Di tengah jalur berbatu dan rute curam sejauh 100 kilometer pada acara Trail Menorca Camí de Cavalls 2024 di Spanyol. Seorang wanita berlari dengan semangat yang luar biasa, tidak hanya karena ia sukses menyelesaikan lomba ekstrem itu dalam waktu yang mengesankan. Tetapi juga karena Stephanie Case Menaklukkan 100K Ultramarathon Sambil Menyusui melakukannya sambil menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu: menyusui anaknya.
Nama wanita itu adalah Stephanie Case, seorang pelari ultramarathon dari Kanada, pengacara hak asasi manusia internasional, serta ibu dari seorang bayi. Cerita ini menarik perhatian dunia karena keberaniannya untuk tidak memilih antara impian dan tanggung jawab. Ia menjalani dua peran sekaligus, berlari sebagai atlet profesional dan menyusui sebagai seorang ibu dalam satu momen yang monumental.
Dua Dunia yang Bertemu: Atlet dan Ibu
Di dunia olahraga profesional, terutama ultramarathon yang memerlukan ketahanan fisik dan mental yang tinggi, peran sebagai ibu sering kali dipandang sebagai tantangan tambahan, atau bahkan rintangan. Tetapi tidak untuk Stephanie Case. Ia justru menganggap perannya sebagai ibu sebagai kekuatan yang mendorongnya melewati batas.
Dalam wawancara dengan media internasional seperti CNN dan Outside Online, Case mengakui bahwa ia harus berhenti di beberapa momen selama lomba untuk menyusui bayinya secara langsung dan memompa ASI. Ia merencanakan strategi logistik yang kompleks, dengan memastikan tempat dan waktu tersedia agar proses menyusui dapat berlangsung di tengah perlombaan yang panjang. “Saya menyadari ini tidak akan gampang, tetapi saya juga yakin bahwa saya mampu,” ujarnya.
Stephanie menegaskan bahwa pilihan untuk terus bersaing meskipun sedang menyusui bukanlah tindakan egois, melainkan usaha untuk menunjukkan bahwa seorang ibu masih dapat mengejar ambisinya sambil tetap memenuhi perannya di keluarga. “Ini bukan soal menjadi superhero, ini tentang sepenuhnya menjadi manusia,” kata Stephanie Case dalam postingan Instagram-nya @theultrarunnergirl.
Sosok di Balik Sepatu Lari
Stephanie Case bukanlah pelari yang umum. Ia sudah lama dikenal dalam komunitas pelari trail dan ultramarathon sebagai individu yang kuat, konsisten, dan memiliki tujuan sosial yang jelas. Selain berperan sebagai atlet, ia juga aktif di bidang hukum internasional dan merupakan pendiri organisasi Free to Run, sebuah lembaga nonprofit yang mendukung partisipasi perempuan dalam olahraga di daerah konflik seperti Afghanistan dan Irak.
Free to Run berfungsi sebagai platform bagi perjuangannya untuk menjadikan olahraga sebagai alat pemberdayaan perempuan. Saya meyakini bahwa gaya gravitasi dan rintangan fisik sebenarnya dapat menjadi area perubahan. Dalam perannya, Stephanie telah menghadirkan olahraga ke area-area yang sebelumnya sulit diakses oleh perempuan.
Momen Penuh Arti
Foto Stephanie Case menyusui anaknya dalam baju lari merah, lengkap dengan kacamata dan pelindung kepala, viral di media sosial. Gambar yang diposting oleh akun Instagram @peigneverticale dan diberitakan oleh media seperti The Guardian ini menyampaikan pesan yang kuat: wanita dapat melakukan berbagai hal secara bersamaan, dan tidak ada batasan peran apabila kita memiliki kemauan.
Momen tersebut bukan hanya gambaran cinta antara ibu dan anak, melainkan juga simbol keberanian melampaui batas sosial yang sering kali mengarahkan perempuan pada pilihan-pilihan yang terbatas. Masyarakat menyambut kisah ini dengan kekaguman dan penghormatan. Banyak perempuan, atlet, serta ibu yang termotivasi.
Perjuangan yang Tak Terlihat
Meski terlihat luar biasa di permukaan, Stephanie tak menutup mata terhadap kesulitan yang ia alami. Persiapan fisik setelah melahirkan, pengaturan waktu menyusui, hingga tekanan mental menjadi bagian dari proses yang panjang. Namun, dukungan dari tim medis, keluarga, serta komunitas pelari membuatnya tetap teguh.
“Sebagian besar orang tidak melihat betapa melelahkannya menyusui sambil bertanding. Tapi saya juga tidak ingin melewatkan momen ini baik sebagai pelari maupun sebagai ibu,” tulis Stephanie dalam unggahan pribadinya.
Di titik ini, Case membuktikan bahwa menjadi ibu bukan alasan untuk berhenti, melainkan motivasi untuk terus maju. Ia tidak mengorbankan identitasnya sebagai perempuan kuat dan mandiri, bahkan menjadikan keibuannya sebagai landasan dari kekuatan tersebut.
Menginspirasi Dunia
Aksi Stephanie telah membuka ruang diskusi baru tentang pentingnya mendukung perempuan dalam berbagai peran hidupnya. Ia bukan hanya simbol dari perempuan tangguh, tapi juga representasi nyata dari perjuangan banyak ibu yang mencoba menyeimbangkan antara tanggung jawab pribadi dan mimpi profesional.
Dalam era ketika narasi perempuan sering kali dibingkai dalam dikotomi “memilih keluarga atau karier”, Stephanie Case hadir membawa alternatif: merangkul keduanya. Ia tidak hanya memenangkan lomba ultramarathon, tapi juga memenangkan hati dan simpati masyarakat global dengan ketulusan perjuangannya.
Stephanie Case tak hanya mencatatkan namanya dalam daftar pemenang lomba lari, tetapi juga dalam sejarah pergerakan perempuan. Kisahnya mengingatkan dunia bahwa kekuatan sejati tidak selalu tampak dalam kemenangan besar, tapi juga dalam keteguhan hati seorang ibu di garis akhir perjuangan.
Baca juga:
Tinggalkan Balasan