Kisah di Balik Papan Tulis: Kisah Mbah Guru Matematika yang Menginspirasi

Siapa sangka, di usia senja yang sudah menginjak 80 tahun, seorang guru matematika justru mampu mencuri perhatian warganet dengan cara mengajar yang terbilang sederhana. Ya, dialah Melan Achmad atau yang lebih akrab disapa “Mbah Guru Matematika” yang kini menjadi fenomena di platform TikTok.

Mengawali karirnya pada tahun 1970, pria kelahiran 1945 ini memang sudah lama berkecimpung di dunia pendidikan. Ia merupakan lulusan Didaktik Kurikulum Taman Siswa, Yogyakarta, pada tahun 1981. Masa kecilnya dihabiskan di Aceh, tempat ia menyelesaikan pendidikan dari SD hingga PGSLP, sebelum akhirnya menetap di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Meski sempat pensiun pada 2003, semangat mengajarnya tak pernah padam. Terbukti, pada 2018 Mbah Melan kembali bergabung dengan salah satu SMK swasta. Namun siapa yang menyangka, justru di masa senjanya ini ia malah menemukan panggung baru untuk berbagi ilmu: media sosial TikTok.

“Matematika itu sebenarnya gampang, tapi banyak yang bikin rumit,” begitu kira-kira filosofi mengajar Mbah Melan. Dengan papan tulis hitam dan kapur putih, tanpa embel-embel efek visual canggih, ia rutin menggelar kelas matematika dua kali sehari—sesi pertama pukul 16.00-17.30 dan sesi kedua pukul 19.30-21.00.

Ada yang unik dari cara Mbah Guru menjelaskan rumus-rumus. Ia tak segan membongkar konsep rumit menjadi beberapa langkah sederhana. Misalnya, saat menjelaskan rumus Pythagoras, ia menggunakan perumpamaan sehari-hari yang mudah dimengerti, alih-alih langsung menjejalkan rumus c² = a² + b² yang terkesan abstrak bagi sebagian orang.

“Saya sering bingung kalau belajar matematika di sekolah. Tapi sejak nonton live Mbah Guru, rasanya jadi lebih mudah paham,” tutur salah satu penggemarnya di kolom komentar.

Nama Mbah Guru mulai meroket setelah diundang Deddy Corbuzier ke podcastnya. Di sana, kesederhanaan dan kejujurannya dalam menjawab pertanyaan membuat banyak orang terkesan. Sejak itu, akun TikTok-nya melesat hingga kini mencapai lebih dari satu juta pengikut dan mendapat verifikasi centang biru.

Dedikasi Mbah Guru tak luput dari perhatian pemerintah. Pada peringatan Hari Guru Nasional 2024, Presiden Prabowo Subianto memberikan penghargaan langsung kepadanya berupa plakat, laptop, dan uang sebesar Rp 100 juta. Momen tersebut jadi viral dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai ikon pendidikan yang dicintai masyarakat.

Kehadiran Mbah Guru Matematika di dunia maya mendobrak stereotip bahwa lansia tak bisa beradaptasi dengan teknologi. Ia membuktikan bahwa nilai-nilai pendidikan yang fundamental—kesabaran, kejelasan, dan kepedulian—tetap relevan di platform mana pun. Dengan modal papan tulis dan kapur, ia telah menginspirasi ribuan orang dari berbagai kalangan.

Di balik kesuksesan viralnya, ternyata ada kisah perjuangan yang tak banyak orang tahu. Sebelum terkenal di TikTok, Mbah Melan adalah guru biasa yang puluhan tahun mengajar dengan gaji pas-pasan. Namun, keterbatasan ekonomi tak pernah menyurutkan semangatnya. Bahkan setelah pensiun, ia tetap mengajar secara sukarela di beberapa tempat.

“Bagi saya, melihat murid paham itu sudah jadi kepuasan tersendiri,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Kini, ribuan orang dari berbagai usia menantikan siaran langsung Mbah Guru setiap hari. Mereka tidak hanya belajar matematika, tetapi juga menyerap nilai-nilai kehidupan dari sosok sederhana yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk dunia pendidikan.

Kisah Mbah Guru Matematika mengingatkan kita bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru. Tidak ada batasan usia untuk berbagi manfaat. Dan yang terpenting, tidak ada hambatan teknologi yang tak bisa diatasi ketika seseorang punya tekad kuat untuk berbagi ilmu.

Saat ditanya rahasia ketenarannya, dengan rendah hati Mbah Melan menjawab, “Saya cuma ingin matematika jadi mudah dipahami semua orang, itu saja”. Sederhana, tapi penuh makna. Seperti rumus matematika yang ia ajarkan.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *