Membesarkan Mimpi Meruntuhkan Stigma, Kisah Family Caregiver Anak Berkebutuhan Khusus

Masih banyak orang yang memandang penyandang disabilitas dengan tatapan belas kasihan. Seakan-akan mereka hanyalah sosok yang lemah dan tak mampu berjuang. Padahal, di balik setiap individu dengan keterbatasan, ada keluarga yang dengan penuh cinta dan kesabaran berjuang membersamai mereka. Salah satunya adalah Nurul Oktaviani, sosok inspiratif yang mendedikasikan hidupnya untuk mendampingi adiknya, Retno Khusnul Khotimah atau akrab disapa Minul, seorang penyandang disabilitas yang memiliki kecintaan pada seni tari.

Nurul tidak hanya menjadi kakak bagi Minul, tetapi juga mentor yang membimbingnya menuju kemandirian. Sejak kecil, Minul menunjukkan minat besar terhadap tari. Apa pun yang ia lihat di YouTube, ia coba tirukan dengan semangat. Nurul, yang melihat potensi itu, tidak tinggal diam. Ia terus mendorong dan mengarahkan Minul agar bisa berkembang, tidak hanya dalam menari tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya mulai mendidik Minul untuk mandiri sejak kecil. Mulai dari bangun pagi, membersihkan tempat tidur, beres-beres rumah, mandi, dan melakukan aktivitas lainnya secara rutin. Semua harus saya ulangi terus-menerus agar ia terbiasa,” ujar Nurul.

Dedikasi Nurul tidak hanya terbatas pada adiknya. Ia juga berperan besar dalam mendampingi anak-anak disabilitas lainnya di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Bermula dari paguyuban disabilitas yang dibentuk oleh Bhakti Luhur, ia dan rekan-rekannya mendapatkan pelatihan selama dua tahun tentang cara menangani anak-anak disabilitas, memahami ragam kondisi mereka, serta pendekatan yang tepat bagi mereka dan orang tua mereka.

“Dulu, banyak orang tua yang menganggap anak disabilitas sebagai aib keluarga. Mereka memilih menyembunyikan anak-anak mereka. Tapi setelah kami rutin melakukan sosialisasi, mereka mulai menyadari bahwa memiliki anak disabilitas bukanlah beban, melainkan anugerah,” ungkap Nurul.

Kini, berkat perjuangan Nurul dan timnya, stigma mulai terkikis. Orang tua yang sebelumnya malu, kini bangga dengan anak-anak mereka. Mereka didorong untuk mengembangkan bakat dan potensi yang ada dalam diri anak-anak istimewa tersebut. Salah satu program yang dijalankan Nurul adalah bina latih yang diadakan dua kali dalam sebulan, berpindah dari desa ke desa. Dengan adanya program ini, pemerintah desa pun mulai memberikan perhatian lebih kepada penyandang disabilitas, termasuk dalam hal anggaran desa.

“Kalau kita ada pergerakan, pemerintah desa akan lebih aware dan mendukung anak-anak disabilitas. Sekarang, di Kecamatan Pakis, sudah ada 15 desa yang mensupport keberadaan kami. Anak-anak yang dulu disembunyikan, sekarang mulai menunjukkan bakat mereka dan semakin percaya diri,” tuturnya.

Bagi Nurul, keberadaan anak-anak disabilitas bukan untuk dikasihani, melainkan untuk didukung dan diberdayakan. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki keistimewaan dan keunikan masing-masing. Lebih dari itu, ia yakin bahwa doa tulus dari mereka memiliki kekuatan yang luar biasa.

“Satu doa dari mereka tidak akan terpeleset, doa mereka akan diijabah oleh Allah SWT,” ucapnya penuh keyakinan.

Perjuangan Nurul dalam mendampingi Minul dan anak-anak disabilitas lainnya adalah bukti bahwa kasih sayang dan ketulusan dapat mengubah stigma dan membuka lebih banyak kesempatan bagi mereka. Sosoknya adalah cerminan bahwa inklusivitas bukan sekadar wacana, melainkan sebuah harapan  yang harus terus diperjuangkan.

Comments

Satu tanggapan untuk “Membesarkan Mimpi Meruntuhkan Stigma, Kisah Family Caregiver Anak Berkebutuhan Khusus”

  1. […] Baca juga: Membesarkan Mimpi Meruntuhkan Stigma, Kisah Family Caregiver Anak Berkebutuhan Khusus […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *