Hasan Fiidel: Ojol yang Tak Menunggu Pemerintah


Langit Bandung Selatan mendung, seolah turut menyimpan cerita yang belum banyak diketahui orang. Di sebuah kebun kecil di Kampung Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, kepulan asap hitam melayang pelan, membawa aroma aspal terbakar. Asap itu bukan berasal dari proyek pemerintah, melainkan dari tungku rakitan seorang pemuda bernama Hasan Fiidel bukan insinyur, bukan kontraktor, melainkan pengemudi ojek online berusia 24 tahun.

Bukan Insinyur, Hanya Seorang Ojol Bertekad Kuat

Tak ada sirine proyek, tak ada pelat merah yang lewat. Hanya Hasan, seorang diri, mengenakan jaket ojol yang lusuh tapi penuh cerita, memanaskan aspal bekas yang dikumpulkannya dari pinggir-pinggir jalan. Sudah dua minggu ini, kebun yang biasanya sepi itu menjadi semacam “bengkel eksperimental”, tempat Hasan belajar dan bertindak atas masalah yang jarang mendapat solusi cepat: jalan berlubang.

Dari rasa sakit itu, muncul niat tulus: jangan sampai orang lain mengalami nasib serupa. Ia lalu mencari tahu cara menambal jalan. Bukan lewat pelatihan atau kursus teknis, melainkan melalui YouTube, pencarian Google, bahkan bantuan dari AI. Dalam waktu dua hari, ia memahami dasar-dasar pengolahan aspal, dan sejak saat itu, satu per satu tindakan nyata ia lakukan.

Dengan uang hasil ngojek sebesar Rp 500.000, ia membeli perlengkapan sederhana: kompor gas, ember logam, pasir beton, dan lem aspal. Ia tak langsung berhasil. Berkali-kali aspalnya meledak, terlalu keras, atau tak melekat di jalan. Tapi ia tak berhenti. Ia tahu, belajar butuh waktu.

Karena bau dan asap mengganggu lingkungan rumahnya, Hasan memindahkan kegiatan itu ke sebuah kebun terpencil. Di sanalah Hasan Fiidel mencairkan aspal berjam-jam, lalu menuangkannya ke dalam lubang-lubang jalan yang sebelumnya ia bersihkan dengan sabar.

Langkah Pertama: Mengaspal Jalan Desa

Setelah hampir empat bulan bereksperimen, barulah Hasan merasa cukup percaya diri untuk menambal jalan di depan Kantor Desa Cibodas. Tapi ia tak serta-merta langsung bertindak. Hasan datang ke rumah kepala desa, menjelaskan niatnya, meminta izin. “Itu buat saya penting. Nambal jalan bukan sekadar kerja teknis, tapi soal menghormati wilayah orang,” katanya.

Kepala desa merespons positif. Hasan pun mulai bekerja. Hasan Fiidel membersihkan lubang, menaburkan lem, lalu menuangkan aspal cair yang ia bawa sendiri. Dalam waktu kurang dari setengah jam, jalan yang sebelumnya menganga kini tertutup rapi. “Yang lama itu bukan nambalnya, tapi mencairkan aspalnya. Bisa dua sampai tiga jam sendiri,” tutur Hasan.

Kegiatan ini ia lakukan di sela-sela waktu narik penumpang. Jika pagi hari ia sibuk di jalan, siangnya ia kembali ke kebun untuk mempersiapkan tambalan berikutnya. Dulu ia membeli semua bahan. Kini ia cukup mengumpulkan sisa-sisa aspal dari pinggir jalan. Hanya gas dan lem yang masih harus dibeli.

Aksi Hasan sempat viral di TikTok dan Instagram. Banyak komentar positif masuk, dari sesama driver hingga warga biasa. Ada yang menawarkan bantuan, ada pula yang hanya mengucap terima kasih. Tapi Hasan memilih tetap bekerja sendiri dulu. “Saya belum yakin ngajak orang, takutnya malah bahaya kalau belum paham benar. Tapi nanti kalau sudah siap, saya ingin ngajak temen-temen ojol juga,” ujarnya.

Hasan Fiidel bukan pahlawan nasional

Hasan tak menyalahkan siapa pun atas rusaknya jalan. dia tahu pemerintah punya prioritas. Tapi dia juga percaya bahwa warga bisa ikut mengambil peran.

Kini, dari lubang ke lubang, Hasan terus bergerak. Ia bukan aktivis, bukan pejabat, bukan pemilik perusahaan aspal. Ia hanya seorang anak muda dengan pengalaman pahit, hati yang peduli, dan tangan yang mau bekerja. Dari kebun kecil di pinggiran Bandung, ia menambal lebih dari sekadar jalan berlubang dia menambal rasa putus asa banyak orang terhadap hal-hal kecil yang kerap diabaikan.

Hasan Fiidel bukan pahlawan nasional. Tapi bagi setiap motor yang lewat di atas jalan yang ia tambal, bagi setiap pengendara yang tak lagi jatuh karena lubang menganga, dia adalah seseorang yang berarti. Seorang ojol dengan visi sederhana yaitu memperbaiki jalan, satu lubang dalam satu waktu.

Baca juga: Son Heung-min Antar Tottenham Hotspur Raih Trofi Pertama Setelah 16 Tahun

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *