Zhang Junjie: Real-Life Underdog di balik Revolusi Teh Latte CHAGEE

MANUNGSA— Di balik secangkir teh susu segar bermerek Chagee yang kini ramai digandrungi di gerai-gerai Asia, terselip kisah hidup yang jauh dari kata manis. Sosok dibalik merek fenomenal ini, Zhang Junjie, bukanlah anak konglomerat atau lulusan universitas top. Sebaliknya, pria kelahiran provinsi Yunnan, Tiongkok ini justru pernah menjalani hidup sendirian di jalanan sejak usia 10 tahun, tanpa orang tua, tanpa keluarga, dan bahkan tanpa kemampuan membaca. 

Kini, namanya tercatat sebagai miliarder termuda Tiongkok setelah sukses membawa perusahaannya melantai di NASDAQ (National Association of Security Dealers Automated Quotations) pada april 2025. IPO (Initial Public Offering) itu berhasil menghimpun dana lebih dari 400 juta USD, sekaligus menempatkan kekayaan bersih Zhang di kisaran 1.8 miliar USD. Tapi, seperti filosofi teh yang butuh waktu untuk diseduh, kesuksesan Zhang tentu saja bukan sesuatu yang instan. 

Zhang mengawali hidup mandirinya dengan bekerja sebagai karyawan di jaringan kedai teh Taiwan saat usianya baru menginjak 17 tahun. Kala itu, ia belum bisa membaca, tetapi semangat belajar dan etos kerjanya luar biasa. Ia menjadi orang pertama yang datang dan terakhir pulang dari toko. Perlahan tapi pasti, ia naik pangkat menjadi manajer operasional di wilayah Yunnan. Zhang kemudian mendapatkan tawaran untuk mengambil alih satu cabang yang hampir tutup. Meski berada di lokasi yang tidak strategis, Zhang menjemput bola. Ia menggunakan cara-cara yang efektif, seperti membagikan selebaran, membuka layanan pesan antar, hingga bekerja sama dengan kantin sekolah. Kegigihannya membuahkan hasil, kedai itu kembali ramai dan Zhang semakin yakin dengan jalan hidupnya di dunia teh. 

Tak puas hanya berjualan, Zhang mulai menimba ilmu bisnis ke luar negeri. Ia sempat melakukan trip ke Malaysia dan Korea Selatan, mempelajari tren teh, lalu kembali ke Tiongkok dengan ilmu baru. Terinspirasi oleh tokoh dunia seperti Nelson Mandela, ia menyadari bahwa keberanian saja tidak cukup. Ia harus memahami bagaimana menjalankan perusahaan. Maka, ia bekerja di sebuah startup di Shanghai demi mempelajari struktur organisasi dan manajemen keuangan. 

Pada 2017, barulah Zhang mendirikan merek miliknya sendiri, yaitu Chagee atau dalam bahasa Mandarin 霸王茶姬. Di tengah tren bubble tea yang saat itu sedang naik daun, Zhang memilih menghadirkan teh latte yang mengutamakan kesegaran daun teh lokal yang dipadukan dengan susu segar. Filosofinya sederhana, yaitu kembali pada rasa autentik, dengan nilai gizi dan estetika yang cocok dengan gaya hidup anak muda. 

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah image

Kedai Pertama CHAGEE di Kunming, China
Source: chagee.com

Keputusannya terbukti jitu. Dalam kurun waktu beberapa tahun, Chagee berkembang pesat dan membuka ribuan gerai di berbagai kota Tiongkok, Asia Tenggara, hingga baru-baru ini masuk ke pasar Indonesia. Konsistensinya terhadap kualitas dan pengalaman minum teh yang menyenangkan membuat Chagee tampil berbeda di tengah persaingan pasar yang ketat. 

Namun, dibalik semua pencapaiannya, Zhang tetap bertahan dengan semangat awalnya. Meski berada dalam situasi “tiga tanpa” (tanpa pendidikan formal, tanpa riwayat usaha, dan tanpa modal) ia membuktikan bahwa masa lalu tak harus menentukan masa depan. 

Comments

Satu tanggapan untuk “Zhang Junjie: Real-Life Underdog di balik Revolusi Teh Latte CHAGEE”

  1. […] baca juga : Zhang Junjie: Real-Life Underdog di balik Revolusi Teh Latte CHAGEE […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *