjadi sorotan media karena kehidupan rumah tangganya yang harmonis. Mereka membesarkan enam anak dan aktif membagikan momen kebersamaan di media sosial.
Selain sibuk di dunia film, Hanung juga menulis buku dan aktif di kegiatan sosial. Ia kerap menyuarakan isu-isu kemanusiaan dan toleransi beragama.
Fakta Fakta Unik Hanung
- Cetak novel dan komik saat sekolah
Pada saat ia SMP, ia lebih tertarik untuk mendengar dan membaca cerita. Entah itu legenda, dongeng atau sejarah. Hanung menulis cerita sendiri karena kegemarannya, lalu mengubahnya menjadi novel dan komik.
“Saya pernah menulis novel yang saya terbitkan sendiri, lalu saya bagi bagikan ke teman teman sekolah saya,” ujarnya.
Hasil karyanya pun dipentaskan saat acara sekolah. Dari situlah terlihat awal ia mempunyai bakat untuk menjadi sutradara.
- Sempat membenci perfilman
Dalam wawancara Hanung bersama Tim Jurnal Imaji dari Fakultas Film IKJ, ia mengaku dulu tak suka dunia perfilman. Karena ia menganggap dunia perfilman Indonesia mempunyai kualitas yang buruk.
“Awalnya saya benci film. Saat masih SMA, saya beranggapan bahwa film, apalagi film nasional, sebuah karya yang sekedar mengumbar syahwat, majal, dan bodoh. Apalagi sinetron TV, mengumbar kedangkalan dan kemewahan yang jauh dari potret manusia Indonesia sesungguhnya,” ujar Hanung.
Namun itu semua berubah saat ia mengenal sutradara Teguh Karya. Ia mengatakan setelah berkenalan dengan Teguh Karya, pandangannya tentang film berubah.
Ia juga mengatakan bahwa film bisa menyajikan cerita yang dalam tentang manusia dan kehidupannya. Mulai saat itu ia mengatakan ingin lebih serius dengan dunia perfilman.
Karya-Karya Fenomenal
Hanung Bramantyo berani mengangkat tema-tema unik dan kontroversial dalam film-filmnya. Beberapa filmnya yang paling terkenal antara lain:
– Ayat-Ayat Cinta (2008) Film romantis religi ini menjadi box office dan melambungkan nama Fedi Nuril dan Rianti Cartwright.
– Perempuan Berkalung Sorban (2009) Mengkritik budaya patriarki dalam agama dengan cara yang menggugah.
– Habibie & Ainun (2012) Kisah cinta mantan presiden BJ Habibie dan istrinya sukses menyentuh hati penonton.
– Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015) Film biopik yang mengisahkan perjuangan pahlawan nasional HOS Tjokroaminoto.
Karyanya tidak hanya sukses secara komersial tetapi juga sering masuk dalam nominasi festival film bergengsi.
Gaya Penyutradaraan yang Khas
Hanung Bramantyo memiliki ciri khas dalam menyampaikan cerita. Ia menggabungkan unsur drama, religi, dan sosial dengan visual yang memukau. Ia juga kerap berkolaborasi dengan aktor dan aktris ternama, seperti Reza Rahadian, Laudya Cynthia Bella, dan Chelsea Islan.
Selain film layar lebar, Hanung juga aktif menggarap serial televisi dan dokumenter. Ia tidak takut mengambil resiko dengan mengangkat isu-isu sensitif, seperti radikalisme dalam 99 Cahaya di Langit Eropa (2013) atau konflik sosial dalam Rudy Habibie (2016).
Pengaruh dan Kontribusi bagi Industri Film Indonesia
Hanung Bramantyo tidak hanya berkarya sebagai sutradara tetapi juga sebagai produser melalui rumah produksinya, Dapur Film. Ia aktif mendukung talenta baru dalam industri perfilman.
Ia juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan workshop perfilman. Menurutnya, film harus menjadi media edukasi sekaligus hiburan.
Kesimpulan: Legenda Hidup Perfilman Indonesia
Hanung Bramantyo telah membuktikan bahwa film bukan sekadar hiburan, melainkan medium untuk menyampaikan kisah manusia dengan segala kompleksitasnya. Dari kegagalan akademis di masa muda hingga menjadi maestro sinema Indonesia, perjalanannya penuh ketekunan dan passion. Ia tidak hanya meninggalkan jejak lewat karya-karya monumental, tetapi juga membuka jalan bagi generasi baru sineas tanah air. Dengan visinya yang tajam dan keberanian mengangkat isu kontroversial, Hanung tetap menjadi sosok yang relevan—tak hanya sebagai sutradara, tapi juga sebagai pendongeng ulung yang mengubah cara kita memandang dunia lewat layar kaca.
Ingin tahu selengkapnya tentang film karya Hanung Bramantyo : https://www.imdb.com/name/nm2538739/